part 5 pengungkapan

15 3 4
                                    

~Hujan~

banyak orang yang menyukai hujan,karena hujan menyejukan,menenangkan,,hujan! Maaf aku sedikit tidak menyukaimu karena,masa laluku kembali hadir,saat seseorang hadir dan pergi begitu saja tanpa pernah kembali walau hanya sesaat.~Nadi

Kuhempaskan pensil yang sedari tadi melekat di jemariku, seakan jemariku tak lagi akrab dengannya. Kutatap rintikan hujan di jendela kamarku. Satu-satunya yang patut aku salahkan adalah hujan. Aku benci hujan. Imajinasiku seakan ikut buyar karena derasnya. Dan bukan cuma itu, irama rintikannya seolah mencoba membuka kembali kenangan lama yang telah kusimpan di balik debu-debu masa lalu.

"Kenapa? Kamu baik-baik aja?" tanya Alfan yang memperhatikanku. Dia meneguk teh hangat yang sengaja kusajikan karena menemaniku mengerjakan tugas cerpen yang diberikan Pak Bowo.

"Aku benci hujan," kataku pelan.

"Kenapa?"

"Hujan membuka kembali memori yang sejak lama kusembunyikan darinya," jawabku yang masih menatap rintikan hujan.Alfan menarik sebuah bangku, dan mendudukinya tepat di sebelahku.

"Jadi, mau cerita sesuatu?"

Aku menimbang-nimbang sebentar, dan akhirnya kuputuskan untuk bercerita.

"Ini tentang seseorang. Aku pertama kali mengenalnya saat hujan yang turun di akhir Desember. Dia datang dengan menyelamatkanku dari derasnya hujan. Dia baik, sangat baik karena semua perkataan indahnya mampu membuatku tetap terjaga dari kantukku. Bahkan pundaknya selalu kumiliki jika aku lelah. Aku dan dia telah menghabiskan waktu yang cukup lama menurutku. Orangtuaku pun menyukai sikapnya yang santun. Semua orang mengatakan aku wanita yang beruntung. Tapi ternyata tidak. Dia pergi dengan memilih orang lain tepat di hadapanku. Aku tidak sendiri saat itu, hujan lagi-lagi menemaniku. Dan sejak saat itulah aku mulai membenci hujan."

Alfan meneguk kembali tehnya, kemudian terdiam seolah merasakan kesedihanku. Aku pun tak ingin berkata-kata. Dia memandang ke luar jendela untuk beberapa saat, dan bibir merahnya kemudian tersenyum.

"Kamu tau tidak, bukan salah hujan jika semua itu terjadi, kata Alfan. Dia cuma kiriman Allah yang menjadi saksi atas kepergian orang yang salah itu. Allah tidak ingin kamu bersama dengan orang yang salah, itu sebabnya dia mengirimkan hujan sebagai saksi yang selalu mengingatkanmu, agar suatu saat kamu tidak kembali bersama orang itu."

"Menurutmu begitu?" kataku yang terkesan oleh kata-kata Alfan yang bijak barusan.

Dia mengangguk yakin, kemudian berdiri dari tempat duduknya, membuka jendela kamarku, dan melompat ke luar menyerbu derasnya hujan. Aku hampir saja berteriak namun wajahnya membungkam mulutku. Alfan tampak menyukai hujan. Dia tidak takut sama sekali. Direntangkannya kedua tangannya sementara wajahnya mengadah ke atas, tersenyum. Aku diam, takjub.

"Lihat kan? Hujan tidak seburuk yang kamu pikir. Buktinya, dia membelaiku dengan lembut," katanya setengah berteriak mengalahkan gemuruhnya suara hujan. Aku menatap matanya dalam-dalam. Mata yang teduh itu menggerakkan bibirku untuk kembali tersenyum.

"Dengar Nadi aku tau ini mungkin terlihat konyol. Tapi aku yakinkan satu hal, bahwa aku mampu menghapus kenangan pahit itu. Hanya saja aku tidak bisa melakukannya sendirian, aku butuh izin untuk masuk ke dalam hatimu, menuntunmu ke luar dari bayang bayang masa lalu,"katanya lagi yang masih berteriak.

gimana ceritanya guys?vote yaaa

makasihh buat yang udah baca :) share ke teman teman kalian ok!

salam santun ;)

Senja Terakhir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang