Seperti yang diduga oleh ayah sebelumnya, bahwa aku memiliki talenta untuk menjadi seorang begundal. Bola voli rupanya hanya sedikit membelokkan kenakalanku. Sejak SD aku menjadi anak badung. Kesana-kemari, berpindah-pindah secara nomaden ke tiap kelas guna mengundang perkelahian. Semua semakin menjadi-jadi karena ada Faldi. Faldi adalah duetku. Kami adalah Hitler sekolah, pemangsa kaum-kaum berpenampilan aneh yang kejam. Kami dikenal sebagai mafia sekolah berdarah dingin. Bahkan ada beberapa asumsi yang mengatakan bahwa kami adalah antek dari Samian Megilovich yang menyamar menjadi begundal SD. Anak-anak yang melihat kami lewat langsung bersembunyi. Yang sudah terlanjur berpapasan pura-pura tak peduli. Yang kerahnya sudah kami tarik dengan kasar, hanya bisa pasrah sambil menggumam doa sapu jagat.
Tak jarang kami mendapat panggilan kepala sekolah. Tak jarang pula ibu kami turut hadir dalam pemanggilan kepala sekolah. Kepala sekolah mengancam, kami bergeming tak gentar. Ibu mengancam, kami tetap bergeming, tak gentar. Kepala sekolah dan ibu berlalu, kami telah hilang mencari mangsa. Suatu keajaiban kami tak dikeluarkan dari sekolah. Menurut Kepala Sekolah yang gendut dan brengosan itu, meski attitude kami jongkok, peringkat kami melambung. Aku dan Faldi tak pernah absen dari posisi lima besar. Bagaimana bisa macam itu? Sebab walau kelakuan kami macam setan, kami selalu menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan enggan berkhianat kepada tut wuri handayani.
Masa SMP pun juga demikian. Kami dikenal sebagai preman sekolah yang memiliki jaringan besar di sekolah-sekolah lain. Perkumpulan kami adalah gubuk kecil di samping warung Pak Bahar yang telah melegenda sebagai kawasan red zone bagi anak sekolah yang lewat. Adapula huru-hara yang disebarkan dari anak-anak yang mengatakan bahwa tempat itu dulunya merupakan parit bekas pembuangan orang-orang yang disinyalir pro komunis. Kawasan berdarah-darah itu kini dijadikan markas besar begundal-begundal se Jogja. Beberapa mulut mengatakan bahwa arwah dari orang-orang komunis itu bergentayangan, menjadi iblis yang merasuki tubuh para begundal yang nongkrong. Jadilah para begundal itu berperilaku layaknya setan.
Di SMP, hobiku adalah tawuran. Tentu saja disamping voli. Aku dan Faldi adalah gembong untuk memancing emosi anak sekolah lain. Jadilah kami ini sebagai kompor bermulut bacar. Kami adalah seorang provokator di luar peperangan dan pasukan yang hebat di medan laga. Dunia yang kami jalani dengan kelompok-kelompok begundal itu semakin jauh dari jalan lurus. Dunia kami penuh dengan kegelapan malam. Jika saja kami tidak ingat bahwa kami adalah seorang atlet, bukan tak mungkin kami telah menghisap tembakau, menghirup lem, ataupun meneguk arak, sejenis minuman keras yang menjadi biduanita bagi remaja-remaja dengan dompet tipis. Beberapa kawan kami yang sudah tersesat terlalu jauh terjebak dalam dunia malam yang lebih fantastis lagi: Diskotek!
Sejauh ini, dunia malam yang kami selami tak lebih dari sekadar menjadi penonton setia di trek malam, sebuah hiburan yang menurut kami paling jauh dari api neraka. Di sini, di bawah gemerlap bintang dan riuhnya suara mesin, kulihat para montir dengan kepiawaiannya mengutak-atik motor. Mereka seolah-olah adalah para penyihir modern, mengubah mesin-mesin biasa menjadi kuda besi yang mampu melesat seperti angin puting beliung. Trek malam bagi kami adalah lebih dari sekadar balapan. Ia adalah ritual malam, tempat di mana keahlian dan keberanian diuji, tempat di mana suara deru mesin dan bau karet terbakar menjadi musik dan aroma yang memabukkan. Dalam setiap putaran roda dan setiap detak jantung yang berpacu, kami menemukan semangat, gairah, dan keindahan yang tak terdefinisi oleh kata-kata biasa.
Namun yang paling menggetarkan adalah saat dua pembalap berjajar di garis start, siap mengadu motor mereka yang telah di-tuning up, melesat bagai peluru yang dimuntahkan dari Revolver .22. Trek malam bukan sekadar balapan liar biasa; ia adalah panggung gengsi bagi para montir motor yang ingin menunjukkan keahlian mereka. Balapan liar ini bukan hanya tentang adu pacu kecepatan, tetapi juga tentang bagaimana dinamika fisika bekerja. Trek malam adalah arena tempat piston-piston motor bergerak dengan sempurna, tempat rasio kompresi menjadi hukum Newton yang diterapkan dengan presisi oleh para montir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melawan Gravitasi
Science FictionBahkan sebelum aku hafal betul nama panjang dari ayahku, lelaki itu telah memberikanku sebuah bola, bola yang mungkin tak akan pernah kulupakan. Sebuah bola dengan warna kuning, biru, dan putih. Kemudian, di tengahnya tertulis kata dengan gaya yang...