cowok ketus

24 5 1
                                    

Nisa hanya diam mematung memandangi cowok di hadapannya saat ini. Ingin berkata tapi mendadak lidahnya kelu.

"Budeg?"

Lagi lagi Nisa tak bisa menjawab. Ada apa dengan dirinya? Mengapa mendadak gugup seperti ini?

"Lama!"

Cowok itu hendak berlalu dari hadapan Nisa namun terhenti karena suara Nisa yang memanggilnya.

"Kak! Tunggu!". Teriak Nisa

Cowok itu berbalik untuk mengahadap Nisa dan terjadilah aksi saling tatap tatapan dari jauh. Jantung Nisa mendadak berdetak dua kali dari biasanya. Bukan karena ia jatuh cinta melainkan takut dengan aura cowok di hadapannya saat ini.

Cowok itu menaikkan alisnya saat cewek di hadapannya tak kunjung bersuara.

"Gu..gu..gue mau nanya kelas 12 IPA 2 udah pulang semua?" Pandangan Nisa tertunduk dan ucapannya terbata bata. Gadis itu melirik takut takut ke arah cowok di hadapannya.

"Udah" singkat. padat. jelas. Hanya itu yang di ucapkan Runa. Ya, cowok yang tengah berhadapan dengan Nisa saat ini adalah Runa. Cowok yang sama yang melemparnya dengan bola basket dan mengakibatkan acara ungkapan perasaan tadi gagal.

"Sorry"

Nisa mendongakkan kepalanya menatap penuh pada Runa. Nisa tidak salah dengar kan? Cowok di hadapannya ini minta maaf?

Setelah mengucapkan perkataan yang membuat Nisa bungkam dan tak berkutik, Runa berlalu pergi tanpa embel embel lain meninggalkan Nisa di koridor sendirian.

Nisa masih mematung terheran heran. Yang ia tau dari kejadian barusan yang menimpa dirinya adalah lelaki yang ia jumpai dan diajaknya berbicara itu cowok ketus yang masih punya hati. Buktinya cowok itu mau meminta maaf karena telah melemparnya dengan bola baket meskipun singkat dan terkesan tak bersahabat.

Nisa mengedikkan bahu nya. Bukan kah ia tadi mencari keberadaan Reno? Kakak kelas yang sedang dekat dengannya dan yang barusan gagal mengungkapkan cinta pada nya?

*****

Akhirnya Nisa memutuskan untuk pulang karena lelah menunggu Reno yang tak kunjung muncul batang hidungnya.

Gadis itu berada di halte dekat sekolah. Menunggu angkutan umum agar dirinya bisa lekas sampai rumah dan istirahat.

Langit juga sudah tak bersahabat. Nisa sedikit khawatir, bolak balik ia mengecek hp nya. Menunggu Abang nya menelpon untuk menjemput dirinya. Namun yang diharapkan tak kunjung terjadi. Hp nya nyaris diam karena tak ada notifikasi yang masuk. Baik telepon maupun SMS. Jangan tanyakan kenapa tidak mengechat abangnya saja. Masalahnya Nisa lupa membeli kuota dan ia juga kehabisan pulsa.

Kring...kriting

Bel sepeda menarik perhatian Nisa. Di hadapannya seorang cowok dengan seragam SMA sama dengan dirinya tengah duduk di atas sepeda. Tatapan cowok itu lurus ke depan. Padahal Nisa kan di sebelah kiri nya.

"Mendung" ujarnya datar.

Iya tau mendung. Terus Nisa harus apa? Nisa tidak mengerti apa maksud perkataan cowok di hadapannya ini.

"Buruan" kali ini nada bicara cowok itu sedikit meninggi dan ditekan.

Nisa menautkan alisnya. "Maksudnya apa?" Tanya nya bingung.

Helaan nafas jelas di dengar oleh Nisa dari cowok di hadapannya. Cowok itu menatap seratus persen kepadanya. Nisa diam mematung. Kenapa dia lagi? Batinnya.

RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang