22 | Crazy In Love

10.3K 603 8
                                    

Aku mematut diriku dicermin sekali lagi. Dress katun ungu se lutut lengan panjang membalut tubuhku. Sepatu boots kulit warna hitam kupadukan kali ini. Rambut kuikat kuda seluruhnya kebelakang, menjelaskan bentuk wajahku. Sedikit make up yang ku pelajari dari Viena ku praktekan hari ini. Ini hari sabtu, tepat saat pulangnya dad Aldo dan Tante Sandra tidak bercanda dengan omongannya. Buktinya kemaren malam dia mengingatkanku tentang makan malam ini. Ketika aku mengatakannya pada mama, mama sangat antusias sekali. Seperti mama ingin pergi malam itu juga.

Pintu kamarku terbuka dan wajah mama muncul. Mama menaikan satu alisnya melihatku.

"Apa ini sedang tren? Kenapa anak mama tidak ada sisi feminimnya ya?"

"Ini sudah feminim bagiku ma," jawabku mengalihkan pandanganku pada aksesoris didepanku. Ku pasang jam pemberian Aldo ditangan kiri dan gelang sepasangku dengan Aldo pemberian Olivia disebelah kanan.

"Ayo." Kugeret tangan mama keluar dari kamarku dan kami menuju ruang tamu. Aku sempat terkejut melihat Aldo sudah duduk manis di sofa ruang tamuku.

"Kau?"

"Mom menyuruhku untuk menjemput tante. Tidak baik wanita secantik tante naik taksi bersama anak gadisnya." Aldo tersenyum kepada mama dan aku bisa melihat mama tersipu karenanya.

"Jangan merayu mamaku Al," jawabku seraya memutar bola mataku. Sudah pernah kukatakan kalau pria ini selalu membuatku kesal?

"Ah, sayang, jangan marah. Masa cemburu sama mama sendiri?" Aldo mengedipkan matanya kearahku. Aku memeletkan lidah sebagai balasannya.

"Sudah. Ayo kita pergi." Mama menengahi kami diantara senyumnya. Aldo mengangguk lalu menekuk sikunya ke mama. Mama kembali tersipu dan memasukkan tangannya kesana. Aldo mengamitnya dengan manis.

"Uh dasar cari muka!" Aku menjitak kepalanya gemas. Aldo meringis sambil mengusap kepalanya bekas jitakanku tadi.

"Kalau cari muka didepan calon mertua, apa masalahnya?"

"Kalian ini kenapa? Ini sudah hampir pukul setengah delapan. Jangan bertengkar lagi. Kalian ini pacaran tidak sih?"

Aldo membelalakan matanya kepadaku membuatku mengkerut. Baiklah, baiklah. Kita ikuti saja Aldo kali ini.

***

"Ya ampun Greta! Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Masuk!" Tante Sandra menyambut kami dengan hangat. Mama memeluk Tante Sandra dan mereka berjalan duluan masuk. Om David menghampiriku dan memelukku. Kami saling menanyakan kabar untuk basa-basi dan akhirnya Aldo mengajak kami masuk ke ruang makan. Ketika beberapa langkah masuk, suara yang sangat aku kenal terdengar dibelakangku dan kami menoleh.

"Uncle David!" Alfian melangkah masuk dengan langkah lebar sedangkan tunangannya, Olivia, berjalan dengan anggun ke arah kami. "Oh aku sangat merindukanmu Uncle!" Alfian memeluk Om David dengan gaya pria biasanya. Lalu saat mereka melepaskan rangkulannya, barulah Alfian menoleh padaku.

"Aku tidak tahu kalau kau juga kesini," ujarnya yang hanya bisa kusambut dengan senyuman.

"Uncle, kenalkan Olivia. My Fiance," kata Alfian terdengar bangga. Aku hanya memerhatikan ketika Olivia menyalami Om David dan mengucapkan namanya. Mereka berbincang sebentar tentang bagaimana mereka bisa tunangan, kapan dan dimana. Ya semacam itulah. Aku hanya mendengarnya dengan tenang.

"Are you okay?" tanya Aldo yang kurasakan hembusan nafasnya ditelingaku membuat geli. Aku tertawa kecil. "Never better than today. Geli ah pakai bisik-bisik." Aku mengusap telingaku. Aldo tersenyum dan dengan cepat mengecup pipiku. Aku memekik kaget dan mengejarnya yang berlari duluan ke ruang makan.

my ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang