Bel masuk sudah berbunyi jam 07.00 teng, Rendi kelabakan karena masih di jalan. Hari ini ia naik angkot gara-gara dihukum Ibu. Malam minggu kemarin ia diajak si Ale-sahabatnya dari SMP pergi ke Kickfest, Ibu sudah wanti-wanti jangan pulang kemaleman. Ia tak pulang malam tapi malah pulang subuh, itu yang membuat ibu meradang dan menghukum dengan menyembunyikan kunci motor.
Hari senin merupakan perpaduan yang sempurna antara macet dan rutinitas semua orang dimulai, Rendi langsung menghentikan angkot yang mengetem lama lalu turun sekaligus memberikan ongkos. Ia berlari menuju sekolah, melewati mobil dan motor yang macet sesak di jalanan.
Sesampainya di sekolah, gerbang sudah di kunci. Tak ada pilihan lain selain memutar ke belakang dan meloncati pagar di WC belakang. Jika ia harus berbaris di depan gerbang maka tim GDS akan memasukannya ke buku hitam, ia sudah telat 3 kali..sekali lagi ia telat maka surat panggilan akan sampai di tangan ibunya, dengan sifat disiplin Ibu alamat akan diamuk lagi seperti kemarin malam.
Rendi celingukan mencari posisi aman, lalu HAP dalam sekejap meloncati pagar. Hari ini ia selamat, bebas dari GDS dan bu Dida. Bebas dari daftar buku hitam yang berisi dosa-dosanya.
"Aman maneh?" Ale menoyor kepala kepala Rendi. Rendi cuma nyengir, loncat dari tembok bukan masalah baginya. Loncat pagar penjara juga rasa-rasanya masih sanggup ia lewati. Rendi menyelusup masuk ke barisan upacara paling belakang, ia tak akan ketahuan.
"Ren, ada anak baru lucu. Maneh kan jomblo akut parah dari orok gak pernah pacaran."
"Sialan, mana..mana yang mana?"
"Tuh yang itu, ntar beres upacara samperin."
"Siap."
Setelah upacara selesai Yudi, Ale, Kurnia menggoda si anak kelas X itu. Dasar Rendi penakut, ia malah kabur. Ia tak berani berhadapan dengan perempuan langsung yang ia tahu gadis itu bernama Lisbeth, lucu, cantik dan konyol. Bacotnya saja yang besar mau kenalan dengan gadis itu..sekali lihat dia langsung ciut dan kabur.
"Si Rendi kampret malah kabur." Yudi mencari keberadaan Rendi si ketua gengnya.
**
"Yuk taruhan, siapa yang bisa dapetin si Lisbet dalam jangka waktu 3 bulan nih gue kasih helm gue." Ale menyerahkan helm barunya di meja saat ngopi di Image Coffe.
"Aing ambil." Yudi menyetujui, sambil menyodorkan vape kesayangannya.
"Aing juga." Nanan menyerahkan HP nya dengan tawa percaya diri. Semua saling berpandangan menatap Rendi, ia menatap balik teman-temannya satu per satu.
Rendi menarik nafas panjang, sumpah ini hal yang paling ia tak suka. Bertaruh untuk mahluk hidup..cuma monyet Bekantan yang mempermainkan perempuan tapi jika tak diambil ia akan diceng-cengin seumur hidup sebagai preman sekolah terpayah abad ini.
"Iya gue ambil." Ia melepas jam tangan pemberian Ayahnya dari Singapura bulan lalu.
"Okay...deal. Jadi gini ya aturannya, semua boleh deketin Lisbeth..tapi sumpah itu anak susah banget di taklukin. Kalian boleh nyekill bebas tapi satu hal yang gak boleh dilakuin itu ngebocorin taruhan ini." Semua orang manggut-manggut mengerti.
**
'Ini Lisbeth? Boleh kenalan ga?'
'Boleh'
'Lagi ngapain?'
'Tidur'
'Canggih, tidur bisa bales chat.'
'hahaha'
'yelah hahaha doang keselek harmonika baru tau rasa.'
'Jahat.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Berkisah
HumorJatuh cinta, patah hati, manis, pahit masa sekolah. Kalau kalian cari kisah cinta anak SMA yang hits abis, anak CEO yang duitnya gak akan habis sampai 7 turunan..kalian gak akan nemuin di sini. Happy reading..gaes. ~~~~~~~~~~~~~😍~~~~~~~~~~~~ Sini-s...