Aliansyah Dawin Pratama

58 20 8
                                    

Di negeri Paman Sam seorang cowok sedang duduk di taman dengan memejamkan matanya untuk menikmati keindahan sore hari di negeri Paman Sam tersebut. "Excuse me!" panggil orang tersebut dengan menepuk pelan pundak cowok tersebut.

Cowok itu langsung menoleh ke arah yang memanggilnya tadi. "Ya kenapa?" cowok itu langsung menutup mulutnya karena salah bicara seharusnya ia memakai bahasa di sini tapi malah memakai bahasa indonesia. "Sorry" katanya.

"Em gapapa kok, lo dari indo kan?" tanya cewek itu.

Cowok itu hanya mengangguk pelan.

"Kenalin gue Stephani panggil aja gue Nini, dan gue sama kayak lo dari indo juga!" ujar Nini memperkenalkan diri.

"Gue Aliansyah lo cukup manggil gue Al!" ujar Al.

"Oh oke, btw lo ngapain di sini sendirian?" tanya Nini.

"Gak ada, gue cuman bosan aja di rumah yaudah gue mutusin kesini buat cari udara segar." jelas Al.

"Dan lo ngapain di sini?" sambungnya.

"Jalan-jalan aja dan gak sengaja gue ngeliat lo lagi pejamkan mata akhirnya gue nyamperin lo!" jawab Nini.

"Lo kuliah di sini?" tanya Nini.

Al hanya mengangguk pelan. "Kalau lo?" tanya Al.

"Gue juga lanjutin kuliah di sini, kebetulan gue dapet beasiswa!"

"Lo lagi ada masalah?" tanya Nini.

"Hah? Gak ada!"

"Bibir lo bisa bohong tapi mata lo gak bisa!"

"Sok tau lo!"

"Gue bukan sok tau tapi gue tau, karena gue pernah belajar Psikologi walaupun cuman bentar tapi gue tau ciri-ciri orang bohong,"

Al hanya ber-oh ria saja.

"Lo gak mau cerita gitu?" desak Nini.

Entah kenapa Al merasa kalau Nini terlalu kepo dengan hidup Al.

"Kok lo desak gue gitu sih?" jengkel Al.

"Y-y-ya gapapa sih!" jawab Nini dengan kikuk.

Al berdiri dari duduknya tak sengaja foto yang berada di saku bajunya jatuh, Al tidak menyadari tapi Nini menyadari dan langsung mengambil foto tersebut.

"Ini foto siapa?" tanya Nini dengan melihat foto Al bersama seorang cewek yang terlihat begitu mesra.

Al merasa terkejut karena Nini mengambil foto itu dan Al juga bingung kenapa foto itu bisa jatuh dan berada di tangan Nini sekarang.

"Sahabat gue!" jawab Al singkat

"Sahabat atau pacar lo?" tanyanya lagi.

"Ni, udah ya! lo jangan terlalu kepo dengan hidup gue. Gue gak suka orang yang terlalu pengen tau kehidupan gue!" ujar Al dengan penuh penekanan.

"M-maaf," cicit Nini.

"Gue mau pulang!" ujar Al.

"Hati-hati!"

Al hanya mengangguk saja.

🍁🍁🍁

Aura melirik jam tangan pemberian dari Al dulu sebelum kejadian yang menimpa mereka. Aura merasa sangat teramat rindu dengan sahabatnya itu, hadiah pemberian Al masih ia simpan tertata rapi di laci kamarnya. Aura tidak mau membuang atau merusak barang pemberian Al karena baginya itu sangat berharga, Aura mengusap jam yang berada di tangannya sambil tersenyum penuh kesedihan. Lina yang melihat itu langsung menyenggol lengan Aura dengan pelan.

"Ra lo gapapa kan?" tanya Lina dengan setengah berbisik.

Aura yang di tanya langsung menoleh. "Gapapa Lin!" balas Aura dengan senyum manisnya.

"Seriously?"

"Yes, i'm fine calm down!"

Lina hanya mengangguk saja dan langsung fokus pada dosen yang sedang menjelaskan.

Setengah jam kemudian jam pelajaran telah usai dan para mahasiswa untuk segera pulang tak terkecuali dengan Aura, Sylvan, dan Lina mereka langsung menuju tempat yang sebelumnya telah di rencanakan tadi, mereka pergi dengan menggunakan mobil Sylvan.

"Ra tadi lo kenapa kayak sedih gitu?" tanya Lina dengan memecahkan keheningan di dalam mobil.

Sylvan mengerutkan dahinya. "Emang Aura kenapa Lin?" tanya Sylvan.

"Gak tau gue, tadi sih mukanya kayak lagi sedih gitu!" balas Lina.

"Gue gapapa Lin percayalah," ujar Aura.

"Gimana gue gak percaya orang lo tadi liatin jam terus dan muka lo sedih gitu?"

"Dia liatin jam karena tadi lama banget keluarnya terus laper kali," celetuk Sylvan.

"Kok lo si yang jawab, gue kan nanya Aura bukan lo!" kesal Lina.

"Gue lagi kangen aja sama yang ngasih jam ke gue," ujar Aura.

"Emang dia dimana?"

Aura diam sejenak dengan memejamkan matanya. Sylvan dan Lina yang melihat itu langsung merasa bersalah terutama Lina karena ia menanyakan keberadaan orang tersebut.

"Gue gak tau," jawab Aura pelan.

"Pacar lo?" sahut Sylvan.

Aura menggeleng lemah. "Dia bukan pacar gue tapi dia orang yang sangat berarti dalam hidup gue bahkan gue gak bisa jauh dari dia--"

"Anggap aja gue terlalu ketergantungan dengan dia tapi yang gue rasain kalau dia gak ada di samping gue, gue merasakan teramat sepi!" sambung Aura dengan suara serak menahan tangisan yang sebentar lagi akan keluar.

Lina mengelus pundak Aura berharap Aura tetap tegar dan ceria kembali.

"Maafin gue ya?" ujar Lina.

"Nggakpapa kok Lin!" balas Aura dengan tersenyum.

"Walaupun aku gak tau keberadaan kamu tapi aku merasakan adanya kehadiran kamu di sini, berkat jam yang kamu kasih buat aku menjadi selalu dekat dengan kamu Al, cepat kembali" batin Aura.

Hai hai terimakasih yang sudah baca semoga suka ya dan jangan lupa vote dan komen!

Baca cerita aku juga "The Bee Is You"

Happy Reading and Enjoy!
Salam icit❤🍁

A The Clinking OfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang