CHAPTER 1

368 55 0
                                    

CHAPTER| 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER| 1

Melangkah dengan cepat, dua lelaki berseragam abu-abu putih khas SMA itu nampak panik. Salah satunya terlihat memeriksa isi tas-nya dengan tidak sabaran. Satunya lagi sedang berdo'a agar guru yang akan mengajar di kelasnya belum masuk. Mereka berdua ini datang terlambat, sehingga harus menerima hukum lebih dulu sebelum diizinkan ikut belajar di kelas.

"Buku PR gue kayaknya ketinggalan dirumah,"

"Otak lu yang ketinggalan!"

"Sialan! "

Julyan Satya Dasawarsa, siswa berparas baby face ini mendelik kesal pada Danel -sahabatnya itu. Dia merasa, Danel meragukan dirinya yang sudah selesai mengerjakan tugasnya.

"Sat, tuh liat!"

Lelaki yang dipanggil 'Sat' itu mengikuti arah pandang sahabatnya. Kemudian, ia tersenyum tipis ketika melihat seseorang berdiri di depan kelasnya. Lantas ia pun mendekat, ingin mengganggu gadis itu agar ia bisa melihat wajah dan tatapan dinginnya.

"Masih pagi, udah kena hukum aja!" katanya sembari memberi tatapan mengejek.

Seperti biasa, gadis itu mendorongnya untuk menjauh. Tidak ingin dekat-dekat dengannya.

"Diam! Gue nggak suka denger suara lo,"

"Jantung lu yang kayaknya nggak bisa diem!"

"Mulut lo mau gue tarik, hah?!"

Lelaki itu pun tersenyum lagi. Gadis dihadapannya ini masih saja kasar tapi menggemaskan dimatanya. Dia Narsella Luyana, gadis yang pernah mencintainya -ralat menyukainya. Tapi sekarang, gadis yang akrab disapa Nesa itu memberi tanda kebencian untuknya. Entah apa salahnya hingga membuat tatapan malu-malu Nesa berubah menjadi tatapan tajam.

"Ngapain lo senyum-senyum?! Pergi sana!" usir Nesa.

"Iya, gue masuk dulu. Tungguin ya!" kata Julyan, membuat Nesa bingung.

Kemudian, Julyan dan Danel masuk kedalam kelas sambil mengucapkan salam yang dijawab oleh guru dan sebagian murid.

"Yang nggak ngerjain PR, silahkan berdiri di luar kelas sampai jam istirahat!" ucap bu Teni, guru matematika yang kini menatap dua muridnya bergantian.

Danel pun segera mengeluarkan bukunya dan diserahkan kepada sang guru. Berbeda dengan Julyan yang nyengir karena dirinya memang lupa membawa buku tugasnya.

"Mana punya kamu?" tanya bu Teni mulai curiga.

"Maaf, bu. Punya saya ketinggalan dirumah,"

"Ya sudah, besok tetap dikumpul. Sekarang, kamu berdiri di luar kelas," Julyan mengangguk patuh mendengar perintah dari sang guru.

Lalu, Julyan pamit keluar kelas setelah menitip tasnya pada Danel. Membuat sahabatnya itu mendengus jengkel karena tahu Julyan pasti dengan senang hati dihukum asalkan bersama Nesa. Dasar si Julyan!

GOOD FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang