Chapter 2

285 35 59
                                    

Mata berlensa kontak hijau Tom menatap sekeliling dengan waspada. Perannya memang hanyalah sebagai pelayan biasa, tetapi tidak ada salahnya bersikap begitu. Karena pesta ini penuh akan penjahat kelas belut, yang begitu licin sehingga tak bisa ditangkap.

Tom yakin, beberapa diantara tamu di pesta ini adalah petinggi negara. Sayang, topeng di wajah mereka menyembunyikan segalanya.

Pria itu terkekeh sinis. Mengenakan topeng sampai kemari, benar-benar sebuah gambaran politik yang sempurna. Ayo dukung orang itu menduduki jabatan tertinggi di sebuah negara.

Tom mendengus, menahan tawa atas pemikirannya sendiri. Bodohnya ia, jelas-jelas babi-babi itu memiliki kekuasaan di atas pemimpin negara sekalipun. Siapa yang memiliki uang, dialah yang menduduki kekuasaan.

'Tetapi, targetku bukan dia.'

Mata hijau tajamnya melirik ke arah seorang pria berambut pirang panjang yang tengah tertawa bersama rekan-rekannya.

'Nah, itulah targetku,'

Tom menghela napas, ia rasanya ingin segera pulang.

"Loki, Black Russian 6, antarkan ke meja executive nomor 9 di atas sana,"

Tanpa banyak bicara, Tom segera mengambil baki berisi enam buah gelas. Sang bartender mengedipkan sebelah mata padanya. Tom menahan tawa, Cate terlihat sangat cocok dengan wig hitam dan mata hijau.

Mungkin Cate harus memikirkan profesi aktris jika ia berniat pensiun menjadi agen. Membayangkan atasan Alphanya itu berakting membuat perut Tom mulas. Setidaknya pasti ada satu-dua baku hantam sebelum akhirnya Cate mengikuti arahan si sutradara atau produser.

Oke, abaikan Cate, dan kembali kepada misi.

Tom dengan luwes menaiki tangga tanpa membuat setetes pun minuman dalam gelas terjatuh. Ia membeku saat menyadari meja mana yang dimaksud oleh Hela.

Shit! Mengapa bosnya tak memberitahu kalau itu merupakan meja targetnya?!

Sejujurnya, itu juga merupakan salahnya karena tidak mengecek terlebih dahulu. Tetapi manusia terkadang hanya memerlukan pengalihan, atau orang lain untuk disalahkan.

"Black Russian, sir,"

Ia menaruh gelas di atas meja. Setelahnya, Tom berniat untuk langsung pergi. Tatapan dari pria yang merupakan targetnya membuatnya tak nyaman. Ada perasaan aneh yang ia rasakan.

Seperti...panas? Entahlah. Tom menganggap itu hanya perasaan sesak karena tempat ini penuh dengan manusia-manusia berdosa, yang keberadaannya saja sudah membuat tercekik.

"Tunggu dulu,"

Tubuh Tom berhenti bergerak. Bagaikan sebuah insting, ia berbalik. Mata hijaunya melihat tepat ke arah mata biru cemerlang yang balik menatapnya tajam.

"Kau," pria itu menepuk tempat di sebelahnya, "Temani aku disini,"

Segerombol orang yang berada disana bersorak begitu pria dengan codename Thor memanggilnya. Tom tak peduli, baginya misi jauh lebih penting. Jadi ia menghampiri Thor dan duduk tepat di sampingnya.

Thor menyibakkan wig panjang, lalu mengendus lehernya. Tom merasakan sengatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ini bukanlah pertama kalinya ia menggoda atau digoda seorang Alpha. Tetapi yang ia rasakan sebelumnya adalah rasa jijik yang teramat sangat hingga ingin muntah.

Sentuhan semakin lama semakin intim. Hidung Thor bersentuhan dengan leher jenjangnya. Bibirnya mulai mengecup perlahan. Sensasi yang terasa sangatlah rumit, hingga Tom bergidik dibuatnya.

"I'm sorry, sir, tapi saya-"

"Kau keberatan berada disini, hm? Bagaimana kalau kita pindah ke tempat yang lebih privat?"

EnticementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang