The First Problem

9 1 0
                                    

Rabu ini, Dani datang ke sekolah dengan terburu - buru. Ia bangun kesiangan karena terlalu larut main game malam tadi.

Wajarnya, ia datang ke sekolah menggunakan motor memakan waktu 15 menit. Tapi hari ini, dalam waktu 7 menit ia sudah sampai di sekolah dengan gerbang yang hampir ditutup.

Ia segera memarkirkan motor nya, melepaskan helm dan segera menuju kelas. Dani adalah murid pintar jika kalian lupa, bahkan ia hampir tidak pernah datang terlambat ke sekolah.

Namun, sesuatu membuatnya marah, membuatnya tidak suka, ia mengepalkan tangannya membuatnya menjadi bentuk pukulan yang siap meninju siapapun.

Dani melangkah maju, menghampiri orang - orang yang berkumpul di depan sana, menatap mading penuh minat dengan sedikit hinaan yang keluar. Beberapa dari mereka tersadar akan kehadiran Dani kemudian mundur sedikit demi sedikit.

Ia semakin geram dan naik pitam saat melihat mading yang penuh dengan poster dan tulisan - tulisan.

Lonte ga pantes pacaran sama Dani.

Tiap lonte selalu pake pelet, dan Dani kena pelet nih guys!

Lonte deketin cowo kaya buat diporotin, sama kaya nih cewe.

ANJING LAGI SAMA MAJIKAN, HAHAHAHA.

AW BAU NAJIS.

Semua kalimat itu tertuju untuk Tania, gadisnya.

Foto - foto mereka sedang makan di warung lesehan dan di pusat perbelanjaan pun terpampang disana.

Dani mencopot dan merobek semua kertas itu, merubahnya menjadi potongan kecil - kecil. Beberapa diantara mereka hanya menyaksikan dan tak berani berbuat apa - apa.

Sial, kenapa disaat kaya gini banyak yang belom mulai pelajaran? Anjing.- batinnya.

"Dani." Ucap Ica yang baru saja datang. "Biar gue bantu."

Ica membantu Dani merapihkan semua kekacauan ini. Ica menahan tangisnya, ia merasakan sakit saat temannya diperlakukan seperti ini.

Jika kita menemukan sesorang yang cocok, dalam waktu singkat pun kita akan akrab, saling berbagi rasa dan saling merasakan perasaan satu sama lain. Tidak perlu waktu yang lama untuk bisa menjadi sahabat yang bisa saling mengerti perasaan satu sama lain.

Sejak pertama kali mengenal Tania, Ica bisa merasakan bagaimana tulusnya Tania bergaul dengannya dan teman - teman yang lain. Dan dalam sebulan terakhir, pertemanan mereka intens dan saling tukar cerita satu sama lain.

"Kayanya gue tau siapa pelakunya." Ucap Ica sembari menyeka air matanya.

"Lo nangis, Ca?"

"SIAPA YANG GA NANGIS KALO SAHABAT GUE DIGINIIN?! BANGSAT." Maki Ica tepat di depan wajah Dani. Ica juga melirik ke orang - orang yang melihat kejadian ini dan memarahinya.

"APA YANG LO SEMUA LIAT? GUE KASIH TAU YA, DANI ITU CINTANYA SAMA ALYA, BUKAN KALIAN YANG KAYA CABE - CABEAN GA PERNAH DI SENTUH OM! DAN SATU LAGI, YANG LONTE ITU ELO SEMUA YANG MALAH DIEM AJA LIAT TEMENNYA DIZALIMI. ANJING LO SEMUA, FUCK BUAT LO SEMUA YANG ADA DISINI!"

Dani marah, tapi ia bisa menahannya. Oh iya ia lupa, perempuan akan mencak - mencak dan melabrak siapapun yang menganggu. Ica benar - benar menyeramkan.

Dani sekarang harus mencari Tania, jangan sampai gadis itu melihat kekacauan ini. Namun, kaki Dani seakan lemas saat Salsa membawa kabar cukup mengejutkan.

"Dani, Ica!" Teriak Salsa.

"Kenapa, ada apa?" Tanya Ica buru - buru.

"Alya, dia, dia udah liat tulisan dan foto yang di mading."

"Terus sekarang mana dia?" Kini giliran Dani yang bertanya.

"Rumah sakit."

~He is Ma Boy~

Dani, Ica dan Salsa kini berlarian di lorong rumah sakit menuju ruang gawat darurat. Ya, mereka memilih untuk bolos sekolah, mereka akan laporan ke pihak sekolah setelah Tania sadarkan diri.

*Flashback On

Tania datang ke sekolah diantar oleh ibunya. Hari ini masih cukup pagi dan sepi, menurutnya.

Ia menuju kelasnya dengan segera, tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya. Segerombolan orang kini berdiri di depan mading sekolah dengan ekspresi seperti menemukan harta karun.

Begitu ia sampai, semua pasang mata melihat ke arah dirinya, menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tania tidak tahu apa yang terjadi.

Namun, serasa ditikam puluhan pisau, dadanya sangat sakit dan sesak, tubuhnya lemas, keringat dingin bercucuran, kakinya seakan tidak mampu menopang dirinya untuk berdiri.

Foto - foto nya saat pergi bersama Dani terpajang di mading. Namun bukan itu masalahnya, perkataan yang menuduhnya yang bukan - bukan adalah salah satu hal yang membuat Tania tidak kuat untuk menatap dan membacanya lagi.

"Anak baru gatau diri lo." Ucap seseorang yang Tania tidak kenal.

Ia memilih pergi dari sana, ia lari kembali ke arah gerbang sekolah. Ia memilih kabur dan tidak melanjutkan sekolah hari ini.

Salsa yang baru sampai, terkejut saat melihat Tania yang menangis dan tengah berlari.

"Alya! Lo kenapa?" Tanya Salsa. Tania berlari keluar sekolah.

Ia begitu terpukul, lemas dan perasaannya tak karuan. Siapa yang berani membuat hal tercela seperti itu? Apakah ini sudah termasuk perundungan?

Ia memilih untuk tidak masuk hari ini, ia fikir akan lebih baik menyiapkan mental terlebih dahulu sebelum mendapatkan banyak ujaran kebencian.

Lagi pula, ia hanya anak baru yang dengan beraninya menjalin hubungan dengan most wanted sekolah.

Ia berlari hingga tak sadar badannya seperti melayang, tubuhnya terbang dan terpental. Semua mati rasa, namun rasa sakit itu terkumpul sesaat ia mendarat di aspal dengan cukup keras.

Teriakan orang - orang terdengar jelas, bahkan ia masih mendengar suara Salsa yang teriak histeris, hingga pada akhirnya, penglihatan Tania buram dan menggelap.

*Flashback Off

Tbc.








Author note*
Yeiy update!!!!
Part ini dikit dulu ya, pemanasan. Next part bakal bikin panjang🌹

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He is ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang