Care

36 4 7
                                    

"astaghfirullah..Lo berdarah" Nisa diserang panik sekarang. Nisa harus apa? Ayo berfikir ayo Nisa ayo fikirin.

"I--itu hidung loh berdarah!" Nisa gugup karena diserang panik. Tapi ucapannya tak mendapatkan respon sedikitpun. Cowok di hadapan Nisa masih setia memejamkan matanya. Seperti menahan sesuatu.

"Aisshh.. Lo berdarah itu!" Nisa cemas bukan main melihat tidak ada respon dari cowok di hadapannya. Ia harus apa? Bundaaa tolongin Nisa.

Perlahan tapi pasti Runa membuka matanya. Menatap gadis yang kini tengah berada di hadapannya. Kepala nya nyeri sekali. Runa tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Pandangan nya kabur dan dunia terasa berputar putar.

Sampai sebuah tarikan kecil mengembalikan kesadaran nya. Mengajaknya berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Tak memperdulikan nasib sepeda milik nya. Hujan sudah lumayan reda dan tidak ada tanda tanda gemuruh di atas langit.

Jadi Nisa memberanikan diri untuk berteduh di bawah pohon.

"Duduk" Nisa memerintah Runa untuk duduk di bawah pohon rindang itu bersamaan dengan Nisa yang berlutut di hadapan Runa.

Runa memejamkan matanya kala nyeri di kepala mulai menyerangnya lagi. Memilih menyelonjorkan kaki kanannya dan kaki kiri ditekuk sebagai topangan tangan kirinya. Dengan Nisa yang masih setia berlutut di hadapan nya.

Kebayang ga tuh posisi mereka berdua??

Gadis itu sibuk mengacak acak isi tasnya. Entah lah mencari apa Runa tidak tau. Kepala nya sungguh sakit. Darah segar juga tidak berhenti mengalir dari hidung mancungnya.

Runa membuka matanya perlahan kala merasa sapuan pada atas bibirnya. Rupanya gadis di hadapannya itu tengah membersihkan darah yang merembes dari hidungnya. Matanya seakan terpaku pada makhluk Tuhan yang bernama perempuan itu.

Deg!

Mata mereka berdua beradu tatap. Runa dengan tatapan tajamnya dan Nisa dengan tatapan terpakun. Aksi saling pandang tersebut terhenti saat Nisa mengalihkan pandangan nya pada tangan kekar yang menyentuh pergelangan tangan Nisa.

"Makasih" meski pelan Nisa masih dapat mendengarnya. Gadis itu tidak salah dengar kan? Cowok ketus ini bilang makasih?? Woow!

Nisa kelu, Nisa terpaku, Nisa gugup!

"Aakhh" rintihan kecil kembali terdengar dari bibir Runa.

"Eh..Lo kenapa?" Nisa langsung membuang sembarangan tisu yang ia gunakan untuk menyeka darah dari hidung Runa barusan.

"Sakit bego!" Ketus Runa. Kedua tangannya memegang kepala kuat kuat.

Baru tadi baik sekarang udah ketus lagi. Dasar!!

Nisa jadi enggan menolongnya. Nisa jadi berpikir kalau kalau cowok yang notabennya kakak kelasnya ini tengah modus terhadap dirinya.

Tapi hal itu ditepis jauh jauh saat rintihan itu kembali terdengar dan kali ini cukup kencang hingga mengagetkan Nisa.

Nisa harus apa? Cari rumah sakit? Terus bawa nya gimana? Secara cowok di hadapan nya ini lumayan berat kalau dilihat lihat.

Ah! Kok jadi mikir gitu? Ayo dong Nisa berpikir. Ntar kalau anak orang mati disini kan ga lucu. Kalau lo dituduh pembunuh gimana?

"Aiiishh.." Nisa meringis. Bingung harus apa. Ah iya! Telfon bang Azka. Belum sempat Nisa mengambil ponsel di dalam ranselnya. Rintihan kembali terdengar dari cowok di hadapan nya ini.

"Kak.. Lo tahan bentaran ya. Gue cari bantuan dulu." Kalimat Nisa tidak berefek apa apa. Cowok di hadapannya ini masih setia memegangi kepalanya. Nisa jadi cemas bukan main.

RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang