Entah berapa kali ku lirik dentingan jam dinding itu, seolah bait novel yang sedari tadi kubaca tak ingin bersahabat dengan mataku. Waktu berjalan sangat lambat menurutku. Bahkan jam istirahat yang kuharapkan berlalu sangat cepat, nyatanya justru menertawai kebosananku.
"Suka baca novel ya?" sahut sebuah suara membuat wajahku menoleh refleks. Kali ini laki-laki yang berbeda dengan teman sebangkuku. Dia tersenyum ramah, dan tanpa meminta izin dia menarik bangku di sebelahku dan mendudukinya.
" Alfan", katanya yang menyadari kebingunganku.
" Namaku Alfan, aku duduk tiga meja di sebelah kirimu".
"Oh", balasku singkat. Aku kembali sibuk dengan novel.
" Kenapa lebih memilih duduk di kelas?" tanyanya lagi.
" Kamu tidak lapar? "
"Sama sekali tidak," jawabku berbohong karena kenyataannya cacing-cacing perutku sejak tadi menari-nari meminta diisi.
" Aku suka novelmu, caramu menceritakan benar-benar membuat pembacanya terbawa suasana," kata Alfan yang membuatku tertegun sesaat.
" Novelku?" tanyaku takut salah dengar.
Alfan mengangguk." Kamu Nadira, si penulis novel Senja kan?" katanya yang langsung membungkam mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir (TAMAT)
RomanceTerkadang, aku merasa menjadi bukan diriku. Apalah artinya jika nyatanya hidup adalah topeng palsu di balik tubuh yang hilang akan sukmanya. Ketika nafas yang ku hirup hanyalah sebuah teori yang terasa tidak benar-benar terjadi. Dan bibir ku kaku di...