Tentang Pratama 2

22 0 0
                                    

Keesokan paginya Ica datang seperti biasa, senyuman yang mengembang seperti biasa. Alasannya karena dia begitu bahagia, perihal bolos kemarin dan juga rencananya bersama Pratama yang menyuruh salah satu tukang bersih bersih sekolahnya yang membersihkan taman, tidak di ketahui oleh bu Sastri. Dan tentu saja itu membuat Ica bisa menghembuskan nafas lega.

Hari ini dia melewati koridor yang sudah lumayan ramai. Dan pada saat itu juga dia menyadari banyak pasang kata yang menatapnya aneh. Lalu dia melihat kearah dirinya sendiri, mengecek apakah ada yang salah dengan penampilannya hari ini.

"Ka." Tiba tiba ada yang memanggilnya dari arah depan, Ica langsung kengadahkan kepalanya kembali.

"Gue?" Ica menunjuk dirinya sendiri.

"Kaka pasti dari tadi bingung kan kenapa semua pada ngeliatin kaka?" Cewek yang berdiri di depan Ica itu tersenyum manis.

"Mmm iya, kok lo tau?"

"Itu kaka emangnya pake hodie siapa?" Si cewek itu bertanya balik.

Ica melihat kearah hodie yang cewek itu maksud. "Oh ini mah hodienya si Tama, temen sekelas gue. Emangnya kenapa?"

"Nah kak, itu yang ngebuat kakak diliatin sama hampir semua orang." Cewek itu menjawab sambil tersenyum.

"Hah? Apaansi gak ngerti gue," Otak Ica yang agak lambat memang terkadang sulit menangkap perkataan orang yang memiliki arti ganda.

"Jadi yang ngeliatin kaka dari tadi tuh hampir semuanya fans fansnya kak Tama, mereka ngeliat kaka pake hodie kak Tama yang sering banget di pake sama dia, jadi heran aja gitu kenapa hodienya bisa kakak yang pake." Jelas cewek itu panjang lebar.

Ica langsung terkejut seketika. "Mereka sampe afal apa aja yang di pake si Tama?"

"Afal lah kak, ukuran sepatu aja mereka tau. Yang lebih detail mereka juga tau kak,"

Ica semakin terkejut. "Termasuk lo juga?"

"Hehe iya kak, aku juga salah satu fans kak Tama."

Ica mengangguk ngangguk tak menyangka, lalu kupingnya mendengar bisik bisik dua orang yang berada tak jauh darinya.

"Ah paling tuh cewek pake hodie kak Tama supaya terkenal aja, numpang terkenal kok lewat kak Tama. Kayak gak ada cara lain aja,"

Ica mendengar itu tentu saja merasa tersinggung, untuk apa dia menumpang tenar dengan Pratama? Toh memang dia sudah terkenal karena prestasinya kok. Rasanya Ica ingin mencekik dua orang itu.

"Udah kak gak usah di dengerin, oiya nama kakak siapa?"

Ica yang lagi menoleh kearah dua orang itu pun langsung menengok kearah cewek yang ada di depannya.

"Adelia Fransisca, panggil aja Ica." Balas Ica malas. Tentu saja mood nya sudah hancur karena mendengar omongan itu.

"Oh oke kak,"

***

Setelah masuk kelas Ica langsung berjalan kearah Pratama yang duduk di bangku pojokan kelas. Di salah satu lengannya terdapat hodie milik cowok itu yang sudah dia buka setelah tragedi koridor tadi.

Sampai di depan Pratama, Ica langsung melemparkan hodie tepat di wajah tampan Pratama. Cowok itu yang lagi asik mendengarkan earphone langsung terkejut mendapati serangan yang tiba tiba.

"Wei Ca, santai kali." Pratama menegakkan tubuhnya.

"Makasih!" Kata Ica sengaja menekan ucapannya, lalu setelah itu pergi menjauh dari Pratama.

"Ca ngapa lo? Wei CA!" Pratama langsung beranjak dari duduknya, mengejar Ica yang berjalan kearah tempat duduk depan.

Tepat sudah disampingnya. "Ca lo kenapa? Dateng dateng main lempar aja, untung ni muka tetep ganteng."

About Him Named Is Pratama.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang