10

667 77 5
                                    

Mereka memasuki rumah dengan tergesa-gesa. Tanpa menghiraukan para maid yang menatap Seungmin dengan pandangan aneh, mungkin karena pakaian dan penampilannya yang terlihat seperti gelandangan dan sangat berantakan.

Mereka bertiga langsung menuju kamar Jeongin dan disambut oleh Mina, pengasuh yang tadi menghubungi Suzy.

"Apa yang terjadi Mina?" tanya Suzy pada sang pengasuh saat mereka sudah berada dikamar Jeongin.

"Saya mendapati tuan muda sudah tidak sadarkan diri saat saya kembali dari dapur mengambil makan siangnya." jelas Mina. "Maafkan atas keteledoran saya, nyonya." lanjutnya dengan takut-takut dan kepala yang menunduk.

"Tidak apa-apa, kau boleh pergi." ucap Suzy pelan. "Ah, apa kau sudah memanggil dokter?" tanyanya sebelum Mina benar-benar pergi.

"Sudah nyonya, mungkin sebentar lagi datang."

Suzy mengangguk dan mempersilahkan Mina keluar.

Seungmin mendekati Jeongin dengan langkah pelan. Matanya mulai berkaca-kaca saat melihat Jeongin terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang, tangannya menggenggam tangan mungil itu dengan sedikit bergetar.

Sekarang ia tahu kenapa ia selalu merasa seperti mengaca saat melihat mata Jeongin, karena anak itu mewarisi matanya. Dan perasaan yang sulit diartikan saat dengan Jeongin adalah cerminan ikatan seorang ibu pada sang buah hati.

Bibirnya tak henti-hentinya mengecupi tangan mungil yang berada di genggamannya, sedang tangan yang lain mengusap wajah Jeongin dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Pipi Seungmin basah oleh air mata yang terus mengalir dari mata sipitnya. Seungmin menangis dalam diam, bahkan ia dengan kuat menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan yang lolos. Ini salahnya, ini benar-benar salahnya, oh.. bahkan kini dirinya merasa bukan ibu yang baik, dia ibu yang jahat karena telah membuat buah hatinya jatuh sakit karena keegoisannya.

"Maafkan eomma, Jeongin." gumamnya lirih bahkan terlihat seperti hanya gerakan bibir tanpa suara diiringi oleh jatuhnya cairan bening yang tak berhenti keluar dari matanya.

Felix ingin sekali memeluk tubuh bergetar Seungmin. Namun apa daya ia tidak ingin mengacaukan semuanya, karena anaknya sekarang lebih membutuhkan ibunya. Oleh karena itu sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak membawa tubuh itu dalam rengkuhannya.

"Eomma." Jeongin mulai membuka mata.

Seungmin langsung mengusap air matanya dan lebih mendekat pada Jeongin. Mengusap kening anaknya dengan lembut. "Eomma disini sayang. Eomma disini." ucapnya dengan nada serak dan berkali-kali mencium tangan mungil Jeongin yang masih digenggamnya.

"Eomma, jangan pergi." ucap Jeongin lagi saat matanya sudah terbuka sepenuhnya dan menyadari jika ada Seungmin di dekatnya.

Seungmin mencium kening Jeongin sekilas lalu menggeleng. "Eomma tidak akan kemana-mana Jeongin, eomma disini." jawabnya. Air matanya lagi-lagi mengalir membasahi pipi.

Suzy memilih keluar dari kamar cucunya dan memberikan waktu untuk mereka sambil mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh, ini terlalu mengharukan untuk dirinya yang cengeng.

Felix yang mendengarnya entah kenapa mengharapkan lebih dari Seungmin tinggal demi Jeongin, ia berharap Seungmin tinggal juga demi dirinya yang membutuhkan wanita itu selalu disampingnya. Bukankah selalu ada kesempatan kedua? Dan Felix harap kesempatan kedua itu untuk memperbaiki semuanya, memulainya kembali dari awal dengan Seungmin dan juga anak mereka tanpa ada lagi kesedihan dan kehilangan diantara mereka.
.
.
.
.
.
.
.
Jeongin terlihat ceria setelah melihat Seungmin. Bahkan anak kecil itu sudah mau menghabiskan makanannya dan meminum vitamin yang diberikan oleh dokter, tentu saja dengan Seungmin yang menyuapi.

LOVE IS NOT OVER | SEUNGLIX -GS! (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang