12. Sah?

47 5 4
                                    

Dua bulan kemudian...

Pagi itu pukul 3 dini hari, Kaira bersiap-siap untuk dirias oleh tukang rias. Hari ini adalah jadwal pernikahannya dengan Dika. Oh ya, baju gaun putih pun sudah membaluti tubuhnya.

Tukang rias mulai melakukan tutor makeup pada wajah cantik Kaira. Rasanya jadi pengantin itu aneh, contohnya Jangan mandi. Kan, Kaira pikir jadi pengantin itu harus mandi dulu. Bahkan Kaira hendak berpikir, jika dihari pernikahannya ia akan mandi lulur terlebih dahulu. Tapi niatnya terurungkan begitusaja.

Kaira menyumpah serapahi Dika didalam hatinya. Ia berjanji jika sudah menikah nanti ia bakal selingkuh ke cowok lain. Itu harus.

***

Beberapa jam kemudian..

"Ananda Shandika Nauval Bin Wildan, saya nikahkan engkau dengan putriku, Kaira Seftia Alneesya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan sebuah mobil seharga sembilan ratus juta rupiah dibayar kontan." sambil menjabat tangan Dika, Ridwan bersuara lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kaira Seftia Alneesya Binti Ridwan dengan mas kawin tersebut dibayar kontan." Dika bersuara lantang dan lancar.

"Bagaimana, sah?" penghulu bertanya pada semua orang yang ada disekitar.

"Alhamdulillah sah." serempak semua.

Setelah memakaikan cincin dijari tengah Kaira, Dika mulai mengecup kening Kaira dengan tulus. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Bahkan nyaris tak terlihat.

"Sekarang kalian resmi menjadi suami istri. Alhamdulillah." ucap Sesil, teman dekatnya.

Kedua pasangan pengantin baru terlihat mempesona. Dika tampan, dan Kaira cantik. Bahkan pangling karena makeup. Baju kebaya putih bersih itu membuat semua orang bahagia melihat mereka berdua yang sudah resmi menjadi pasangan suami-istri.

Sementara Kaira hanya tersenyum tipis. Hatinya menggerutu. Ia berjanji akan selingkuh dikemudian hari.

Beberapa jam kemudian, acara pemotretan kedua mempelai pun berlangsung. Tentunya pasangan pengantin baru itu sudah berganti pakaian. Dika memakai jeans dan Kaira memakain gaun panjang. Warna merah.

Pose demi pose sudah terlaksana. Dihasil foto keduanya terlihat sangat bahagia. Bahkan Kaira pun mengembangkan senyum aslinya. Sungguh manis. Namun semua itu hanya senyum palsu. Hatinya menangis sejadi-jadinya. Bukan dengan pria ini dia ingin menikah tapi dengan Topan, si aktor yang tengah naik daun itu. Tapi apalah dayanya, jika memang dia hanya ditakdirkan untuk menjadi milik Dika.

"Happy Wedding bebep Kairakuuu, cie dah punya suami ya sekarang haha. Gue keduluan nih. Emm semoga kalian cepet diberi momongan yaa." ucap Sesil dan Nafara yang tiba-tiba memasuki ruang pemotretan dirumah Kaira.

"Eii thanks. Apaan si, wisuda aja belum main momongan aja," Kaira cemberut menahan sebal.

"Heei bercanda keleus ah, bay the way jangan lupa dateng nanti bulan depan ya, gue juga mau nikah sama tunangan gue." sambung Nafara.

"Oke!"

"Hmm Dika, selamat juga ya. Lo udah jadi suami sahabat kita. Semoga lo jadi suami yang baik buat dia, dia emang agak keras kepala. Lo harus sabar banget ngehadapin sikap dia," Sesil mengucapkannya pada Dika.

"Thanks Sil, siap. Itu memang sudah kewajiban sebagai suami." sahut Dika ramah.

Sesil dan Nafara meminta fotbar bersama pasangan pengantin baru. Mereka berempat berpose dengan gaya masing-masing.

Sementara dibalik itu, ada satu gadis yang menggerutu sebal karena Dika telah menikahi Kaira.

"Hana, kamu teh kenapa atuh mani serius pisan ngelihatin mereka?" tanya bi Deri.

Mereka yang dimaksud bi Deri adalah pasangan pengantin baru dan dua sahabatnya.

"Eh Ibu, nggak kok, Hana malah seneng lihat mereka." Hana mengalibi.

Bi Deri mengelus rambut anaknya berkali-kali.

"Kamu harus bahagia, kan si aden Dika teh udah nikah." ucapnya lagi.

"Iya bu Hana bahagia koo!" Hana tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sangat sakit menerima ini.

Hana diam-diam menyukai Dika. Cewek itu sangat menyukainya semenjak ibunya diterima kerja dirumah gedongnya. Dan sekarang cowok itu sudah menikah dengan tunangannya... Itu sangat membuat hatinya sakit.

***

Malam harinya pukul 12.00 pas, Kaira memutuskan untuk masuk kamar. Rasa kantuk menyerangnya. Bahkan dia sudah tak kuat lagi menahannya. Dia tak peduli dengan Dika yang masih menerima amplop dari teman kampusnya.

Tak lama kemudian, Dika pun masuk kedalam kamar Kaira. Toh, sekarang tidak masalah. Mereka sudah halal. Dika merasa lucu melihat istrinya itu yang tengah menghapus sisa make-upnya.

"Yang, mau dibantuin nggak?"

"Apa?" sinis Kaira.

"Bukain baju kamu," Dika mulai mengganti pakaian dengan gesit. Dari pakaian jeans, ke piyama polos.

Hal itu membuat Kaira melotot. Enak saja main ganti baju didepannya.

"Ini kamar. Bukan kamar mandi." Kaira mengingatkan.

"Maafin suamimu ya yayang," gombalnya lagi membuat telinga Kaira panas.

"Sekali lagi panggil yayang, gue usir lo dari kamar ini," ancam Kaira yang membantingkan kapas sisa make-upnya pada Dika.

Dika mengambil alih kapas itu lalu membangnya pada tempat sampah yang tersedia disana.

"Jadi cewek itu jangan jorok yayang, nggak baik." Dika memperingati

"Keluar darisini sekarang jugaa!" teriak Kaira menggema ke seisi kamar.

Dika menutup kedua telinganya lalu membekap mulut istrinya.

"Jangan berisik-berisik." Dika menempelkan jari telunjuknya pada bibir Kaira.

"Sekali lagi kamu berisik, aku cium ya." Dika mengancam balik.

Kaira mengambil baju piyama dilemarinya lalu beranjak ke kamar mandi. Semenit kemudian, dia kembali keluar lalu membantingkan badannya dikasur empuknya.

Dika mulai memungut pakaian jeansnya, lalu memasukannya kedalam mesin cuci yang ada dikamar mandi. Tak lama, cowok itu keluar lalu membantingkan tubuhnya dikasur, disamping istrinya.

"Ngapain tidur disini?"

"Yaelah yang, kitakan udah halal."

"Mendingan lo dikamar sebelah aja."

"Aku nggak mau!"

"Yaudah kalo gitu, gue yang disana."

"Jangan yayang. Aku mau malam ini kita tidur berdua."

"Ingat ya, sekali kamu bantah permintaanku, aku cium kamu setiap saat mau?"

"Gak!"

Kaira membalikan badannya membelakangi suaminya itu. Sangat menyebalkan.

Disaat barusaja ia memejamkan kedua matanya, Kaira merasa ada sebuah tangan yang melingkar dipinggangnya.

"Gausah lebay deh ah." cetus Kaira.

"Aku butuh pelukan kamu yayang, istriku yang tercintah." Dika semakin mengeratkan pelukannya.

Kaira merasa tidak nyaman berada diposisi seperti itu. Rasanya sangat beda.

"Happy a nice drem my wife," ucap Dika padanya lalu memejamkan kedua matanya.

Kaira hanya menarik nafasnya sedikit, sikap cowok yang sudah menjadi suaminya itu ternyata manja. Ah menyebalkan.

______________________

Disini ada yang ngibit pengen nikah? Wkwk bercanda.

Jangan lupa vote dan komen yaa:)

Kalo ada typo kasih tau aja. Komen aja. Auto dibenerin ko.

Jangan lupa follow IG : tinurhaaa18

El Es Mio✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang