15.

71 5 4
                                    

Semenjak kau hadir di hidupku, seolah aku merasa hidup kembali. Jadi aku takkan rela melepasmu sampai akhir hayat.

_Dika

===========

Hana berusaha menenangkan emosi Dika yang masih bergejolak. Sulit memang menyikapi gadis pemberontak macam istrinya itu. Tapi Dika yakin dibalik sikap berontaknya itu Kaira hanya gadis cengeng yang mudah tersentuh.

"Gausah dipikirin.. Biasa, namanya juga cewek. Kaira cuma butuh ketenangan aja." Hana berusaha menenangkan Dika. Dika memejamkam kedua matanya. Mencerna kata-kata Hana.

"Gue harus gimana?"

"Lo harus banyak belajar cara nyikapi cewek." jawab Hana bijak.

"Gimana?" Dika membuka kedua matanya.

"Tapi sebelum itu lo harus dulu seluk beluknya Kaira, sikap aslinya itu kayak gimana."

"Gue udah tau seluk beluknya!"

Oke. Langsung saja Hana membedikan pencerahan. Sudah sejam lebih Hana memberikan pencerahan cara ngehadapi cewek. Dari situ Dika paham. Dan tentunya sangat bersyukur karena Hana ternyata baik juga. Buktinya mau memberikan pencerahan.

"Btw, thanks. Habis ini lo masak yang banyak ya! Ntar gue bantu." suruh Dika.

Mata Hana berbinar. Ah, hatinya pun bahagia. "Okay!"

Dika bangkit lalu meraih kunci mobil dan keluar apartement. Hana senyam-senyum tak jelas sambil meloncat-loncat. Dika masuk lagi ke dalam karena ia mendengar seperti ada sesuatu yang jatuh ke lantai. Ternyata...

Dilihatnya Hana yang senyum watados. Dan pipinya terlihat merah. Hana malu gaes.

"Kesambet apa lo?"

"E-en-nggak!" Hana mengangkat dua jari didepan wajahnya.

Dika menggelengkan kepala lalu kembali keluar rumah. Perasaannya campur aduk. Ia mencari keberadaan istrinya. Mulai dari mall, restaurant, hingga caffe. Namun tidak ada. Ah sial dimana dia? Pikiran Dika ambyar. Takut... Takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Langit biru berubah menjadi kelabu. Gerimis hujan dan suara petir mulai menggelegar. Awan sangat gelap. Selama perjalanan, Dika khawatir pada istri cantiknya. Jangan-jangan ia diculik preman bejat? Atau jangan-jangan dirampok? Ah, Dika sangat prustasi memikirkannya.

"Kayang lo di mana si?" gumam Dika.

Dari kejauhan Dika melihat satu sosok wanita duduk lemas di pinggir jalan. Wanita itu terlihat sedang menahan dingin. Antara dingin dan takut.

DUAR...DUAR...

Suara petir menggelegar dengan kerasnya. Dika menghentikan mobilnya tak jauh dari rest area. Lalu kakinya melangkah mendekati wanita itu. Ah, wanita itu ternyata miliknya. Kaira. Kaira tengah menangis dibawah derasnya air hujan. Kedua tangannya menutup telinga. Jelas sekali jika Kaira takut dengan suara petir.

"Kayang! Ayo kita pulang." ajak Dika sedikit teriak karena berisik oleh percikan air.

Kaira mendongkakakan kepala ke arahnya. Ditatapnya wajah Dika penuh kebencian.

"Jangan harap!"

Dika berjongkok. Lalu memaksa agar istrinya mau pulang. Kan ini hujan. Hujan-hujanan memang asik, tapi tidak baik kesehatan.

"Gue gamau lo sakit, Kayang."

"Ngapain lo nyari gue?" sinis Kaira.

"Gue khawatir dan takut terjadi apa-apa sama lo!"

"Gak usah sok peduli. Urusin aja temen-temen lo!"

"Oh jadi lo masih marah gara-gara semalem gue keluar sama temen-temen gue?"

"-_-"

"Yaudah maaf. Ya? Gak lagi-lagi deh," Dika mengangkat kedua jari didepan wajahnya.

"-_-"

Dika kesal karena istrinya itu tak mau membuka suara. Dika meraih tangan Kaira. Air mata wanita itu kembali menetes di pipinya.

"Gue kangen lo Topan... Hiks... Hiks..." Kaira membayangkan wajah Topan. Ganteng dan membawa aura tersendiri. Sudah gitu dia aktor kebangsaan Indonesia lagi. Memang Dika?

Dimata Kaira Dika tidak ada apa-apanya. Jika dibandingkan dengan Topan, ah.. Kan ia jadi rindu saat Topan  menyanyikan lagu untuknya dibawah guyuran air hujan seperti. Sekarang Topan sedang apa ya di sana? 

"Lepasin gue!" Kaira menatap Dika tajam.

"Semenjak kau hadir di hidupku, seolah aku merasa hidup kembali. Jadi aku takkan rela melepasmu sampai akhir hayat. "

"Lepasin tangan gue!" Kaira geram sendiri.

Ah iya. Dika lupa jika tangannya masih memegang tangan Kaira. Tapi bukannya melepaskan, Dika malah semakin erat mecekal pergelangan Kaira.

"Gue gamau kehilangan lo. Karena itu gue janji akan jaga lo." Dika tersenyum kecil. Ia tak mampu menatap wajah Kaira lama.

Kenapa? Karena wajah Kaira sangat mirip dengan wajah alm mamanya. Bahkan suaranya pun hampir mirip.

"Jelasin ke gue kenapa lo suka mabuk?"

"Ntar gue jelasin."

"Sekarang!"

"Ntar aja kayang, kalo kita udah di apartement. Yuk."

"Awas kalo gak lo jelasin." ancam Kaira. Hatinya sudah mempersiapkan ruang untuk mendengarkan penjelasannya nanti.

__________________

Ayokk sebarin cerita ini ke teman, sahabat, kerabat kalian..😄💞 TBC.

El Es Mio✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang