Benarkah?

30 16 3
                                    

"Eh kalian tau gak? Masa nih ya dari semalam ada akun yang gak gue kenal kirim DM ke gue!" ujar Aura dengan menceritakan tentang DM yang masuk.

"Emang siapa yang ngirim?" tanya Sylvan.

"Lah gue aja gak tau!"

"Emang nama akunnya apa?" timpal Lina.

"@aldawin" Jawab Aura.

"Eh tunggu-tunggu gue kok kayak nggak asing gitu ya dengernya"

"Emang siapa?" tanya Aura bingung.

"Nama sahabat yang lo bilang itu siapa?"

"Al" balas Aura.

"Nama panjangnya?"

"Aliansyah Dawin Pratama," balas Aura lagi dengan wajah polos.

"Astaga!! Ra itu sahabat lo yang ngirim DM ke lo!" geram Lina.

"Masa sih?" ucap Aura tak percaya.

"Sok tau lo, bisa aja orang lain!" Sahut Sylvan dan di angguki oleh Aura.

"Tapi gue yakin pasti dia orangnya, dia ngirim DM apa ke lo?"

"Dia sih bilang kalau dia kangen sama gue, ya gue anggap orang gila aja lah gue aja gak kenal siapa dia tau-tau bilang kangen!!"

"Nah itu, dia udah bilang kalau dia kangen sama lo berarti bener dia itu sahabat lo!"

"Benarkah?"

"Gue yakin 100% Ra, harusnya lo peka dong dia udah ngirim begituan tapi lo gak peka?" ucap Lina kesal karena sahabatnya itu tidak peka.

"Eh tapi gue yakin apa yang di bilang Lina, coba aja lo bales DM dia dan lo pancing dia nanya-nanya gitu!" ujar Sylvan.

Aura tak menggubris apa yang di bilang Sylvan, Aura langsung membuka Handphonenya dan melihat DM. Ternyata DM dari akun itu masuk lagi dan alangkah terkejutnya Aura ketika ia melihat DM tersebut.

@aldawin

"Yang pasti aku selalu kangen kamu Rara"

Aura berniat untuk membalas DM tersebut jari Aura mulai mengetik untuk membalas DM itu.

Degh

"J-j-jadi ini beneran Al?" batin Aura.

Selang satu menit Aura mengirim pesan tak lama kemudian Aura mendapat balasan dan membuat Aura tak percaya.

"Kenapa Ra?" tanya Lina ketika melihat Aura menggelengkan kepalanya.

"Ah tidak apa-apa" dusta Aura.

"Lo gak lagi bohong kan?" selidik Sylvan.

"Gak, gue cabut ya mau pulang pusing kepala gue" pamit Aura.

Tanpa menunggu persetujuan yang lain Aura langsung pergi begitu saja membuat mereka menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Aura.

"Dia cantik nyaris sempurna tapi sayang, dia gak mau buka hatinya untuk cowok" gumam Sylvan dan ternyata terdengar oleh Lina.

"Lo suka sama Aura?" tanya Lina.

"Hah? Gak gue gak suka" gugup Sylvan.

"Udah jujur aja sama gue"

"Ck, gak Lin. Udah yuk pulang kata emak gue Corona udah nyebar kemana-mana nanti gue lagi yang kena. Lo gak mau kan gue yang ganteng ini mati duluan daripada lo" ucap Sylvan ngasal.

"Lo doain gue mati?" ucap Lina tak terima.

"Dih lo yang bilang bukan gue!"

"Ish ngeselin lo! Sono jauh-jauh dari gue nanti gue ketularan virus Corona dari lo lagi" usir Lina.

Sedangkan Sylvan hanya tertawa pelan melihat wajah Lina.

🍁🍁🍁

"Kakak!!!!" panggil Wenda ketika Aura baru saja sampai di rumah.

Langkah Aura berhenti mendengar teriakan Wenda sang adik.

"Apaan sih Wen pake teriak segala, kamu pikir kakak budeg apa!" kesal Aura.

Sedangkan Wenda hanya menyengir saja. "Hehe maaf kak"

"Hm" Aura hanya berdehem saja.

"Kak nge-Mall yuk, aku mau nonton film Mariposa kata temen aku sih itu film bagus banget, apalagi perjuangan seorang cewek yang patut di ancungi jempol! Zaman sekarang mana ada cewek kayak gitu" ucap Aura panjang lebar.

"Males ah! Di luar Corona nanti kakak kena lagi" tolak Aura.

"Ish! Kakak apa-apa Corona Mentang-mentang beritanya ada yang bilang udah banyak yang meninggal jadi kayak gitu" rajuk Wenda.

"Bukan gitu Wen, kita itu harus waspada aja di luar banyak virus berbahaya. Mendingan tunggu film nya keluar aja di TV" ujar Aura dengan menasihati sang adik.

"Eh-eh ada apa ini kok ribut-ribut?" timpal Mama ketika melihat kedua putrinya ribut.

"Ini ma, kakak gak mau temenin aku ke Mall!" adu Wenda.

"Bukan gitu ma, tapi Mama liat sendiri kan berita yang sudah tersebar kalau Corona udah makin luas jadi aku waspada aja," elak Aura.

"Bilang aja males!" ujar Wenda.

"Bu-bukan--"

"Yang di bilang kakakmu bener Wen, virus nya sudah tersebar makanya kita harus hati-hati!" ucap Mama dengan mengelus rambut panjang Wenda.

"Tau ah!" Wenda langsung pergi ke atas untuk ke kamarnya, Mama dan Aura yang melihat hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ma, aku ke atas dulu ya mau istirahat!" pamit Aura dan di angguki oleh Mama.

Setibanya di kamar Aura langsung duduk di tepi kasur dan mengingat apa yang di ucapkan Lina dan DM yang masuk tadi, Aura masih tak percaya bisa saja itu orang iseng yang mengaku dirinya Al.

Di satu sisi Aura ingin percaya pada yang di ucapkan Lina dan DM yang masuk tadi, di sisi lain Aura tak percaya mana mungkin Al mengirim pesan padanya. Aura sudah menganggap Al hilang bagaikan di telan bumi. Benci, rindu, kesal, kecewa, semuanya bersatu di dalam benak Aura.

Aura benci karena sampai sekarang Al masih tidak di ketehaui keberadaannya, Aura rindu pada kenangan yang ia lalui bersama Al. Huft! Kenapa semuanya rumit? Di saat ingin memulai hari yang baru tapi Aura masih mengingat Al yang membuatnya sedih kembali, padahal ia sudah bertekad untuk tidak sedih Aura harus tertawa seperti dulu lagi tapi kenapa jadi seperti ini?

Aura tidak mengerti dengan keputusannya untuk memulai hari yang baru, apakah ia bisa? Tapi Aura sudah sangat bergantung pada Al, kenapa Al sangat berpengaruh sekali pada Aura? Sungguh membingungkan.

"Huft! Al cepatlah kembali, aku ingin seperti dulu lagi! Aku harap secepatnya aku bertemu denganmu" batin Aura dengan memandang foto wallpaper yang ada di Handphonenya tepatnya foto dirinya dengan Al.

Hai hai terimakasih yang sudah baca, semoga suka ya dan jangan lupa vote dan komen!

Baca juga cerita aku "The Bee Is You"

Happy Reading and Enjoy!
Salam icit❤🍁

A The Clinking OfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang