Epilogue & Letters

224 15 4
                                    


Sudah sejak lama Changbin memperhatikan Jeongin. Mungkin lebih dari perasaan kakak kepada adiknya namun jelas Changbin sangat menyayangi Jeongin. Ia selalu memperhatikan adik sahabatnya itu. Bukan tanpa alasan Changbin selalu memperhatikan Jeongin. Tanpa sengaja saat Seungmin menemani Jeongin ke toilet dan memberikan obat pada Jeongin, Changbin mendengar percakapan mereka. Terkejut? Sangat apalagi yang ia tau selama ini Jeongin tidak pernah menunjukkan bahwa ia sedang sakit.

Sejak ia mengetahui sakit yang diderita Jeongin Changbin selalu mengawasi Jeongin. Selain ia memang menyimpan perasaan yang berbeda pada Jeongin itu dilakukan juga untuk membantu sahabatnya menjaga Jeongin. Saat Jeongin menangis di pusara sang ibunda, tidak hanya Riri yang disana ia pun ada disana, melihat dari jauh kesayangannya. Berharap bisa membantu namun ia tidak ingin Jeongin merasa tidak nyaman karna kehadirannya.

Saat mereka sedang berlibur ke Busan, saat Jeongin mimisan dan yang lain tidak ada yang menyadari. Changbin menyadari dan mengikuti Jeongin ke kamar mandi. Menunggunya dan melihatnya bercengkrama dengan salah satu anak penderita kanker di panti tersebut. Terharu dan sakit yang dirasakan Changbin. Terharu karna Jeongin sama sekali tidak ingin merepotkan yang lain dan sakit karna ia hanya bisa mengawasi Jeongin dari jauh.

Saat Minho ingin membicarakan tentang kecurigaannya terhadap Jeongin, Changbin menginterupsi. Ia hanya ingin menjaga rahasia Jeongin, namun ia sangat menyesali keputusannya saat ia membawa Jeongin ke rumah sakit sesaat setelah Jeongin pulang dari Jepang. Tanpa pikir panjang ia menggendong dan membawa Jeongin ke rumah sakit. Ingin rasanya ia bertukar dengan pria manis yang sangat ia sayangi itu namun ia tidak dapat melawan takdir Tuhan.

Diam-diam Changbin menelfon Hyunjin dan menceritakan keadaan Jeongin. Changbin pun meminta maaf karna terlambat memberitahu Hyunjin tentang ini. Hyunjin marah jelas namun tidak dengan Changbin ia menyalahkan dirinya sendiri yang hanya puas dengan jawaban tidak apa-apa dari sang adik tanpa menanyakan lebih lanjut tentang itu.

Saat itu Changbin mendatangi rumah Hyunjin dan Jeongin. Ia bermaksud menemui Jeongin dan melihat bagaimana keadaannya. Sampai di rumah itu Changbin sangat terkejut melihat Jeongin yang masih mutah dan bahkan kehilangan tenaganya untuk berdiri. Changbin menghampiri Jeongin dan memapahnya ke ruang tengah rumah tersebut.

"Makasih ya kak Changbin", ucap Jeongin dengan senyum khasnya. Changbin hanya menatap wajah pucat itu dan berjongkok didepan Jeongin menghapus air mata disudut mata rubah itu.

"Kamu masih mual? Ke rumah sakit ya dek", lirih Changbin dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran. Jeongin hanya menggeleng pelan dan tersenyum.

"Udah gapapa kok-", belum selesai Jeongin berbicara ia sudah akan memutahkan isi perutnya. Changbin dengan sigap menggendong Jeongin menuju kamar mandi di rumah itu.

Tanpa meminta persetujuan Jeongin lagi Changbin membawa Jeongin ke rumah sakit. Dengan sedikit berlari ia menggendong Jeongin dipunggungnya. Membawa Jeongin ke UGD disana ia melihat Chan berlari memasuki ruang tersebut. Changbin sudah tidak mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Ia hanya menunggu dokter keluar membawa kabar baik.

Tak lama Chan keluar dan mencari-cari wali Jeongin. Changbin segera mendekat dan menanyakan keadaan Jeongin. Chan mengatakan bahwa kemoterapi dan operasi tidak lagi bisa menjamin kesembuhan Jeongin. Persentasenya terlalu kecil dan itu membuat Changbin terpukul. Bagaimana ia akan menyampaikan ini kepada keluarga Jeongin.

Beberapa saat setelah dipindahkan ke ruang rawat Jeongin sadar, Changbin adalah orang pertama ia lihat. "Kak", panggil Jeongin lirih. Changbin yang terkejut mendengar Jeongin memanggilnya langsung mendekati tempat Jeongin berbaring.

"Bagaimana keadaanmu Jeong?", tanya Changbin khawatir. Yang ditanya hanya mengerutkan keningnya dan tersenyum.

"Lu kenapa alus banget ngomongnya kak", kekeh Jeongin. Changbin hanya tersenyum tipis. "Jeongin gapapa kak, jangan khawatir. Emang rada lemes sii masih", jelas Jeongin. Changbin tersenyum lalu menatap mata rubah itu yang ditatap kembali mengerutkan keningnya. Tak lama Changbin membuka suaranya,

Let Me STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang