25. pak teddy sama sekali tidak menyerah.

9.5K 1.4K 312
                                    

Klo org idung mancung itu lobang idungnya panjang ya, tante lsg ngaca meriksa lobang idung 😅

Febi POV

"Gue lupa mau komentarin elu, dari pagi senyam-senyum aja, bahagia bener" Kataku lalu menyesap kopi susu panas yang baru aku buat.

"Gimana gak bahagia" Shanti bukannya menjawab pertanyaan isengku dia malah semakin tersenyum dengan pandangan menerawang sedikit ke atas, membuatku mengernyit melihatnya.

"Dennis yang bikin gue bahagia" Shanti melanjutkan perkataannya setelah dia puas tersenyum.

Aku dan Shanti sekarang berada di ruang pantry setelah menyantap makan siang, berada di sini lebih leluasa untuk membicarakan Dennis ketimbang berada di ruangan kami, tahu sendiri ternyata Dennis memang hanya berpura-pura memakai earplugs mendengarkan musik tapi ternyata dia masih mencuri dengar percakapan kami.

"Kemarin elu gak ikut kita sih, Feb" Lanjut Shanti kali ini perempuan yang duduk sambil menopang dagunya itu tersipu.

Rasa-rasanya aku tidak perlu bertanya apa yang terjadi kemarin antara si Tante Genit ini dengan Dennis melihat dari cara tersipu Shanti yang bikin ngusap-usap dada.

"Kemarin gue akhirnya bisa bikin Dennis mutusin naik motornya ke coffee shop kopi lima detik" Shanti menarik nafas dengan mata berbinar terang.

"Gue modus banget yang pastinya dong ya. Dan elu tau apa yang terjadi sepanjang perjalanan?" Tanyanya semangat.

"Gak mau tau" Jawabku acuh. Aku tidak ingin si Tante Genit ini memperpanjang menceritakan pengalamannya bersama brondongnya itu.

Padahal kemarin sudah berjanji mau mundur teratur karena Dennis culametan. Sekalinya di ajakin ngopi langsung lupa segalanya.

"Gue kasih tau nih" Shanti tidak perduli dengan perkataanku yang acuh, perempuan itu tersipu lagi, wajahnya memerah seperti kepiting rebus, entah apa yang sekarang ada di pikirannya.

"Tangan gue ini" Lanjutnya dengan mengangkat kedua belah tangannya ke atas sambil tersenyum-senyum.

"Akhirnya merasakan meluk brondong dari belakang, wanginya Dennis masih bisa gue rasakan sampe sekarang" Shanti memejamkan matanya lalu tangannya mendekap tubuhnya sendiri persis seperti orang yang sedang memeluk seseorang dari belakang.

Kepalaku menggeleng pelan melihat kelakuannya, memang tidak ada bedanya dia dengan aku waktu Dennis mengantarkan aku pulang juga sih.

"Dan otak kotor gue ini" Shanti membuka matanya dengan dramatis.

"Masa nyuruh-nyuruh tangan gue buat semakin turun dari pinggang ke pangkal pahanya Dennis"

"Kan gila nih otak ya, masih untung tangan gue nolak, coba kalo kejadian tangan gue grepein meriksa gede nggaknya tytyd Dennis karena kepikiran sama jempol kakinya yang gede itu...hmmpphh..."

Aku berdiri dengan tiba-tiba dan membekap mulut Shanti karena melihat Dennis masuk ke ruang pantry tanpa suara.

Mata Shanti melebar ketika tubuhnya memutar memeriksa siapa yang barusan masuk ke dalam ruang pantry.

"Mampus gue" Runtuknya pelan setelah melepas bekapan tanganku.

"Gue balik ke ruangan duluan, Shan" Pamitku cepat-cepat tidak ingin merasakan kecanggungan yang akan terjadi apabila kami masih berada di tempat ini.

My Assistant Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang