Yo-Five

361 45 21
                                    

Luhan tentu cukup panik di sana. Bahkan saat mata Luhan menangkap sebuah gunting di tangan Lulu, di saat itu juga Luhan dengan cepat menggenggam gunting itu kuat dan menatap Lulu yang juga menatapnya serius.

"Jangan halangi aku. Jika kau menyelamatkannya maka kau akan selalu dibuat menangis olehnya" Luhan hanya menggeleng mendengar ucapan adiknya itu. Dirinya tidak bisa membiarkan Sehun mati begitu saja. Bahkan saat Luhan menatap Sehun yang saat ini berada di bawah pengaruh Lulu, mata itu kembali berkaca-kaca dan dirinya mulai terisak.

"Jika Lulu membunuhnya, maka aku akan lebih sedih dari sebelumnya" menatap adiknya kini yang hanya menatapnya dingin di sana. Baru kali ini Luhan melihat adiknya begitu marah. Luhan tahu adiknya marah karena Sehun telah membuatnya menangis, namun di sisi lain, bukanlah Sehun yang harus disalahkan. Seharusnya Luhan tahu jika Sehun memang orang yang begitu baik padanya. Bahkan sejak awal pun Luhan sudah tahu seberapa baik Sehun hingga mau tetap menampungnya walau Sehun sudah tahu jika dirinya adalah seorang immortal.

"Apa kau mencintai manusia ini?" Luhan menggeleng lemah. Menolak semua kenyataan yang ia rasakan hingga dirinya memohon pada adiknya sendiri. Bersimpuh di depan Sehun dan memohon pada adiknya agar melupakan apa yang terjadi.

"Jika kau tidak mencintainya, bukankah lebih baik perasaan orang ini terkubur selamanya?" Menoleh ke belakang dengan sorot mata dinginnya. Menatap tanpa ampun pada kakaknya sendiri.

"Tolong hentikan...aku akan memberikan apapun padamu, tapi aku mohon lepaskan Sehun"

"Apapun hmm?" Luhan mengangguk cepat dan di sana Luhan bisa melihat seringaian adiknya "kau harus mengeluarkan aku dari boneka sialan itu"

"I-itu tidak mungkin...aku tidak mungkin melakukannya...kekuatanmu terlalu besar, aku tidak ingin melukaimu dan yang lainnya" isakannya semakin menjadi saat permintaan adiknya ia anggap begitu sulit ia lakukan.

"Baiklah, aku akan dengan senang hati menancapkan benda ini di leher pria pucat ini" memainkan gunting yang ada di tangannya sedari tadi dengan tatapan membunuh yang benar-benar kuat kini.

"Aku mohon hiks...jangan luka--"

"Kau harus melakukannya jika kau ingin manusia ini tetap hidup" mendesak Luhan untuk segera mengambil keputusan dan di sanalah Luhan harus menyerah. Menutup matanya kuat dan menggigit bibir bawahnya, bahkan tangannya mengepal cukup kuat di sana.

"Baiklah, aku akan melakukannya" Lulu menyeringai di sana dan kemudian tirun dari pangkuan Sehun dan beralih ke kakaknya.

"Aku menyayangimu, my dear brother" memeluk kakaknya dengan senyuman di sana "sebentar lagi dia akan kembali seperti semula" menangkup wajah kakaknya yang masih meneteskan air mata di sana.

Luhan hanya diam mendapat perlakuan seperti itu dari adiknya. Luhan bahkan masih cukup takut untuk sekedar menatap tepat di mata adiknya hingga membuat adiknya kembali menyeringai.

"Apa kau tahu hal apa yang harus kau gunakan untuk mengeluarkanku dari boneka itu?" Luhan hanya diam. Tidak, Luhan tidak bodoh, bahkan Luhan sangat tahu apa yang diinginkan adiknya.

"Aku tahu dan kau tidak perlu mengingatkannya"

"Yah, aku tahu kakakku tidak sebodoh itu untuk tidak memahaminya" kemudian menghilang begitu saja dari hadapan Luhan yang hanya kembali terisak di sana. Bahkan saat Luhan mengetahui Sehun yang sudah terjatuh di ranjangnya dan tidak sadarkan diri, saat itu juga Luhan langsung mendekat ke arah Sehun dan memeluk tubuh itu.

"Maafkan aku...aku hanya tidak ingin kau mati di tangannya" tangisnya kembali pecah mengisi sepinya kamar itu. Pikirannya bahkan sudah cukup bingung kini. Tidak tahu hal apa yang akan terjadi pada Sehun kedepannya.

MATRYOSHKA [HUNHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang