Arion mempercepat laju larinya, jam sudah menunjukkan pukul 7 tepat tapi dirinya masik sibuk berlari menuju sekolah.
Seharusnya ia tidak melewati jalur itu jika tau motornya akan berakhir dibengkel karena mogok akibat lumpur berlebih dijalan itu.
Jika sudah begini ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pagar sekolah sudah tertutup sempurna, dijaga ketat oleh babeh satpam sekolah yang pantang dirayu atau dibujuk sedikitpun.
Napas Arion terengah saat ia berhasil mencapai pintu pagar sekolahnya. Lelaki itu terbungkuk, menumpukan tangannya dilutut seraya menetralkan deru napasnya.
"Beh... Saya boleh masuk?" Tanya Arion masih dengan napas tersengal-sengal.
Lelaki berusia sekitar 65 tahun yang disebut babeh itu tidak menjawab. Asik memejamkan matanya dengan earphone yang terpasang ditelinganya, mendengar alunan musik dangdut yang sampai tertangkap diindra pendengaran Arion karena volumenya yang terlalu kencang.
Cukup lama tidak mendapat respon, Arion bertanya kembali, melontar pertanyaan sama persis. Berharap lelaki tua itu meladeninya, walaupun ia tau bahwa ia akan tetap tidak diperbolehkan masuk sampai segerombolan guru BK menjemput dan menghadiahkannya ceramah panjang berujung hukuman.
Setidaknya, ia sudah berusaha membujuk atau sekedar bicara pada lelaki tua itu. Kalau-kalau usahanya kali ini membuahkan hasil.
Tak juga mendapat respon, lelaki itu terpaksa menggunakan caranya sendiri. Ia berjalan sedikit menjauh dari pos satpam, mengambil sisi pagar sekolah agak sebelah sana.
Arion mengambil ancang-ancang, menaikkan sebelah kakinya dipagar sekolah. Ia sedikit ragu melakukan ini, tapi tidak ada cara lain.
Hari ini ia terlalu lelah jika harus dihukum oleh para guru BK itu. Tanpa pikir panjang lagi, Arion mengambil gerakan cepat, memanjat pagar sekolah dengan sisa keberanian dan tenaganya yang hampir habis karena berlari cukup jauh.
Yap, Berhasil!
Arion sudah berada didalam lingkungan sekolah sekarang. Langkah selanjutnya, ia harus mengendap-endap sampai dikelas tanpa ketahuan oleh siapapun apalagi guru BK.
Perlahan tapi pasti ia mengayun langkahnya, sesekali menoleh memperhatikan segala sisi sekedar memastikan bahwa misinya berhasil kali ini.
Arion berlari kecil saat menangkap suara ramai para guru yang sedang berbincang melewati koridor. Itu pasti para guru BK yang ingin menjemput siswa telat didepan pagar sekolah.
Lelaki itu dengan cepat bersembunyi, menarik diri pada dinding pembatas bilik kamar mandi siswa. Ia memakai topi hitam miliknya dari dalam tas, mengambil sebuah alat kebersihan disana lalu bergerak layaknya cleaning service sekolah.
Untung saja ia memakai sweater saat ini, jadi penyamarannya berjalan dengan mulus. Guru-guru itu tidak curiga sedikitpun melihat gerak-geriknya.
Dirasa cukup aman, Arion menelusupkan kepalanya dibalik tembok pembatas itu, membuang napasnya lega saat melihat guru-guru BK itu sudah menjauh.
Ia meletakkan kembali alat kebersihan itu kembali, lalu keluar dari tempat sembunyinya dan berjalan kembali menuju kelas.
Tak jarang ia menolehkan kepalanya kebelakang, masih memastikan bahwa segerombolan guru itu tidak akan berputar arah lagi.
Brakk!!
Arion tersentak, tubuhnya sedikit terhuyung saat ia tidak sengaja menabrak seseorang. "Pagi tikus kecil! Telat ya? Kok diem-diem gitu, hm?" Ucap laki-laki itu.
Arion tergugu melihat sosok itu, "S-sorry Nil, gue—"
"Bu! Ada yang telat nih!" Seru siswa bernama Danil itu dengan lantang.
Seruan sialan yang memekakkan penjuru koridor membuat para guru-guru BK itu berhenti, menatap kedua siswa laki-laki itu dengan tatapan menghunus tajam.
Air muka Arion berubah, lidahnya kelu seketika. Ia memejamkan matanya, berusaha tegar bahwa setelah ini ia pasti akan digiring oleh para guru itu.
Kemana lagi jika bukan keruang BK, menerima hukuman lalu menjalankannya dengan sepenuh hati. That so simple! Begitu seharusnya, kan?
❄❄❄
.
.
.
.
.Holaaaaaa guyssssss!!
Aku comeback bwa cerita baru nihhhhh, huhu 😊😊
Semoga sukakk ya sama yang ini :)
Jangan lup jejak kalian😇
Borahae 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET OUR [On Going]
Teen FictionUPDATE SEMINGGU SEKALI 🔥 Arion adalah siswa biasa yang tidak pernah terlibat masalah di sekolahnya. Ia bukan badboy, apalagi most wanted disekolah. Lelaki itu juga bukan siswa pendiam disana. Good boy? Tidak juga, ia bukan siswa teladan yang selal...