•05•

3 0 0
                                    

"Pergi dengan alasan mencari yang lebih baik.
Lalu bagaimana jika yang ditinggalkan justru yang terbaik?"

***

Agatha melipat kembali baju
seragamnya dan memasukannya ke dalam totebag berwarna merah muda. Ia mengikat rambutnya menjadi satu dan menjepit poninya yang tidak bisa diikat dengan jepitan bergambar salah satu karakter BT21, Tata.

"Mel, udah belum?" tanya Agatha sambil mengetuk bilik toilet.

"Sebentar, Tha!!"

Agatha bersandar di wastafel, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi line. Tangannya bergerak mengetuk foto profile yang dari semalam ia lihat terus. Ares.

Profile nya adalah foto cowok itu yang sedang memakai helm di motor cross putihnya.

Pintu kamar mandi terbuka, Agatha mendongak, tapi bukan bilik toilet Melody yang terbuka. Agatha menoleh dan terkejut saat melihat seorang cowok masuk. Cowok itu juga tampak agak terkekut melihat Agatha di kamar mandi tersebut memakai baju olahraga.

"Kamu ngapain?" tanya Agatha pelan, takut teman-temannya yang sedang ganti baju di bilik toilet mendengar.

Ares mengerjap beberapa kali lalu menjawab pelan, "Mau ganti baju."

"Ini toilet cewek."

"Toilet cowok penuh."

"Tap-"

Ceklek

Agatha kalut dan buru-buru menarik tangan Ares ke dalam bilik toilet yang tadi ia pakai berganti baju. Tepat saat Agatha menutup pintunya terdengar suara Melody yang kebingungan mencarinya.

"Tha?"

"Ah. I-iya, Mel?"

Melody menatap pintu bilik toilet tempat Agatha dan Ares berada, "Lo di toilet? Bukannya udah selesai?"

"Ah, iya, aku.." Agatha melirik Ares yang sedang menatapnya, "Aku sakit perut. Iya, sakit perut, Mel. Sembelit kayanya. Kamu duluan aja, nanti aku nyusul."

Melody cemas, "Gak mau gue tungguin aja terus gue anter ke UKS ?"

"Nggak, gak pa-pa, Mel," jawab Agatha. Matanya bergerak gelisah, bilik toilet itu terlalu kecil untuk diisi dua orang.

Sekarang jarak tubuhnya dan Ares sangat dekat. Cowok itu meletakkan sebelah tangannya di tembok samping kepala Agatha. Agatha tidak mampu menatap kedua mata kelam Ares, ia gugup.

"Yaudah gue duluan, ya."

"Iyaa."

Agatha menghela napas lega saat mendengar suara pintu tertutup. Itu artinya Melody sudah pergi. Ia membuka pintu kamar mandi dan keluar dari sana. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang kelewat batas.

Saat Ares akan ikut keluar, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka lagi. Dengan cepat cowok itu menarik Agatha kembali masuk dan mengunci kembali pintu.

Terdengar suara dua siswi yang sedang cekikikan di balik pintu bilik toilet tempat Agatha dan Ares berada.

"Man, tolong pakein liptint, dong."

Dua siswi itu adalah Amanda dan Annisa, sekelas dengan Agatha dan Ares.

"Sini. Btw, murid baru itu, Agatha, ternyata cantik juga."

"Iya, cowok-cowok di kelas aja pada ngeliatin gitu pas dia perkenalan kemaren-kemaren."

"Udah seminggu ya dia di sini. Tapi anak-anak cowok kelas sebelah gak berhenti minta nomor sama id line-nya Agatha.

" Ck. Mentang-mentang Agatha cantik."

Ares melirik Agatha, gadis itu hanya diam sambil menatap ujung sepatunya saat mendengar namanya yang menjadi topik Amanda dan Annisa.

"Gue gak masalah asal Ares gak ikut-ikutan kesemsem sama dia."

Agatha melirik Ares dibalik bulu matanya sekilas.

"Mana mungkin Ares. Yang gue takutin justru Rey, masa dia jadi sering lirik-lirik ke bangkunya Agatha."

"Serius?"

"Iya, gue denger Agatha tipe ceweknya Rey banget. Polos gitu, masih aku-kamu an, cantik, baik, ramah, pinter lagi. Gue jauh banget, dah."

Ares mengerutkan keningnya mendengar nama Rey. Apa benar? Selama jam pelajaran--jika masuk kelas--ia selalu tidur, jadi tidak mengetahui soal Rey yang sering melirik Agatha.

Lalu kedua gadis itu tertawa, tawa mereka makin pelan saat keduanya makin jauh dari toilet.

Ares melirik Agatha, ia berdeham pelan untuk mencairkan suasana, "Mereka udah gak ada."

Agatha mengangguk dan membuka pintu.

"Mau kemana?" tanya Ares saat Agatha hendak keluar kamar mandi.

Agatha mengernyit, "Lapangan, lah. Udah terlambat."

"Bukannya lo bilang ke temen lo sembelit? Aneh aja kalau lo ke sana secepet ini."

Gadis cantik itu diam. Ia memikirkan kata-kata Ares yang memang benar adanya. Melody pasti akan aneh kalau dirinya kembali sangat cepat setelah bilang bahwa ia terkena sembelit

Lama mereka terdiam Ares menarik tangan Agatha dan membawanya pergi dari toilet.

"Eh, mau kemana?" tanya Agatha sedikit terkejut.

Ares diam tidak menjawab. Dan Agatha tidak membuka suaranya lagi. Mereka berjalan melewati koridor yang sepi karena sedang jam pelajaran.

Mereka berbelok di ujung koridor, lorong ini adalah tempat kelas-kelas yang sudah tidak terpakai berada. Rencananya akan dipakai kembali untuk mushola kelas 12 dan lab komputer atau perpustakaan.

Cowok itu berhenti di kelas kosong paling ujung. Ia melepaskan tangan Agatha dan menarik kalung yang melingkar di lehernya.

Liontin kalung tersebut ternyata sebuah kunci dan cincin. Agatha memperhatikan cincin tersebut. Sangat cantik. Melingkat tidak teratur seperti rambatan tangkai, ada hiasan daun-daun dan bunga mawar berwarna serupa. Silver.

Ares membuka kunci pintu kelas kosong tersebut.

"Mau masuk?"

***

Apa kah di dalam kelas tersebut?

Dan cincin punya siapa yang ada di kalung Ares?

Don't forget voment.

With luv,
Ren

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang