3. She is a Flat girl

19 5 0
                                    

Arion memarkirkan motornya, lalu bergerak turun seraya melepas helmnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arion memarkirkan motornya, lalu bergerak turun seraya melepas helmnya.

Setelah pulang sekolah, lelaki itu bergegas untuk pergi ke taman kota untuk melakukan aktivitas rutinnya setiap hari Rabu dan Sabtu sore.

Mungkin hari ini adalah hari baik bagi Arion, seharian ini Danil dan teman-temannya itu tidak mengganggunya sama sekali. Membuat Arion merasakan kebebasan walau hanya seharian penuh.

Kini, langkah Arion terhenti di depan gedung berbentuk dadu yang berhias patung sebuah buku yang terbuka dengan botol tinta dan pena yang mengeluarkan air mancur dari dalam. Dibagian atas dadu itu terdapat patung pita memanjang berbahan batu yang bertuliskan 'Rumah Pintar' menggunakan huruf kaligrafi indah yang diukir.

Arion menghela napas, mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih ceria lalu mendorong pintu kaca itu, masuk kedalam gedung.

"Kak Lion!" seru beberapa anak-anak di dalam sana, berhambur menghampiri Arion.

Lelaki itu mengembangkan senyumnya membalas sapaan antusias dari anak-anak itu lalu mengelus kepala mereka, gemas.

"Kak Lion, aku udah bisa jurus baru yang kakak ajarin loh!" kata salah satu anak-anak itu.

"Aku juga udah bisa gerakan barunya. Kemarin di buat video sama mama, trus di masukin internet." kata yang lainnya.

Arion hanya tersenyum tulus sambil mengangguk meng-iyakan. "Wah! Kayaknya hari ini kita tes aja gimana? Nanti kalau lulus semua, kakak ajarin gerakan baru. Mau gak?"

"Mauu!!" seru anak-anak itu bersamaan.

"Oke, pada siap-siap ya kalo gitu. Jangan lupa pakai sabuknya, biar keren!" kata Arion, membuat anak-anak itu mengangguk patuh dan bersiap dengan seragamnya.

Arion menaikki anak tangga disamping rak besar berisi macam-macam buku disana, menuju lantai dua gedung itu untuk bersiap juga.

"Oy!" sapa seorang laki-laki saat Arion tiba pada undakan terakhir anak tangga.

"Gue pikir lo gak datang lagi."

Arion tersenyum, menghampiri lelaki itu lalu bersalaman ala lelaki. "Buang jauh-jauh pikiran lo!" balas Arion terkekeh.

Lelaki itu hanya menggidik bahunya, lalu melanjutkan gerakannya yang sedang memakai sabuk kain berwarna hitam khas anak karate di pinggangnya. Cukup lama keheningan terjadi di sana, hanya ada suara musik dari ponsel lelaki bernama Brian itu yang menjadi latar.

Arion juga sibuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian karate berwarna putih yang dipadukan dengan sabuk hitam seperti milik Brian.

Namun, berbeda dengan Brian yang tidak akan terlupa mengenakan bandana hitam untuk menahan rambutnya, maka Arion juga tidak akan pernah lupa memakai head protector full face seperti biasanya.

Jika Brian akan sangat suka menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang melakukan jogging disekitaran taman kota atau gedung Rumah Pintar, maka Arion sebaliknya. Lelaki itu tidak ingin menjadi pusat perhatian terlebih kaum perempuan, itulah mengapa ia selalu memakai buff miliknya setiap kali mengajar karate.

"Yon, tadi nyokapnya Kayya telpon." kata Brian, masih sibuk dengan penampilannya.

"Kenapa?"

"Ijin telat. Supir pribadinya jemput kakaknya dulu katanya."

Arion mengangguk paham, lalu turun menuju lantai bawah dengan samsak persegi yang ia bawa.

Semua anak-anak karate itu mengikuti Arion dan Brian menuju halaman rumah pintar, berbaris rapih disana, memulai pemanasan. Suara hitung lantang dari anak-anak itu memenuhi penjuru pelataran rumah pintar, menyuluh semangat betapa hebatnya anak-anak karate itu.

Sebuah mobil hitam memasuki parkiran rumah pintar, sang supir sempat membunyikan klakson mobil untuk menyapa Arion dan Brian. Pintu mobil itu terbuka, menampilkan sosok gadis kecil berkuncir kuda dengan baju putih khas anak karate dipadu dengan sabuk kuning yang melingkar dipinggang kecilnya.

Arion dan Brian, memusatkan pandangannya pada gadis kecil itu. Membalas senyum manisnya.
Awalnya Arion dan Brian biasa saja, menyambut gadis kecil bernama Kayya itu dengan ramah seperti biasa.

Namun, kedua laki-laki itu dibuat terpaku saat melihat sosok lain yang keluar dari mobil hitam itu. "So beautiful." gumam Brian tanpa sadar.

Jika kini Brian sudah mengubah raut wajahnya menjadi–terpesona. Berbeda dengan Arion yang justru semakin membeku melihat sosok gadis itu.

"Kak Lion, Kak Iyan. Maaf Kayya telat, tadi Kayya jemput Kakak dulu." ucap Kayya, membuyarkan Brian.

Brian membalas kikuk senyuman Kayya, lalu menyenggol lengan Arion. Membuat lelaki itu tersentak. Arion menundukkan kepalanya, melihat kearah gadis berusia 5 tahun yang mendongak kearahnya sembari tersenyum.

Tau jika kakaknya menjadi bahan pemandangan untuk kedua kakak gurunya, Kayya terkekeh kecil. "Itu Kak Ara, kakak Kayya." katanya pada Arion dan Brian.

Tersadar, Arion mengerjapkan matanya, menarik napas dalam-dalam. Berusaha biasa saja.

"Kayya langsung kebarisan aja ya, ikut pemanasan sama yang lain." kata Arion.

Keadaan kembali seperti semula, walau kini Brian menjadi lebih–agresif mungkin. Semacam menunjukkan kehebatannya, menarik perhatian Ara–kakak Kayya.

Bukan Arion jika ia menjadi seperti Brian saat ini, dia memang cukup terperangah melihat sosok itu, tapi ia lebih paham bagaimana mengontrol diri agar bersikap biasa saja. Walau tidak dapat berbohong jika ia sering mencuri pandang kearah gadis itu.

Bagaimana tidak, gadis itu adalah gadis yang ia lihat bersama Danil dikoridor. Gadis datar yang ia lihat digerbang sekolah tempo hari. Arion tidak bisa berfikir lagi jika itu hanyalah sebuah kebetulan, bertemu gadis yang sama, dengan perasaan yang sama–terpesona.

Arion tersenyum kecil dibalik helm protector-nya masih sama–-She is a flat girl.

- o0o -
.
..
.

Holaaaaa!!!

Update of the day 🤓
Jangan lupa tinggalkan jejak✨

Update of the day 🤓Jangan lupa tinggalkan jejak✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SECRET OUR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang