Kebetulan

5 3 0
                                    

Haii gayss..
Happy reading uy
Jangan lupa tinggalkan jejak

****

"Mir! Lo gitu banget sih." melas Nisa pada Mira.

"No..no..no. Sekali enggak ya enggak." Mira menggelengkan kepalanya tanda penolakan.

Nisa mencebikkan bibirnya kesal. Senyumnya langsung mengembang saat ide cemerlang terlintas di otak cantiknya.

Nisa menarik kursinya mendekat kepada Mira.

"Kalo lo mau bantuin gue, gue comblangin deh lo sama abang gue." bisik Nisa membujuk pada Mira.

Tampak semburat merah pada pipi Mira. Sudut bibir gadis itu berkedut menahan senyum.

Ga! Ga boleh. Ia tidak boleh luluh pada perayu seperti Nisa.

"Ga! Sekali ga ya ga." tolaknya tegas meski hatinya berkata lain.

"Ck, gitu amat sih jadi temen." Nisa menarik kursinya menjauh dari Mira.

Mereka tengah berada di dalam kelas. Hari ini guru tidak masuk dan kelas mereka di beri tugas sebagai gantinya.

Nisa, gadis itu sedari pagi membujuk Mira-sahabatny- untuk mengajarinya mengendarai motor. Aneh-aneh saja. Bisa habis Mira kalau tau bang Azka.

Nisa bangkit dari duduknya. Gadis itu beranjak meninggalkan kelas. Saat kakinya ingin melewati pintu kelas suara Mira menginterupsinya.

"Woi Nis, mau kemana lo?" tanya Mira sedikit berteriak. Karena keadaan kelas yang cukup gaduh karena tidak ada guru.

"Toilet!" jutek Nisa.

Ck. Pasti ngambek tuh bocah. Dumel Mira dalam hati.

****

Sepulang dari toilet Nisa tidak langsung kembali ke ruang kelas. Kakinya malah melangkah untuk berkeliling sekolah. Jam masih menunjukkan pukul sembilan lewat 40 menit. Jam pelajarn ketiga akan habis dua puluh menit lagi sebelum bel istirahat berbunyi.

Nisa melangkahkan kakinya ke koridor sebelah utara tempat nya ruang-ruang ekstrakurikuler dan aula serta laboratorium berada.

Sebenarnya Nisa juga takut ketahuan guru yang sedang patroli tapi dari pada ia mati kebosanan di kelas hanya karena tugas menyalin buku sejarah yang tebalnya hampir seperti kamus bahas indonesia itu, lebih baik ia merehatkan otaknya dengan tour area sekolah.

Setelah kurang lebih empat bulan menyandang gelar murid baru SMA GALANGGA. Nisa hampir tau seluruh bangunan sekolah karena waktu pengenalan lingkungan sekolah ia mengahafal lamat-lamat tempat yang di jelaskan.

Ada sekitar waktu dua puluh menit untuknya menyusuri bagian utara sekolah jadi ya lumayan lah. Mana tau ia bisa jumpa dengan kak Reno? Eh?

Mengingat soal Reno. Dimana kakak kelasnya itu ya? Setelah acara tembak menembak itu gagal, kakak kelasnya itu jarang menemuinya lagi.

Ia jadi rindu. Eh?

Nisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Otaknya ini perlu di refresh biar ga kacau.

Langkahnya terhenti saat mendengar suara dentingan piano yang mengalun indah.

"Eh siapa yang main piano di jam sekolah gini?" gumamnya. Nisa jadi merinding sendiri.

Ia takut tapi penasaran. Ck, kenapa sih rasa penasaran itu lebih dominan diabanding rasa takut? Menyusahkan saja.

Kakinya mendekat ke arah sumber suara. Bermodalkan pendengaran yang lumayan baik Nisa mencari-cari dimana kah makhluk yang memainkan piano itu?

RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang