Suasana senin pagi yang berkabut, anak-anak OSIS sibuk mempersiapkan upacara pertama setelah masa liburan berakhir. Kurnia pria tambun bersuara khas itu memimpin upacara. Ia celingukan memindai sekeliling, memastikan semua aman lalu memberi kode kepada Tura, Baskara yang sesuai dengan namanya ia bersinar seperti matahari, Baskara anak lelaki bertubuh tinggi dan tegap dengan tatapan mata yang teduh. Anak itu mengangguk dan memulai upacara dengan persiapan yang sudah ia lakukan sedari pagi.
Tak ada yang aneh dengan upacara senin hari ini, hanya saja mata Seruni terlihat gelisah. Sebentar-sebentar ia menatap Baskara kemudian menunduk dengan terburu-buru. Ia resah..entah mengapa. Ia hanya terlihat takut upacara hari ini berjalan tidak lancar."Gimana rasanya?" Seruni tiba-tiba muncul dihadapan Bas yang sedang membereskan properti upacara.
"Apanya?"
"Upacara."
"Kirain nanya hatiku."
Hmm
"Mulai gak jelas." Seruni manyun dan melengos pergi.
"Yah..marah." Bas terkekeh, Seruni membalikan badannya. Berhadapan dengan bocah itu, ia lalu menatap mata Seruni dalam-dalam.
"Ibu gak bosen?"
"Bosen kenapa?" Seruni menautkan alisnya tak mengerti.
"Cantik terus."
Ih dasar
Seruni melengos meninggalkan Bas diikuti suara tawa menggoda.
**
Hujan mengguyur kota Bandung sudah hampir seminggu ini, jam terakhir hari ini Seruni di kelas Bas. Angin menggoyangkan pepohonan, gemuruh membuat suasana makin menyeramkan.
Bel berbunyi. Seruni menutup pelajarannya, lalu membereskan buku dan tempat pensilnya ke dalam goodybag sementara itu anak-anakpun membereskan tas mereka.
"Ibu cukupkan pembelajaran kita hari ini ya, sampai ketemu minggu depan. Jangan lupa ya tugasnya dikerjakan."
"Siap, Bu..." Koor anak-anak serempak.
Ketika membuka pintu Seruni ragu, haruskah ia menerobos hujan menuju ruang guru yang lumayan cukup jauh. Ia terdiam sesaat, menimbang apakah harus berlari dalam hujan atau menunggu di kelas sampai hujan reda.
Seruni menarik napas dan menghembuskannya pelan. Ia bersiap untuk berlari saat mulai melangkah ia terheran karena merasa tak kebasahan. Ia mendongak ke atas didapatinya Bas sedang menutup kepala mereka dengan jaket, posisi mereka sangat dekat sampai Seruni bisa merasakan hangatnya degup jantung Baskara. Mereka sama-sama bisa saling merasakan nafas hangat, Seruni menatap Bas. Jantungnya berdebar, darah menjalar ke pipi putihnya yang kini sudah semerah kepiting rebus.
"Idih..merah. kenapa? Berdebar ya dipayungin cowok ganteng." Bas mengoceh menatap netra Seruni yang kini melotot ke arahnya. Refleks Seruni mendorong tubuh Bas menjauh dan tubuhnya terkena hujan. Bas langsung menarik tangan Seruni untuk masuk kembali ke dalam jaketnya.
"Basah, bu."
"Biarin."
"Bener deh, ini ibu-ibu ngerepotin amat ya!"
Seruni mendelik lalu berlari dalam hujan menuju ruang guru meninggalkan Bas yang melongo ditinggal di tengah lapang.
**
Seruni duduk di meja 19 di sebuah kafe asri di Bandung menunggu Aria kekasihnya datang. Selama pacaran memang kebiasaan kekasihnya ini selalu datang terlambat, tidak pernah tidak. Saking biasa Seruni tak pernah mempermasalahkannya.
"Maaf ya aku telat." Aria datang terburu lalu duduk di hadapannya. Seruni mengangguk lalu tersenyum. Terlalu basi juga jika memang harus marah-marah menghabiskan energinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Berkisah
فكاهةJatuh cinta, patah hati, manis, pahit masa sekolah. Kalau kalian cari kisah cinta anak SMA yang hits abis, anak CEO yang duitnya gak akan habis sampai 7 turunan..kalian gak akan nemuin di sini. Happy reading..gaes. ~~~~~~~~~~~~~😍~~~~~~~~~~~~ Sini-s...