"He makes me surprise
with all what he do."***
"Selesai."
Agatha merapikan kembali alat-alat yang digunakannya untuk merawat punggung Ares. Ia merasa cowok itu sedang menatapnya, dan benar saja, saat ia berbalik cowok itu sedang menatapnya.
Tatapan itu datar dan lurus, tapi entah mengapa membuat Agatha merasa terintimidasi. Aura Ares berbeda. Ia meremas roknya dan berdeham.
"A-aku pergi dulu kalau gitu," ucapnya berbalik pergi.
"Kenapa?"
Agatha berbalik kembali dan mengerutkan keningnya.
"Kenapa gak nanya ini kenapa?" tanyanya lagi. Detik selanjutnya Ares menyesali pertanyaan itu.
Gadis itu diam beberapa detik lalu tersenyum, "Itu hak kamu mau ngasih tau atau nggak. Karena tugas aku cuman bantu kamu tawat luka, bukan bertanya."
Ares tertegun mendengar jawaban Agatha yang tidak biasa. Jika itu perempuan lain maka pasti mereka akan heboh bertanya ini itu sebelum merawat dirinya.
"Lo anak PMR?"
"Rencananya. Ini baru mau ngasih formulir."
"Oh."
Keheningan menyiksa Agatha berlangsung cukup lama sampai ada beberapa siswa dan satu petugas PMR yang datang.
"Yoo, ma bro!! Nih gue bawain petugas PMR yang cantik jelita!" Seru Revolt begitu memasuki UKS yang langsung dihadiahi jitakan oleh Arion.
"Berisik, pinter!"
"Sakit, woi!"
Ares menatap datar Revolt, "Telat."
Revolt, Arion, dan Bella menoleh ke arah Agatha.
"Eh, neng cantik ini siapa?" tanya Revolt sambil mengedipkan sebelah matanya.
Ares mendengus, Bella dan Arion memutar bola matanya jengah. Tingkah lalu Revolt jika bertemu gadis cantik memang begitu.
Agatha berusaha tersenyum singkat, "Agatha," jawabnya.
Bola mata Revolt langsung membulat, "Agatha? Agatha Dian Quinnsya? Murid pindahan dari Amerika itu?"
Agatha mengangguk.
"Ohh, ternyata lebih cantik aslinya. Btw, kok lo lancar Bahasa Indonesia?"
Pertanyaan bodoh itu dihadiahi sebuah toyoran kepala oleh Arion. "Ya dia kan emang orang Indonesia, pinter!"
"Lo kenapa seneng banget noyor kepala gue, sih? Nanti kalau otak brilian gue miring gimana?"
Bella mengangkat alisnya sambil bersedekap, "Bukannya emang udah miring ya tuh otak?"
Agatha terkekeh kecil tanpa ada yang menyadari, tapi Ares menyadarinya. Ia menatap senyum Agatha yang begitu manis.
Revolt memberikan ekspresi terluka yang dibuat-buat, "Jahat banget ayang Bella sama abang."
Arion menatap temannya itu jijik. Tapi Bella hanya mendengus tidak menanggapi lagi.
"Lo ngapain di sini?" tanya Bella menatap Agatha dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Oh, itu, aku mau ngasih formulir pendaftaran, tapi tadi liat.."
"Ares," sahut Revolt.
"Ah, iya, liat Ares sama temennya. Terus aku bantu rawat luka Ares," lanjut Agatha.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARES
RomanceAryesa Adhitama. Cowok yang tidak percaya lagi kepada orang lain selain dirinya sendiri karena masa lalu yang diukir kedua orang tuanya. Lalu, datang seorang murid baru, Agatha. Entah bagaimana, sejak gadis itu pindah ke sekolahnya, ia selalu seca...