***
happy reading guys..
kalo udah denger adzan shalat dulu,baru lanjut!
***
"Kamu telah membuat keputusan yang tepat,"
kata Faiq sambil menepuk pundakku, kemudian berjalan meninggalkanku yang masih diam menatap hujan, hujan yang tidak lagi kubenci.Yups! karna hari ini dia mungkin tak akan kembali mengganggu pikiran ku lagi.Dia yang telah menjadi masa laluku
29 Desember, pukul 16:50 Akhir Desember di musim hujan, aku, Alfan dan Faiq kembali ke tempat dimana aku bisa melihat senja. Aku berdiri di antara Alfan danFaiq. Kami sama-sama menunggu senja yang tampak malu menunjukkan pesonanya. Aku tetap menunggu, karena aku yakin dia akan muncul.
"Kamu tau nggak, arti namaku?" tanya Alfan memecah kesunyian.
"Tidak. Memang apa? tanyaku ingin tahu.
"Penjaga", jawabnya.
"Dan rasanya tidak akan berguna jika aku tidak mempunyai sesuatu yang berharga untuk kujaga."
Aku terdiam, kulirik Faiq yang asik memotret pemandangan dengan kameranya, seolah tidak mendengar apa pun. Jantungku mulai berdegup.
"Maukah kamu menjadi sesuatu yang berharga itu?" tanya Alfan akhirnya.
Aku mendekap mulutku. Akhirnya yang kubayangkan terjadi. Dan aku sekali lagi dituntut untuk membuat keputusan.
"Kamu tau,Fan. Aku nggak bisa" jawabku yang langsung membuat rona wajahnya berubah. Bahkan Faiq sampai berhenti memotret.
"Aku nggak bisa nolak permintaan itu", lanjutku. Alfan tersenyum.
Aku telah memilih senja yang baru. Segera kutarik pikiranku dulu bahwa tak akan kutemukan bahagiaku di Kota Bandung. Senyatanya,mungkin Alfan akan menjadi senja terakhirku. Dan aku tidak takut untuk mencintai, karena jika aku memikirkan resiko yang akan terjadi, maka artinya aku tidak tulus. Inilah secercah harapan baru yang akan kutulis di halaman awal kisahku bersama Alfan.
***
TAMAT
okay guys kayaknyaaa ni ceritaaa cmn segini ajaa jadii cerpenn aja duluu :')
ni monmaap ni yee kalo ceritanya agak agak gimnaa gituu namanya juga pemula wkwk
jangan lupaaa baca karya aku yang lainnya ok ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir (TAMAT)
RomanceTerkadang, aku merasa menjadi bukan diriku. Apalah artinya jika nyatanya hidup adalah topeng palsu di balik tubuh yang hilang akan sukmanya. Ketika nafas yang ku hirup hanyalah sebuah teori yang terasa tidak benar-benar terjadi. Dan bibir ku kaku di...