Chp 13

794 96 24
                                    

Author's POV

"Sanemi-sama!" Yuki melebarkan langkahnya demi memburu lelaki didepannya yang berjalan cepat, "Sanemi-sama, dengar dulu! Mengenai Genya-kun--" , "aku tidak mau mendengarnya" Langkah kaki Yuki terhenti, "kenapa? Dia kan adik Sanemi-sama, seharusnya Sanemi-sama mau mendengarnya sebagai kakak yang bertanggung jawab!"

Sanemi menghentikan langkah kakinya, ia menoleh kearah Yuki, membuat gadis itu tersentak melihat tatapan yang diberikan Sanemi, "aku tidak punya adik. Berhenti menyebut nama bocah tidak berguna itu, aku tidak mau mendengarnya" Sanemi pergi, membiarkan Yuki membatu di tempatnya.

Kenapa dia marah sekali?.., tak sadar bahwa sejak tadi ia tegang, bahunya akhirnya merosot kebawah merasa lega ketika melihat Sanemi pergi.

Hashira memang berbeda ya.., batin Yuki

Gadis itu memutuskan untuk pergi kekamarnya, mendinginkan kepalanya  sambil berusaha mencari solusi mengenai kedua saudara itu. Ia tak bergeming dari tempatnya berjam-jam, namun otaknya tak dapat mencapai solusi, "aku mau menyelesaikan masalah orang lain, tapi masalahku sendiri saja belum selesai.." Ia memangku dagunya, menghela nafas menatap keluar jendela, "tapi kasihan Genya-kun. Dia kelihatan sedih begitu.."

Yuki menghela nafas kasar sambil mengacak rambutnya, "ah, sebaiknya aku memeriksa Genya-kun saja dulu" Ia berdiri, sebelum keluar dari kamarnya, ia memastikan rambutnya rapi kembali dan akhirnya berjalan keluar. Untungnya, kamar Genya tak jauh dari kamarnya sehingga ia tak perlu merasa khawatir bakal tersesat dalam tempat ini, "Genya-kun? Aku masuk ya" Yuki membuka pintu tersebut, menampilkan Genya yang sedang menatap cermin dengan tajam, "ngapain kau?"

Genya berbalik, menatap Yuki terkejut, "se-sejak kapan kau ada disitu?" , "barusan. Kau ngapain sih?" Yuki menghampiri Genya yang terduduk didepan cermin itu, "kalau mukamu jelek ya mau bagaimana lagi"

"Kau benar-benar ingin berkelahi denganku ya?" Genya menatap kesal kearah Yuki yang hanya menyeringai kearahnya. Lelaki itu menghela nafas, "aku hanya sedang berpikir, bagaimana ekspresi wajahku nanti saat aku benar-benar menghadapi aniki.." Ia kembali menatap cermin di hadapannya, "aku sudah tidak tahu bagaimana cara menghadapinya" Ungkapnya

"Hadapi seperti biasa saja" Genya menoleh kearah Yuki, "kalau Genya-kun, seperti biasa saja sudah cukup. Tidak usah memikirkannya terlalu berlebihan. Diakan kakakmu, bukan orang asing" Yuki tersenyum tipis kearahnya.

Genya mengangguk pelan, "ngomong-ngomong" Yuki menatap Genya bingung, "bagaimana bisa kau kenalan dengan aniki? Bukannya hashira sering sibuk pergi dan pulang dari misinya. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir aku bertemu dengannya, sampai hari ini tiba" Ucap Genya

"Mm.. Aku kan dulu tsugukonya Uzui-san" , "Uzui-san?" Genya bertanya balik. Yuki mengangguk, "pilar suara. Tapi aku dihentikan. Jangan tanya kenapa" Yuki menatap tajam kearah Genya yang baru ingin membuka mulutnya, "intinya, aku diperkenalkan sama Uzui-san. Tapi aku tidak terlalu dekat dengannya" Yuki melipat kedua lengannya didepan dada, "aku baru dekat dengannya setelah pergi menjalani misi dengannya, begitu saja"

"Begitu? Aku penasaran kenapa kau dan Aniki bisa dekat begitu dengan cepat" Genya tersenyum kecut, "maa, maa. Jangan murung begitu" Yuki menepuk-nepuk bahu Genya, "ada saatnya akan tiba kalian akan saling melindungi punggung satu sama lain. Bukan sekarang, tapi aku yakin suatu hari nanti, akan terjadi"

Genya mengangguk, "aku harap begitu"

Yuki memutuskan untuk kembali kekamarnya. Pada akhirnya, ia tertidur pulas hingga malam tiba. Disaat ia bangun, ia menemukan kertas didepan pintunya yang mengatakan bahwa makan malam sudah tiba. Sebelum ia pergi, ia memutuskan untuk pergi ke kamar Genya.

Your Voice||Uzui Tengen[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang