Penasaran

14 3 0
                                    

Tania sekarang berada di rumahnya. Setelah pergi ke acara makan malam itu, Tania langsung membersihkan tubuhnya lalu bersiap di meja belajarnya.

Tok tok tok

"Iya masuk."

Muncul Diandra di ambang pintu sambil tersenyum manis. Ia membawa nampan berisi roti lapis dan susu coklat kesukaan Tania.

"Kamu belajar? Istirahat aja, hari ini gausah belajar dulu." Ucap mama Tania lembut.

"Engga mah, besok aku ada ulangan harian. Jadi aku harus belajar."

"Yaudah, nih dimakan dulu rotinya habisin, susunya juga. Kalo udah selesai belajarnya kamu langsung tidur." Jelas Diandra.

"Iya mah." Tania menyantap roti lapis buatan mama nya itu. "Oh iya mah, aku kok masih ga yakin ya si Jessica kaya jadi baik gitu

"Sstt, ga boleh suuzon kaya gitu. Biar bagaimanapun kita harus tetep baik sama orang dan ga boleh berburuk sangka kaya gitu walaupun mereka pernah nyakitin kita." Jelas Diandra dengan senyumnya yang sangat tulus, Tania hanya bisa membalas senyum mama nya itu.

"Tapi mah, kita juga harus tetep hati - hati ya. Pokoknya mamah juga jangan gampang luluh, tipu daya orang zaman sekarang canggih - canggih mah." Diandra hanya tertawa kecil lalu mengangguk paham.

"Yaudah, habis belajar langsung tidur ya. Mamah mau ngecek ade kamu dulu."

"Oke mah."

Ting!

+6282264719021
Save nomor gue

Tania mengerutkan dahinya, siapa yang mengirimkan pesan kepadanya malam - malam begini? Dan dapat dari mana nomornya?

+6282264719021
Dani.

Tania terkejut, apa katanya? Dani? Ya Tuhan, bagaimana Dani bisa tahu nomor Tania?

Tau dari mana nomor gue?
Lu kepoin gue ya?!
Ngaku lo!

+6282264719021
Berisik

Read

"Dih gajelas banget sumpah nih cowok."

~He is Ma Boy~

Pagi ini Tania sudah rapih dengan seragamnya. Ia juga mengikat rambutnya dengan model kuncir kuda, betapa cantiknya ia pagi ini.

Tania bergegas keluar kamar dan menuju ke ruang makan, pasti ibu dan adiknya sudah menunggu.

Saat sampai, ia disambut oleh senyum sang ibu yang sangat cantik dan disana sudah ada adiknya yang tampan.

"Tania, nanti Devano bareng kamu ya ga apa - apa kan? Mamah ada meeting tapi bukan di kantor, tempatnya di kafe, sekolah kalian ga searah sama kafe itu." Tanya Diandra kepada Tania.

"Yaa ga apa - apa, mamah ini suka begitu ngapain juga pake izin segala, hahaha." Tawa Tania singkat namun menggemaskan.

"Aku ambil tas dulu mah, kak." Devano akhirnya bersuara.

Setelah semua siap, Tania dan Devano berpamitan dengan sang ibu. Mereka langsung pergi dari pekarangan rumah sesaat setelah masuk ke dalam mobil.

"Kak, acara makan malam kemaren gimana?" Tanya Devano setelah beberapa saat hening.

"Lancar kok, alhamdulillah. Tapi, ya gitu."

"Hah? Gitu gimana?"

"Ga apa - apa. Gimana kemaren? Lancar kan?"

"Lancar kak, bulan depan tanding lagi. Bulan depan kakak nonton dong, gaseru nih adenya tanding basket ga ada yang dateng."

"Maaf, iya nanti dateng. Tapi kalo ga sibuk, hahaha."

Tak terasa karena obrolan mereka berdua, sekarang mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Devano.

"Aku turun kak."

"Iya hati - hati, pulangnya dijemput ga?"

"Gausah, aku nanti bareng varrel."

Devano pun turun dan ia memperhatikan mobil kakaknya yang sudah melesat dari tempatnya parkir tadi. Devano langsung pergi menuju kelasnya.

Tak sampai 10 menit, Tania sudah sampai di sekolah dan segera memarkirkan mobilnya. Oh sial, mobil anak itu baru saja tiba saat ia selesai memarkirkan mobil.

Tania tidak langsung turun, ia menunggu laki - laki itu keluar dari mobilnya. Ia malas bertemu dengannya.

Setelah beberapa saat memperhatikan keadaan sekitar, Tania akhirnya turun dari mobilnya. Ia bergegas menuju kelasnya karena sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.

"Aaaaaaa." Kaget Tania terkejut saat tangannya ditarik oleh orang yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang mengirimkan pesan padanya semalam, Dani. "Apaan sih lo! Gajelas banget."

"Lo yang apaan, sombong banget chat gua cuma di read." Ucap Dani dengan suara yang pelan dan santai.

"Lah, suka - suka gua lah. Hape - hape gua, lagi juga siapa suruh ngechat gua." Ucap Tania geregetan.

"Kenapa?"

"Hah? Kenapa apanya?"

"Gajadi."

"Gajelas banget si lu, udah ah lepasin." Dani langsung melepaskan tangan Tania dari genggamannya. "Gitu dong dari tadi, udah ah gue mau ke kelas!" Tania kesal, ada apa dengan laki - laki itu? Ia baru tiga hari di sekolah ini, tapi kenapa sudah ada orang aneh macam itu.

Saat Tania beranjak ke kelas, Dani masih diam di tempat. Ia termenung memikirkan kejadian tadi.

"Kenapa gua kaya tadi? Argh!" Dani tidak tahu ini kenapa, namun ada suatu hal yang aneh pada dirinya, juga hatinya.

Ada satu orang yang dari tadi menyaksikan interaksi Tania dan Dani. Ia menyaksikan dengan tatapan marah, ia berjanji pada dirinya sendiri akan berbuat sesuatu pada salah seorang diantara mereka berdua.

"Tolong jangan main - main sama gue, anak baru."

Tbc.

Notes*
Uwaaaaaahhhhh akhirnya setelah 3 minggu aku comeback😭 maafin banget kemarenan tuh banyak banget tugas. Maklum kelas 12 jadinya repot, sekarang aku update karena lagi libur;'(

Buat kelas 12 yang tahun ini lulus, sabar ya. Pasti kalian UN nya juga diundur kan? Kita sama kok, selagi libur ini kalian perlu menerapkan Social Distancing ya supaya membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran Virus COVID-19 (CORONA).

Kalian ga perlu takut dan khawatir, cukup ikuti saja langkah - langkah pencegahannya dan mari sama - sama terapkan hidup sehat!

Insya Allah aku bakal rajin update selama 14 hari ini sembari meluangkan waktu kosong. Semoga makin suka ya sama Tania!

He is ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang