"Gweeen! Bangun! Udah jam segini kamu mau berangkat sekolahnya jam berapa, hah?!"
"Aaah, bentar maa, bentar lagi! Emang udah jam berapa sih?" erangnya.
"Udah jam stengah tujuh!"
"HAH?!! KOK GA BANGUNIN GWEN SIH MAA!!"
"Ga bangunin-ga bangunin, telinga mu kotor?! Udah mama bangunin dari subuh kamunya ga bangun-bangun!! Dari mama sholat subuh ampe selesai bikin sarapan, kamu–"
BLAM
Terdengar suara pintu yang dibanting. Ibu Gwen hanya bisa menghela nafas lelah dengan tingkah putrinya itu.
—
"Tutup gerbangnya cepat! Udah lewat jam 7 pagi! Yang terlambat buat barisan cepat!"
"Aduuuh terlambat lagi, terlambat lagi! Habis deh gue diceramahin ni ibu-ibu." Gwen berjalan gontai menuju gerbang sekolah.
"Ayok cepat! Jalannya yang terlambat dicepetin! Udah terlambat masih aja jalannya malas-malasan."
"Cepetan, cepetin. Pantes aja ni orang jadi guru BK." sinis Gwen dengan bibir mengerucut sebal.
Barisan terlambat sudah terbentuk dengan sempurna sesuai arahan sang guru BK. Dan mulailah ceramah pagi hari ini.
Sepanjang penyampaian dari guru BK, Gwen tak mendengarkan sedikit pun. Ia sibuk memikirkan bagaimana caranya masuk kelas tanpa ketahuan.
"Gwen! Lagi-lagi terlambat. Belum puas kamu masuk BK?!"
'Puas banget, saking puasnya, pengen banget gue secepatnya lulus dari sini biar gak ketemu lo lagi.' batin Gwen.
"Gwen? Kamu denger kata ibu gak?"
"Denger bu." jawabnya malas.
"Terus kenapa gak dijawab pertanyaan ibu?"
"Maaf bu."
"Sekarang apalagi alasan kamu terlambat?" tanya sang guru lagi. Ia sebenarnya sudah lelah melihat wajah Gwen yang hampir setiap hari menghiasi lapangan parkir tempat siswa-siswi terlambat disidak.
"Telat bangun bu."
"Lagi-lagi. Ini sudah keberapa kalinya kamu telat dalam minggu ini?"
"Empat bu."
"Baiklah. Besok ibu minta orang tua kamu ikut datang ke sekolah, ada yang ingin ibu sampaikan."
"Iya bu."
"Jangan sampai gak datang, atau gak kamu yang ibu skors!"
Mendengar kata skors, Gwen terkejut. Baru kali ini ia diancam akan di skors, tidak seperti biasanya saat orang tuanya diundang.
"Kenapa sampai diskors bu?" tanyanya meminta penjelasan.
"Sudah berkali-kali kamu terlambat. Sudah berkali-kali juga ayah ibumu diundang. Ibu sudah tidak bisa mentoleransi ini lagi Gwen." ingat sang guru.
Sebenarnya sang guru juga tak enak hati kalau orang tua Gwen harus dipaksakan ke sekolah mendengar keluhan sang guru tentang anak mereka untuk yang kesekian kalinya. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF DISASTER
Teen FictionIa, sang ratu kehancuran dan rajanya yang selalu melindunginya. . . . . . QoD, 2020