09

629 74 10
                                    

NB : Kalimat dengan garis miring adalah flashback / memori ingatan yang tengah di bayangkan.



Jisung begitu stres dan lelah karena selama enam hari berturut-turut Felix terus datang ke cafenya untuk menanyakan keberadaan Seungmin. Meski ia sudah bilang jika tidak mengetahuinya, Namun Felix terus datang dengan desakan yang sama. Dan hari ini Jisung berharap jika lelaki itu tidak mengganggu ketenangannya.

Tring!

"Selamat da.." Oh, apa lagi ini? "Tang." apa Felix sudah lelah dan menyuruh ibunya, fikir Jisung saat melihat wanita paruh baya yang sangat ia tahu berjalan menuju tempatnya.

Wanita itu berdiri tepat didepan Jisung, hanya terhalang oleh meja kasir.

"Mau pesan apa?" ucap Jisung mencoba bersikap biasa.

"Jisung-ssi, bisa bicara sebentar?" tanya wanita tersebut.

Jisung menghela nafas sebentar lalu mengangguk pasrah. Keluar dari tempat kasir dan menggiring wanita paruh baya yang tak lain adalah Suzy menuju satu meja yang kosong.

Mereka berdua memilih duduk di kursi cafe paling pojok yang jauh dari pembeli lain. Untuk menyamankan obrolan mereka.

"Apa kau tahu Seungmin dimana?" Suzy bertanya tanpa basa-basi setelah mereka duduk.

Jisung sudah menduganya.

"Maaf ahjumma saya tidak tahu, karena sudah enam hari ini ia tidak masuk kerja." jawabnya dengan sopan.

Suzy menghembuskan nafas pelan. "Aku tahu kau berbohong, nak." ucapnya lalu meraih tangan Jisung. "Tolong beri tahu aku, dimana Seungmin. Aku mohon.." tuturnya dengan nada putus asa.

Jisung jadi gelisah sendiri, haruskah ia beritahu ibu Felix tentang keberadaan Seungmin. Tapi bagaimana jika wanita itu marah padanya, Jisung menggigit bibir bawahnya karena merasa bingung.
.
.
.
Seungmin hanya bisa meringkuk di tempat tidur apartemen Jisung, keadaanya sungguh menyedihkan. Mata bengkak, bibir kering, dan wajah pucat yang disebabkan terlalu banyak menangis, terlebih ia tidak mau makan. Kadang Jisung harus membujuknya setengah mati agar Seungmin mau mengisi perutnya walau hanya dua atau tiga siap nasi.

Selama enam hari ini Seungmin mengasingkan diri dari dunia luar. Fikirannya dipenuhi dengan ingatan tentang perlakuan Hyunjin dan Felix padanya, meski kini ia merindukan Jeongin setengah mati, namun sekuat tenaga Seungmin memilih menahan diri agar tidak berlari keluar rumah dan menghampiri anaknya, memeluk tubuh itu dan berteriak jika Jeongin anak kandungnya.

Seungmin tidak mau melakukan itu, karena ia tahu semua orang tidak akan mempercayainya. Bahkan mungkin akan menganggapnya orang gila yang mengaku-ngaku ibu dari anak mendiang artis terkenal. Walaupun pada dasarnya Jeongin adalah anak kandungnya, anak yang dikandungnya, anak yang lahir dari rahimnya. Alasan lain ia menahan diri adalah, ia tidak ingin bertemu dengan Felix. Karena setiap kali ia mengingat wajah Felix hatinya terasa diremat dan rasa sakit itu akan datang kembali menggerogoti hatinya yang sudah tercabik-cabik.

Meski begitu, setiap kali matanya terpejam memori manis dirinya dengan Felix dari pertama bertemu, saat Felix mengucapkan kata cinta padanya, saat mereka berbagi kehangatan di atas ranjang, semua dari memori itu selalu berputar seperti kaset rusak. Hingga membuat dadanya sangat sesak.

Felix memeluk Seungmin dari belakang saat gadis itu memasak untuk makan malam. Hyunjin sedang pergi mandi, dan kesempatan itu Felix gunakan untuk menikmati waktunya dengan Seungmin.

"Yak! Apa yang kau lakukan?" pekik Seungmin saat dengan nakalnya telapak tangan Felix meremas payudaranya yang terlihat sedikit lebih besar karena pengaruh kehamilannya.

LOVE IS NOT OVER | SEUNGLIX -GS! (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang