Ada yang nunggu gak sih ini?
Mana coba? Kok sepi tapi?
Happy reading deh ya, jangan lupa antusiasnya dibawah 👇
-
--------------------------------------------------
Arion tidak pernah menyangka kalau ia bisa bertemu dengan perempuan yang sama hampir lebih tiga kali di situasi yang berbeda. Baik, mereka mungkin memang satu sekolah. Tapi semua siswa disana juga tau bahwa wilayah anak IPA dan IPS berada dalam gedung yang berbeda. Kedua kelas itu jelas terpisah cukup lebar oleh lapangan hijau yang membentang di tengah-tengah sekolah.Perempuan itu, anak IPA 'kan?
Ah benar rupanya, kedua perempuan itu memakai pin laboratorium sekolah yang jelas-jelas hanya dimiliki oleh anak IPA sebagai tanda pengenal dan izin masuk kedalam laboratorium.
Lagipula, awal pertama kali Arion bertemu dengan salah satu perempuan itu tepat digedung kelas IPA karena kelas mereka paling dekat dengan gerbang sekolah. Jadi, anak IPS mau tidak mau harus melewati koridor gedung itu agar sampai di gedung kelas mereka.
"Ara?!" gumam Danil, tekejut.
Danil berjalan kaku kearah Ara dengan wajah pias. Ia benar-benar terkejut melihat kehadiran perempuan yang baru saja menjadi mantan kekasihnya sejak dua minggu yang lalu.
Baik. Ara memang bukan satu-satunya siswa perempuan yang menjadi mantan seorang Danil di sekolah mereka. Hanya saja, hampir seluruh siswa tau bahwa Ara adalah pempuan yang paling lama menjalin hubungan dengan Danil.
Dulu, hubungan mereka menjadi yang paling hitz disekolah. Bagaimana tidak?
Ara adalah satu-satunya perempuan yang bisa menaklukkan Danil. Menjadikan lelaki itu menjadi budak cintanya secara tidak langsung. Gila memang, Danil si pembuat onar sekolah itu bisa tunduk begitu saja dengan seorang Ara.
"Ra, ini gak seperti yang--"
"Trus seperti apa?" sela Ara cepat. Terselip nada dingin didalamnya.
"Aku, cuma--"
"Cuma apa?!" nada bicara Ara sudah sedikit naik.
Danil terbungkam bergitu saja, tidak mengeluarkan suaranya lagi barang sedikit saja. Ia tidak tau ingin mengelak bagaimana lagi lebih tepatnya.
"Setelah berhari-hari lo ganggu gue dengan pesan dan panggilan gak berguna itu. Ini, pembelaan yang mau lo tunjukan?!"
"Lo-- selain cowok brengsek. Lo juga hobi banget kayaknya bully orang, ya?"
Danil masih diam, namun tangannya terkepal kuat. Kini, keadaan koridor mulai ramai. Baik anak IPA atau IPS bahkan sengaja berbondong-bondong mengebungi mereka untuk sekedar menonton atau merekam pertunjukkan langka seperti ini.
Ara tertawa hambar, mengerutuki kebodohannya karena pernah mencintai lelaki brengsek seperti Danil.
Astaga, setan mana yang merasuki Ara dulu hingga ia sebodoh itu.
"Gak cukup ya, lo bully sepupu gue sampai hampir gila? Kayaknya–"
"Gue melakukan itu karna lo, sial!" Danil akhirnya mengeluarkan suara, ia tidak akan tahan lagi kalau harus menahan lebih lama emosinya.
"Gue gak suka dia dekat lo terus, sok akrab juga. Lo juga sial karna mau nempel sana-sini padahal kita pacaran saat itu!" kata Danil dengan penuh penekanan.
"Dia sepupu gue! Berapa kali sih gue harus tegasin?!"
"Tetap aja--"
"Mulai sekarang kita benar selesai!" sela Ara cepat.
"Jangan ganggu gue lagi dengan apapun, tolong!" lanjutnya. Nada bicara Ara kembali biasa namun masih saja terdengar dingin.
Wanita itu membalik badannya, beranjak pergi dari saja. Tidak peduli akan panggilan dari Danil atau tatapan dari orang-orang dikoridor itu. Ia tidak ingin peduli dengan apapun lagi.
Teringat sesuatu, langkah Ara terhenti. Ia menoleh cepat kebelakang, tepat menghunus manik mata Danil disana. "Bilang juga sama Jena pacar baru lo itu, jangan ganggu gue juga karena gue gak akan mengusik kalian berdua lagi!"
"Ah iya satu lagi."
Kini Ara membalik tubuhnya agar menghadap Danil seutuhnya, sedikit memiringkan kepalanya sambil tersenyum sarkas kearah lelaki itu.
"Bilangin juga, yang jadi orang ketiga itu dia bukan gue. Dua minggu sebelum kita putus, kan dia yang lo ajak ke taman hiburan untuk lo jadiin pacar kedua."
Wajah Danil kembali pias, ia menatap Ara tidak percaya. Gadis itu...
"Murahan lo jadi cowok. Sana-sini nempel padahal masih pacaran sama gue waktu itu."
Selesai, Ara membalik tubuhnya lagi. Melenggang pergi dari gedung IPS dengan wajah datar. Ia sempat menyematkan senyum pada Danil sebelum pergi, membuat lelaki itu justru semakin tidak karuan.
Sial! Gadis itu rupanya tau segalanya.
Danil baru tersadar bahwa ia menjadi bahan tontonan saat ini.
Double sial!
"Bubar lo semua!!" bentaknya keras hingga terdengar keseluruh penjuru koridor.
Para siswa disana benar-benar bubar, mereka tau siapa Danil dan tidak berniat sama sekali untuk mencari masalah dengan lelaki itu apalagi menjadi bahan bullyan-nya seperti Arion.
Ah iya Arion!
Lelaki itu menonton semuanya, semua yang terjadi didepannya tadi antara Danil dan si perempuan yang ternyata mantan kekasih Danil itu. Sama seperti yang lainnya, seharusnya ia juga bubar atau melanjutkan pekerjaannya lagi seperti perintah Danil.
Namun, yang ia lakukan justru terpaku menatap kepergian gadis itu. Siapa namanya tadi? Ara?
"Gue colok mata lo sekarang, anjing!"
Teriak Danil yang tiba-tiba membuat Arion kembali sadar. Sial, rupanya Danil sudah berfokus padanya lagi sejak tadi.
Arion nampak tertunduk, seakan tidak peduli seraya melanjutkan pekerjaannya untuk mengepel lantai. Namun detik selanjutnya...
Bugh!
Tinjuan keras tiba-tiba melayang dirahang Arion. Tubuhnya limbung seketika, tidak siap menerima serangan dari Danil.
Danil meremas kerah seragam Arion, membuat lelaki itu mau tidak mau menegakkan tubuhnya menatap Danil. "Kayaknya, jadiin lo pelampiasan boleh juga."
•°•°•°•°•
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET OUR [On Going]
Teen FictionUPDATE SEMINGGU SEKALI 🔥 Arion adalah siswa biasa yang tidak pernah terlibat masalah di sekolahnya. Ia bukan badboy, apalagi most wanted disekolah. Lelaki itu juga bukan siswa pendiam disana. Good boy? Tidak juga, ia bukan siswa teladan yang selal...