5. Gue Terima!

53 10 12
                                    

Vote dan spaam komentaar setiap paragraf.. Ramein guys❤😄

=========

Acara langsung dimulai, Dika mulai bersiap-siap melatih dirinya untuk bicara didepan kedua orangtua Kaira. Berharap semua ini akan lancar tanpa ada hambatan sedikitpun.

"Saya atas nama Shandika dan keluarga, berniat untuk melamar saudari Kaira. Untuk itu saya meminta do'a restu pada kalian berdua." Dika mengucapkan kalimat itu dengan ragu.

"Saya atas nama keluarga Kaira, mengizinkan kamu untuk melamar anak saya, untuk itu silahkan kamu lamar anak saya, kami setuju dengan bahagia. Asal kamu bisa berubah sikap, dan Kaira akan membuat sifatmu beribah seratus persen."

Kaira masih menunduk Ragu, ia sempat berfikir akan menolak lamaran ini dan membuat Shandika malu didepan keluarganya.

Shandika berjalan maju mendekati Kaira, lalu berlutut dihadapan Kaira. Membuat Kaira ingin menendang cowok menyebalkan itu.

"Kaira, gue berniat melamar lo, karena sebuah alasan tertentu yang membuat hati gue selalu teringat sosok mama saat melihat lo, gue suka sama lo, jadi gue mau lo terima lamaran ini."

Shandika tidak tahu, mengapa ia berkata seperti itu, padahal Shandika tidak mengenal Kaira. Dan pertemuan mereka hanya berawal saat dibandara kemaren lusa. Tidak lebih. Dan tentunya ia masih ragu dengan penuturan papanya bahwa Kaira adalah teman kecilnya.

Shandika membukakakan kotak cincin berwarna coklat. Kau tahu, isinya cincin mewah bercahaya mengkilap seperti bintang, yang harganya bagai ratusan juta.

Gue nggak lagi mimpi buruk kan? serius ini si manusia ilegal ngelamar gue?

Kaira kembali meneteskan airmatanya. Sungguh, ia tidak mengerti alasan kedua orangtuanya menjodohkan dirinya dengan Shnadika.

Jantung Shandika berdegup beberapa kali lebih kencang dari biasanya. Mengapa dirinya bodoh, mau saja menuruti permintaan papanya untuk melamar gadis ini. Karena Dika tidak tahu bagaimana caranya menolak, baginya itu sangatlah sulit.

"Ayo Kaira, jangan lama-lama." bisik Ivana disampingnya.

Sekali lagi rasanya Kaira ingin mati saat itu juga, namun entah dorongan dari mana, hatinya menyuruhnya untuk berkata lain.

"Gue...nggak ma--" kalimat Kaira terpotong, karena Ivan mencubit tangan Kaira dengan sedikit keras.

"Gue terima!" pasrah Kaira, sungguh kejam sekali mama Ivana itu.

Shandika bernafas legah, rasanya jantungnya akan copot saat itu juga. Buru-buru Dika berdiri dan memakaikan cincin itu pada jari tengan Kaira. Kaira pun sebaliknya.

Keluarga Dika dan keluarga Kaira saling memanjatkan sukur karena acara tunangan ini berjalan dengan baik.

"Alhamdulillah, nanti kita tinggan tentukan tanggalnya." ucap Wildan.

"Baiklah, dengan senang hati juga, kami siap menerima tanggal berapapun."

Setelah acara selesai, keluarga Shandika berpamitan untuk pulang.

***

Malam ini, pukul 12:00, sesuai rencana Dika pergi ke vinclub untuk menghilangkan semua rasa pusing diotaknya. Entahlah, semenjak Kinar, bundanya meninggal, pergaulan Dika menjadi bebas seperti itu.

Mengingat papanya menikah lagi dengan Susi, hal itu sangat menyakitkan bagi Dika, namun dengan keras hati dirinya tak ingin mengingat hal itu.

"Bro, Deva mana?" Fahri mulai meneguk coctail dibotolnya.

El Es Mio✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang