7. kejadian itu

13.1K 1.6K 232
                                    

Idung sama rahang lancip bener, jadi gatel ini jari pengen menelusuri jejak jambang ke dagunya, nyari2 kutu 🤭😆

Febi POV

Alisku bertaut melihat sepasang sepatu sneakers compass gazelle hi cappuccino yang terletak di dekat pintu masuk rumah ketika aku sampai di rumah sore hari menjelang malam.

Apri tidak mungkin meletakkan sepatunya di sembarang tempat, adikku itu orangnya lumayan rapih, dia takut kalau menaruh sepatu di depan pintu rumah akan kena di pipisin kucing, dan setahu aku walaupun Apri selalu update memakai barang-barang hasil endorse rasanya dia belum pernah mengendorse sepatu merk ini.

Suara tawa terdengar begitu aku menutup pintu, alisku semakin bertaut dalam melihat ibu, Apri dan sesosok pria yang duduk memunggungiku di ruang keluarga ketika langkah kakiku tiba di ruangan tersebut.

Tanpa perlu menebak siapa gerangan sosok itu, aku sudah bisa tahu karena hanya ada satu orang pemilik rambut coklat tua yang baru-baru ini aku lihat.

"Feb, kamu masih inget Dennis gak? Yang dulu sering nginep di sini"
Kulihat punggung Dennis menegang tegak ketika ibu menyapaku.

Aku berjalan melangkah menghampiri mereka, kulirik Apri yang raut wajahnya berubah kecut melihatku dengan pandangan takut.

"Inget, bu" Jawabku masih berdiri tidak berniat untuk bergabung duduk dengan mereka.

"Sini Feb, duduk dulu, Dennis berubah banget loh, ibu sampe pangling liatnya"

Aku meringis mendengar ibu berkata demikian dengan tangan menepuk-nepuk sofa di sampingnya, berhadapan dengan Dennis.

"Nanti aja bu, aku mau mandi dulu" Sahutku lalu berjalan melewati Apri dan mentoyor keningnya dengan kesal sehingga menyebabkan kepalanya mundur ke belakang.

"Apaan sih kak"

Protesan Apri aku balas dengan delikan mata, membuat Apri mencibirkan mulutnya.

"Saya pulang dulu ya bu, ternyata udah lama juga di sini, gak kerasa waktu berlalu, tau-tau udah malam aja"

Masih bisa ku dengar suara berat milik Dennis sebelum aku membuka pintu kamar.

"Lho masih sore gini, malu sama banci-banci, mereka aja keluarnya nanti jam dua belasan, udah di sini dulu aja, ibu ke dalam, kamu ngobrol aja sama Apri"

Duh, ibuuu... runtukku dalam hati sambil menepuk kening.

"Hahaha, elu kenapa sih? Santai aja, kak Febi kan memang gitu orangnya"

Tanganku mengepal erat mendengar perkataan Apri yang membuat telingaku mendadak panas, ingin rasanya kembali ke sana dan membenturkan kepala Apri dengan vas bunga.

'Memang gitu orangnya' maksudnya apa?

"Gak enak gue, Pri" Suara Dennis terdengar seperti orang kicep.

Bibirku menyungging sedikit ke atas, aku sengaja berdiri lama di depan pintu karena ingin mendengar percakapan mereka setelah aku tidak berada di sana.

"Biar ibu samperin Febi, udah kamu di sini aja, kalau mau ya nginep, kan udah lama gak ke sini, kamu besok mau di bikinin nasi goreng gak? Udah lama juga kan gak makan nasi goreng ibu"

Suara ibu terdengar semangat, tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu kamar sebelum ibu benar-benar menyusulku.

Sesaat setelah aku menutup pintu kamar, aku berdiri bersender di baliknya, menghela nafas panjang, berjengit kaget karena mendengar suara ketukan pintu walapun aku sudah menduga ibu akan menyusulku ke kamar, tetapi tidak menyangka secepat ini.

My Assistant Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang