8

2.5K 120 44
                                    

Dingin. Irit bicara. Menyebalkan

Mungkin itu yang terlintas di benak orang-orang ketika mendengar nama kakaknya itu di sebut.

Pria dengan nama panggilan Suga itu memang sering membuat orang cepat cepat muak karena sikapnya.

Dia selalu membuat orang punya 101 alasan kenapa mereka harus menghindar dari Suga. Apalagi jika orang tersebut wanita.

Itulah kenapa tak ada satu pun gadis yang minat berdekatan lama dengannya.

Termasuk Nara, adik kandungnya sendiri.

Nara pun hanya ingin hubungan mereka sebatas kakak adik saja. Dia tak ingin kakaknya terlalu jauh mengambil peran dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya.

Kejadian dua tahun, lalu cukup menyadarkan Nara bahwa kendali hidup meruapakan kuasa pribadi. Tak bisa diambil alih siapapun termasuk kakaknya.

"Apa semua masalah yang lo kelarin harus pake cara kekerasan gini?"

Pria itu terdiam. Mendengar pertanyaan yang sering kali dia dengar dari mulut gadis itu.

"Akhh.."

"Tahan, kalo ga diobatin luka lo makin parah."

Nara mengoles pelan obat merah dibeberapa luka yang ada di wajah pria itu.

"Gue kan dah bilang, kalo cukup masalah gue biar gue yang nyelesain..." ucap Nara sambil berlanjut mengkompreskan es dibeberapa luka lebam kakaknya.

"...dan lo gapunya hak apapun buat menghakimi orang orang yang terlibat dalam urusan gue, apalagi lo ga minta perset—"

"—tapi gue ini abang lo, ra"

Nara menghentikan geraknya. Mendengar kata yang sama di dengarnnya kala itu, memunculkan sepotong adegan yang sudah dikubur jauh diingatannya.

Tak sadar matanya sudah mulai berair.

"udah."

Nara segera mempercepat langkahnya yang ingin beranjak pergi—berharap pria dihadapannya itu tak menatap matanya.

Suga meraih pergelangan gadis itu dan membuat lamgkahnya tertahan

"Gue cuman mau jadi kakak yang baik dan bikin lo bahagia."

Hatinya tergugah tuk tertawa, mendengar jawaban klasik dari pria dihadapannya itu.

"Bahagia? bahagia apa yang lo maksud? bahagia karena berhasl berkuasa atas perasaan orang lain?oh apa karena udah ngerasa sukses ngatur jalan hidup orang sesuai jalan hidup lo?"

"Bukan gitu ra!"

"Gak inget kejadian dua tahun lalu? apa perlu gue ingetin?"

"RA!" bentak Suga.

Nara terdiam.

Dadanya sesak—mengingat, banyak kata yang perlu diucapnya sambil tenggelam di kejadian kala itu.

"Gue bilang gausah bahas itu!!" Bentak pria itu kedua kalinya.

Kini, gadis itu tak mampu lagi membendung pilu.
Tanpa kemauannya, dia menangis.

Suga menarik adiknya itu kedalam pelukan, persis seperti yang dulu dilakukannya pada Nara kecil.

"Ra, gue minta maaf." 

***

Jalan di lorong, bagi Nara sudah seperti jalan di karpet merah dengan taburan bunga hawai dan sorot mata yang tak lepas disetiap langkahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SALAH KAMAR  - K T H Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang