ketus lagi

23 4 4
                                    

Happy reading..
Jangan lupa vote:v

***

Sudah lebih dari satu jam yang lalu keadaan canggung di dalam ruangan serba putih dan berbau obat obatan ini terjadi.

Nisa yang duduk di sofa ruangan rawat masih terus menundukkan kepalanya. Sesekali matanya melirik pada sosok lelaki yang tengah mondar mandir.

Lelaki itu Azka--abang Nisa. Azka menghentikan acara mondar mandir yang sedari tadi ia lakukan. Pandangannya mengarah pada sosok cowok yang mungkin berumur tiga tahun lebih muda dari nya.

Azka melipat tangannya didepan dada. Meneliti setiap inci wajah orang yang tengah bersandar di brangkar rumah sakit.

"Jadi kamu niatnya mau nolongin adik saya gitu?" Ucapnya dingin.

"Hmm" Runa bergumam sebagai jawaban. Sesekali melirik malas ke arah dua makhluk yang tengah berada di ruang inapnya.

Ya, sosok yang tengah bersandar di brangkar itu adalah Khairunna.

Nisa merutuk dalam hati. Kesal bukan main karena kelakuan abangnya yang satu ini. Ingin rasanya Nisa menghilang saat ini juga.

"Jadi? Adik saya yang nolong kamu atau kamu yang nolong dia?" Azka menaikkan sebelah alisnya. Masih pada posisinya.

Runa mendengus tidak suka. Pertanyaan macam apa ini? Batinnya.

"Gue nemu dia di pinggir jalan." Sahut Runa.

Nisa yang mendengar jawaban Runa langsung mengangkat pandangannya. Alisnya bertaut.

"Eh sorry ya.. bukannya Lo ya yang sok sok baik nebengin gue?" Sela Nisa sewot.

Azka memutar tubuhnya menghadap adik perempuan nya itu.

"Dek omongannya!" Peringat Azka pada Nisa.

Nisa mendengus. Kali ini Nisa tidak lagi menundukkan pandangannya. Tangannya terlipat di depan dada. Matanya menatap tajam ke arah tersangka yang tengah di interogasi oleh sang kakak.

"Hufft..yaudah saya makasih sama kamu karena udah mau nolongin adik saya. Oh iya saya juga udah beresin semua administrasi rumah sakit. Kamu bisa pulang besok." Jelas Azka pada Runa.

Runa hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti. Well dirinya juga ingin mengatakan terimakasih tapi gengsi lah!

Nisa masih menatap Runa dengan pandangan horror. Tak sengaja mereka bertemu pandang. Kesempatan ini digunakan Nisa untuk mengejek Runa. Nisa menjulurkan lidahnya dan memasang ekspresi konyol.

Runa yang melihat itu mengernyit heran. Dih apaan? Bego! Batinnya.

"Kamu udah makan?" Azka berjalan mendekati Nisa yang tengah duduk manis di sofa.

Nisa hanya menggeleng kan kepalanya sebagai jawaban. Waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 dan Nisa belum makan malam.

Setelah mengantar si cowok ketus yang sok baik ini kerumah sakit Nisa langsung mandi dan tidur sebentar. Nisa dan Azka sampai dirumah tepat pukul 16:00.

Nisa juga sudah menjelaskan pada abangnya bagaimana ini semua bisa terjadi.

"Yaudah Abang beli makanan dulu si kantin rumah sakit. Kamu jangan macem macem." Tepat di akhir kalimat pandangannya mengarah pada Runa.

Runa yang melihat itu mengangkat sebelah alisnya. Azka mengelus puncak kepala adiknya kemudian beranjak.

"Runa."

Ucapan itu mengalihkan perhatian kakak beradik yang berinteraksi barusan.

Azka menoleh kearah sumber suara. Menatap lekat lekat sang tersangka.

"Oh, Runa. Saya Azka ini Nisa." Sahut Azka memperkenalkan diri.

Nisa memutar kedua bola matanya. Keadaan macam apa ini? Batinnya.

"Udah sana bang! Nisa laperr.." rengek Nisa.

"Yaudah iya! Abang tinggal nih" Azka berlalu dari ruang inap Runa.

Keadaan kembali awkward untuk Nisa. Akhirnya Nisa memilih memainkan ponselnya. Nisa terdiam, memikirkan kejadian yang menimpanya beberapa belakangan ini.

Rasa rasanya cowok di hadapannya ini, Nisa seperti pernah melihatnya sebelum kejadian di lapangan basket waktu lalu.

Sungguh menyebalkan! Karena cowok ketus ini Nisa gagal di tembak sama gebetan.

Nisa jadi kepo, sebenarnya apa mau cowok ketus di hadapannya ini.

"Niat Lo apa sih deketin gue?" Tanya Nisa. Pandangannya masih terfokus pada layar handphone nya.

"Kakak!" Ketus Runa.

Nisa menaikan pandangannya. Menatap ke arah Runa.

"Bodo! Lo ngerasa bersalah gara gara kejadian di lapangan basket itu?" Nisa menaikkan sebelah alisnya. "Ohh... Atau Lo naksir lagi sama gue?" Ujar Nisa heboh.

"PD banget" Runa terkekeh.

Nisa memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Runa barusan.

"Jadi nama lo Runa? Bagus sih tapi orangnya enggak tuh!" Ejek Nisa.

"Bego kok di pelihara" gumam Runa. Bibirnya menyeringai kecil.

"Apa?" Sahut Nisa heboh.

"Lo tuh ya! Udah ditolongin juga." Kesal Nisa. "Eh btw Lo sakit apa sih? Kok tadi hidung Lo ngeluarin darah? Malah banyak banget lagi." Tanya Nisa curiga. Matanya menyipit memandang Runa.

"Kakak! Gue lebih tua dari lo adik kecil." Ujar Runa dengan nada mengejek.

Nisa berdecak sebal. Ingin sekali rasanya Nisa menimpuk cowok di hadapannya ini dengan sendal yang ia pakai.

"Udah ditungguin juga gatau diri!" Ketus Nisa.

"Gue ga minta tuh!" Sahut Runa dengan ekspresi menyebalkan yang pernah Nisa lihat.

"Bodo! Gue mau nyusul Abang gue aja! Lo nyebelin." Nisa sudah beranjak dari tempat nya. Belum sampai tangannya memegang gagang pintu suara Runa menghentikan pergerakan nya.

"Tunggu! Lupain semua kejadian ini!" Ujar Runa tanpa menatap sang lawan bicara. Pandangannya menatap lurus kedepan.

"Ma-maksudnya?" Tanya Nisa gugup. Aura Runa sungguh menakutkan untuknya.

"Kembali menjadi asing." Ujar Runa. Nadanya begitu menyeramkan di telinga Nisa.

Nisa bergidik ngeri. Ia lantas langsung menarik handle pintu dan keluar dari ruangan yang sangat pengap untuknya.





Assalamualaikum temen temen
Jangan lupa vote dan komen yah

Jangan bosen! Tungguin update terbarunya.

Salam cinta dari saya❤

RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang