Senin pagi ini terasa sangat terik. Matahari terlihat begitu semangat sekali menyalurkan sinarnya yang mampu membuat seluruh peserta upacara menggerutu kesal.
Topi yang mereka harapkan bisa melindungi wajahnya dari paparan sinar matahari ternyata tidak begitu membantu. Memang ketika mereka menundukkan kepalanya wajahnya akan terlindung dari sinar matahari, tetapi jika mereka mendongakan kepalanya sedikit saja dengan cepat sinar itu menghampiri wajah mereka.
Dua wanita itu yang tampak bahagia, tidak begitu mempedulikan panasnya sinar matahari. Mereka terlarut dalam obrolan yang sudah mereka nantikan dua minggu belakangan.
"Gue seneng bannget lo masuk sekolah lagi setelah sekian lama, " Kata satu wanita berponi dengan senyuman khasnya yang mengembang.
"Lebay lo, kaya gue perginya lama banget aja, " Satu wanita lain membalas sambil terkekeh.
"Dua minggu itu udah lama ya Ca. " Balas lawannya tak terima.
"Emang sampe dua minggu ya? Perasaan cuma empat belas hari deh gue gak masuk sekolah. " Balas Ica sengaja menggoda temannya.
"Bodo amat, Adelia Fransisca. "
Ica yang merasa puas sudah berhasil menggoda temannya berusaha menahan tawanya yang rasanya ingin meledak saja melihat muka kesal Salsa.
"Awas dong ngalingin jalan lo, gak mau balik ke kelas kali. " Ica yang lagi tertawa langsung berhenti setelah mendengar suara bentakan itu.
"Santai kali Jen, gue gigit juga lo. " Kata Ica mendramatisir.
Jeno yang malas menanggapi hanya memutar bola mata jengah. Lalu Ica sedikit menggeser badannya kearah Salsa, membiarkan kawan kawannya berjalan lebih dulu.
Setelahnya langsung Ica dan Salsa berjalan beriringan menuju kelas. "Tumben upacaranya cepet, " Celetuk Salsa tiba tiba.
"Kan cuma buat nyambut kedatangan gue doang Sa. "
"Presiden kali disambut. "
Mereka berdua tertawa bersama, omongan Ica yang terdengar ngelantur memang sering membuat orang yang mendengarnya tertawa karena terhibur.
"Eh Ca, gue ke UKS dulu ya. Lo duluan aja ke kelas. " Kata Salsa sambil melihat kearah layar ponselnya.
"Ngapain? "
"Gak tau nih tumben rapat PMR. "
"Yaudah sono, bae bae kesasar. "
Salsa mengangguk langsung berlari kearah yang berlawanan karena sekarang mereka tepat berada di depan kamar mandi. Ica lanjut berjalan lagi, sedikit menebar pesona ke adik kelas yang lewat.
"Aw sakit woy! " Ica mengaduh sambil berteriak setelah merasakan bahu kananya ditabrak menyebabkan bahunya terasa hampir remuk.
"Eh sori sori, " Suara laki laki yang terdengar membuat Ica semakin ingin memakinya karena telah menabraknya tanpa izin.
Dia berbalik, "Lo gak punya mata apa?! Main nabrak nabrak aja, sakit tau! Lo kan cowok badannya lebih besar dari gue, sakit banget nih bahu gue!"
"Iya udah si maap, kan gue udah bilang tadi. Eh tolongin gue dong. "
Ica yang masih mengelus elus bagian bahunya yang tertabrak tadi, cepat mendongak setelah mendengar penuturan cowok yang ada di depannya.
"Loh Tama? Ngapa lo? " Tanya Ica heran. Melihat Tama atau lebih panjangnya Pratama di depannya penuh dengan peluh menetes dari dahinya.
"Gue di kejar kejar bu Sastri, bolos upacara. " Jawab Tama jujur.
"Lah kok bisa ketauan, ngumpetnya gak pro sih lo. Makannya kalo mau bolos koling koling dulu sama gue, tanya gimana cara ngumpet supaya gak ketauan. "
"Alah bacot lo, mau bantuin gak nih?. "
"Yaudah masuk toilet sana, nanti kalo bu Sastri lewat, gue sepik aja kek lo kemana gitu. "
"Ide bagus, otak lo berguna juga ya Ca. "
Tama dengan cepat langsung masuk ke toilet perempuan saking paniknya. Sedangkan Ica berusaha menampilkan wajah polosnya yang belaga tidak tahu apa apa.
Bu Sastri mendekat. "Ica kamu liat Tama lewat sini gak? "
Ica tersenyum manis. "Tama bu? Kayaknya kesana deh, " Jawab Ica sambil menunjuk kearah kantin.
"Oke makasih, ibu kesana dulu. "
Ica melambaikan tangan kearah bu Sastri yang sudah mulai berjalan kearah kantin. "Dada, mau aja gue boongin. "
"Tama udah pergi noh ibu lo. "
Tama keluar perlahan, melihat bu Sastri yang memang sudah berjalan kearah kantin. Dia langsung berjalan menghadap Ica.
"Makasih Ca udah mau bantuin gue. "
"Sama sama, btw mulut lo bau rokok. " Ica memberitahu Tama bermaksud supaya cowok itu nenyadarinya setelah dia berkata seperti itu.
"Kecium ya? Padahal cuma dua batang, " Tama malah bertanya balik.
"Ya menurut lo aja kambing, kalo mau ngomong sama guru makan permen apa dulu kek gitu. Supaya gak terlalu kecium bau rokok-"
"TAMA, ICA IKUT IBU KE RUANG BK SEKARANG!" Teriak seseorang yang suaranya begitu familiar sekali di telinga mereka berdua.
Mereka langsung melihat kearah sumber suara. Disana ada bu Sastri yang sedang melotot kearah mereka berdua.
"MAMPUS GUE! " Umpat Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him Named Is Pratama.
Подростковая литератураHidup Ica berubah setelah dia menjalin hubungan yang lebih dekat lagi bersama Pratama. Teman satu angkatan, teman sekelas, dan juga teman bolak balik masuk BK. Tetapi karena kejadian dimana Ica yang berbaik hati ingin membantu Pratama, hubungan mere...