Marry Me, Yeriana

6.3K 592 285
                                        

Terima kasih telah mengikuti, memberikan vote dan komen super. Semoga kalian masih rela meninggalkan apresiasi di part akhir sepanjang 3500+ kata ini. Selamat menikmati ending yang sederhana. Play mulmed Beautiful In White by Shane Fillan.

..

"Selamat ulang tahun, Abhoji," Jungkook memeluk tubuh Tuan Bae, di belakangnya ada Yeriana membawa bingkisan cukup besar yang diletakkan di meja tamu. Pria berumur itu membuka lebar kedua lengan, sedikit kikuk, Yeriana mendekatkan diri lalu merasakan tepukan pelan pada punggung. Ia tahu kalau Ayahnya sedang tersenyum saat ini.

"Selamat ulang tahun, Ayah."

"Terima kasih, Nak."

Jungkook menyaksikan Yeriana berkali-kali mengambil nafas panjang seraya meliriknya. "Ana sepertinya ingin mengobrol dengan Abhoji." Jungkook memberi ruang orang tua dan anak itu untuk saling membuka hati. Tugasnya sudah selesai, sisanya serahkan pada Yeriana yang berjanji akan memperbaiki sikapnya selama ini.

Selepas kepergian Jungkook, ada keheningan di dalam ruangan. Yeriana ingin memulainya namun ia tidak sepiawai Jungkook dalam hal menyusun kalimat yang manis.

"Duduk samping Ayah, Yeri-ah." Tuan Bae menepuk sisi kanan sofa, Yeriana berjalan mendekat. Mereka bersama menatap taman lewat jendela yang sangat luas.

"Bagaimana kabar Ayah?"

"Never better, Ayah senang kau datang pagi ini."

Yeriana meletakkan kedua tangan di atas paha, diliriknya wajah Sang Ayah yang semakin kentara kerutan akibat dimakan usia, "Ayah tahu pagi ini aku pulang?"

Tuan Bae mengangguk, "kau selalu pulang ketika Ayah ulang tahun, Ayah tidak pernah lupa."

Saling berpandang, mata Yeriana berkedip pelan, "maafkan aku, Ayah." Dahulu mengatakan tiga kata sakral tersebut sangat berat bagi Yeriana, namun semenjak Jungkook menasehati kalau orang tuanya tidak seburuk prasangka yang selama ini menempeli isi kepala, yang ada justru getaran di dalam dada.

Satu kalimat itu membuat Tuan Bae tersentuh, tanpa ragu ia menerima pelukan Yeriana.

"Aku salah telah membuat Ayah kecewa, aku tahu menjadi orang tua tunggal pasti sangat berat," Yeriana mengeratkan pelukan, suaranya bergetar. "Seharusnya aku sadar kalau aku adalah Ayah, melawan Ayah seperti melawan diriku sendiri. Aku menyesal," Yeriana menumpukan dagu pada bahu Sang Ayah.

Menepuk serta mengusap kepala Yeriana, Tuan Bae tersenyum sembari mengangguk. "Ayah tidak pernah keberatan merawatmu dan Yedam, Nak. Ayah tahu kalau sekarang kau bukan putri kecil yang bisa Ayah atur setiap saat," Tuan Bae mengecup surai sang putri. "Maafkan Ayah kalau kau kecewa dengan kematian Ibumu."

Yeriana menggeleng, dikendurkan pelukan, "aku seharusnya tidak boleh menyalahkan siapapun atas kematian Ibu, semua sudah takdir." Yeriana menunduk saat pelukan Ayahnya terlepas, "aku harus belajar untuk benar-benar menerima kalau Ibu memang sudah tidak ada."

"Ayah juga berusaha sepertimu, menerima kematian orang yang dicintai tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ayah ingin menggantikan posisi ibumu tapi tidak sesuai harapanmu, mungkin Ayah harus lebih bersabar."

Tanpa terasa buliran air mata kembali menetes, Yeriana mengulurkan tangan sekali lagi guna memeluk Ayahnya yang juga merasakan hal yang sama, "aku sayang Ayah dan Yedam...," bisiknya.

OutrageousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang