Menikahi Malaikat Bukan Manusia

1.7K 32 1
                                    

Nasib Menjadi Istri Mafia
[Menikahi Malaikat Bukan Manusia]

Part:1

"Sah!"

Kata itu terdengar kasar di telingaku. Rasanya aku masih tidak percaya telah menikahi perempuan kampung itu. Hanya karena sebuah perjodohan belakang. Apa sih yang membuat mama tertarik padanya? Hingga memaksaku untuk menikahinya.

Penampilannya jauh dari kata 'Modis' apalagi menarik untuk dipandang. Tubuh indahnya tertutup dengan gamis atau apalah namanya, semakin membuatnya tidak menarik untuk dipandang. Ah, melihat wajahnya saja aku sudah muak apalagi untuk memberikannya cinta. Seorang Arman Kusuma tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis kampung.

Tangannya sudah lama terpapar untuk menyalamiku sebagai tanda hormatnya sebagai seorang istri. Kusambut tangannya dengan kasar lalu secepat kilat kuhempaskan. Biasa-biasa tangan mulus ini bisa terinfeksi oleh tangan kotornya. Yang mungkin saja tidak pernah dicuci dengan sabun mahal.

Namun, Kinan malah tersenyum manis padaku seolah-olah tak merasa tersinggung. Ya, itulah nama istri kampungku. Namanya Kinan Permata. Aku masih bersyukur karena namanya tak se-ndeso penampilannya.

Gadis dengan tubuh semampai itu masih tersenyum manis padaku. Mungkin ia masih menungguku untuk mencium keningnya seperti layaknya pasangan kekasih yang telah selesai melakukan proses ijab kabul. Ah, rasanya aku tidak sudi untuk menyentuh dahinya yang kotor itu. Namun, mama memaksaku untuk melakukannya. Demi mama kucium keningnya.

Rasanya ingin segera kucuci bibir ini selepas menciumnya. Aku masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran mama. Kenapa ia menjodohkanku dengan gadis baik-baik? Aku juga tahu mama sudah menekan dan telah memaksa mereka agar menerima perjodohan ini secara sepihak.

Semuanya tentu sudah tahu siapa keluarga Kusuma yang sesungguhnya. Salah satu mafia besar di kota ini. Bahkan aparat negeri ini hanya bisa bungkam dan menutupi bisnis haram kami.

Kami cukup kuat untuk ditumbas dan dihancurkan oleh mereka. Kami memiliki orang-orang yang terpecaya di kepolisian, pemerintahan, atau pun pengadilan.

Negara-negara besar seperti China, Amerika, dan Australia adalah peyongsong berat bisnis kami. Akulah alat untuk mereka menyalurkan barang-barang ilegal di kota ini. Aku adalah badboy yang tidak pernah kalah dengan siapa pun.

Dor ...!

Terdengar suara tembakan menggema di setiap sudut rumah membuat para tamu panik dan berhamburan keluar. Aku memberi insyarat kepada anak buahku untuk melindungi dan menjaga mama di sana. Aku tidak ingin persaing bisnis gelapku sedikit pun menyentuh atau melukai wanita yang amat kucintai.

Sebuah peluru hampir saja mengenai tubuh Kinan. Dengan sigap kupeluk tubuh mugilnya. Entah apa yang mempengaruhiku untuk melidungi gadis kampung itu dengan secepat kilat. Walau harus merelakan lenganku terluka.

"Kurang ajar! Komplotan Hardi pasti telah mengincar koin-koin kuno dari China itu. Yang kita pegang sekarang," ucapku dengan lantang sembari mengeluarkan pistol dari pinggangku.

"Ayah ...! Bangun ...."

Teriak gadis kampung itu dengan histeris. Menangisi ayah rentannya yang sudah tergeletak di lantai. Dengan darah yang mengaliri  tubuhnya. Hardi memang laki-laki pengecut yang hanya berani menyerang musuhnya disaat tak siap untuk menghadapinya.

Baku tembak terjadi sengit di ruangan yang berukuran 7×8 meter itu tanpa penduli siapa nyawa yang akan melayang. Kutarik tangan Kinan dengan paksa untuk membawanya memasuki mobil. Namun, ia memberontak dan berlari untuk kembali menangisi mayat ayahnya yang telah kaku. Wanita memang selalu menyusahkan perkerjaan pria.

"Kamu mau tetap di sini lalu mati sia-sia atau ikut denganku, hah!"tawarku dengan sedikit kasar.

Kinan sesaat menyilangkan tatapan tajam. Lalu bangkit dan hanya mengangguki perkataanku memberi isyarat jika ia menerima tawaran dariku. Mungkin gadis kampung itu telah pasrah dengan hidupnya saat ini.

Kuhampit tangannya di ketiak agar Kinan tak terpisah dariku. Tangan ini masih dengan sigap menembaki musuh dengan sadis. Entah berapa banyak nyawa yang sudah kurenggut dengan paksa. Inilah perkerjaan suamimu, Kinan. Mau tidak mau, kamu harus berteman dengan kematian.

Kulirik sesaat wajahnya dengan seksama. Walau wajahnya saat ini yang sedang dipenuhi butiran kecil keringat karena ketakutan, tetapi hal itu tak bisa menghilangkan paras cantiknya. Sadar Arman ... apa yang sedang kamu pikirkan sekarang? Gadis itu hanya gadis kampung yang tak berguna dan bodoh.

"Awas ..., Mas!" Teriakan Kinan menyadarkanku dari lamunan. Dengan secepat kilat kupeluk tubuh Kinan dan menembaki mereka dari belakang. Kurang ajar, kenapa aku jadi tidak fokus seperti ini.

"Ayo cepat kita masuk mobil," titahku dengan tetap menggengam tangan Kinan.

Kulihat Kinan kesusahan untuk memasang sabuk pengaman. Dasar gadis kampungan! Melakukan hal yang mudah saja tidak becus. Biasa-biasa perkerjaanku terhambat olehnya. Segera kupasangan dengan kasar. Namun, entah kenapa jantung ini berdebar-debar saat mata sayupnya memandangku dengan lekat. Mata itu benar-benar indah untuk ditatap lebih lama.

Dor ...!

Sialan anak buah Hardi tepat menembak tubuh Kinan. Mendadak tubuhnya melemas dan jatuh dalam pangkuanku. Mata sayupnya kini mengeluarkan buih-buih kecil untuk meluapkan rasa sakitnya.

Bersambung

Nasib Menjadi Istri Mafia( Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang