credit plot by worldpress
Jinyoung membuka kelopak matanya perlahan. Mencoba bangun dari tidurnya. Kedua tangannya tak bisa digerakkan, dia tidur tengkurap dengan tangan diikat di punggunnya. Jinyoung merasakan dingin di tubuhnya. Dia melihat pantulan tubuhnya di cermin. Kenapa aku bisa tak memakai baju? Jinyoung membulatkan matanya begitu menyadari tubuh polosnya terungkap
Dia mencoba membalikan tubuhnya. Uh susah sekali. Jinyoung benar-benar tak menggunakan selembar benang pun. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dia bisa berada di sini dan dalam keadaan naked seperti ini.
"Tempat apa ini?" Kalian ingin tau Jinyoung berada di tempat seperti apa? Di sebuah ruangan yang sebagian besarnya adalah cermin. Tempatnya berbaring sekarang adalah sebuah meja kayu yang panjangnya sekitar 1.5 meter. Sebagian kakinya menggantung karna meja yang tidak cukup menampung panjang tubuhnya.
Ruangan ini cukup terang dengan dua lampu gantung. Ada lemari kecil di dekat meja yang Jinyoung tiduri. Dan ada box di atasnya. Ada satu sofa panjang dan dua sofa kecil berwarna merah. Di depannya terdapat flat TV. Sebuah karpet berbulu di tengah ketiga sofa merah. Banyak barang-barang yang belum pernah Jinyoung lihat sebelumnya.
Salah satu pintu di ruangan itu terbuka. Sesosok pria tampan dan athletis masuk ke dalam ruangan. Menghampiri Jinyoung yang memangdangnya takut. Pria itu memandang Jinyoung dengan pandangan mengerikan. Di tangannya dia membawa cambuk.
"Kau sudah bangun,cantik?" Tangan pria itu mengelus pipi Jinyoung. Jinyoung hanya mengangguk, dia takut dengan pria ini. Badannya terlentang –tadi dia mencoba membalikan tubuhnya- dengan kedua tangan diikat di belakang tubuhnya. Yang membuat dadanya membusung ke atas.
Tangan pria itu berpindah ke dada Jinyoung menangkupkan telapak tangannya di dada Jinyoung, cambuknya dia taruh di dekat meja. Mengelus. Jinyoung menggigit bibir bawahnya. Pria itu sekarang mulai meremas dada Jinyoung dengan kasar. Meremasnya, menariknya dan terkadang menampar dada Jinyoung.
"Aaakh sakit. Apa yang kau Akh lakukan?" Jinyoung mencoba bangun dari tidur terlentangnya. Saat dia sudah berhasil duduk, bibirnya dilumat kasar oleh pria itu. Bibirnya digigit membuatnya dia menjerit dalam ciuman itu. Dan mulutnya langsung diinvansi oleh pria yang tidak Jinyoung tau. Tangan pria itu semakin keras meremas dada Jinyoung. Dan menarik nipple Jinyoung dengan kencang.
Cklek
Pintu tadi kembali terbuka, pria yang tidak kalah tampan dan athlestis ini masuk. Dia hanya menggunakan celana pendek selutut, menunjukan absnya.
"Kenapa kau memulainya duluan, Hyunsuk?" Guanlin –pria yang baru masuk- menghampiri Hyunsuk yang masih mencumbu Jinyoung. Guanlin duduk di belakang Jinyoung. Hyunsuk hanya melirik Guanlin yang mulai ikut mencumbu Jinyoung.
"Aaaaaakh" Hyunsuk memasukan tiga jarinya ke vagina Jinyoung. Jari-jarinya langsung dia gerakan dengan cepat. tidak memperdulikan Jinyoung yang kesakitan hingga mengeluarkan air mata. Guanlin menyandarkan Jinyoung di dada bidangnya. Tangannya meremas dada Jinyoung. Dan bibirnya membuat kissmark di leher Jinyoung.
Hyunsuk mengeluarkan jari-jarinya dari vagina Jinyoung. Digantikan dengan mulutnya yang melumat bibir vagina Jinyoung. Lidahnya menusuk-nusuk hole vagina Jinyoung. Sesekali bibirnya menyedot klitoris Jinyoung. Hyunsuk membuka kaki Jinyoung lebih lebar agar lebih mempermudahnya.
"Uuukh Aaakh oh ah Aaah tolooongh eungh heenh hentikaaan" Jinyoung merasa seperti tidak memiliki harga diri lagi. Guanlin mencubit nipplenya tiba-tiba dengan keras.
"Shut up, Bitch. Kau menikmati ini bukan?" Guanlin semakin keras meremas dadanya, hingga memerah. Menggigit bibir Jinyoung dan melumatnya kasar. Lidahnya menjelajahi mulutnya, menggelitik langit-langit mulutnya. Mencampurkan salivanya dengan Jinyoung. Jinyoung menggenjang saat tiba-tiba Hyunsuk menyedot klitorisnya kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
enigma
Fiksi Penggemar[mature] a short romance compilation shoot of all x bae jinyoung