1; Ditolak

833 60 18
                                    

"Fiki!"

"Fik!"

"Woi, Fiki!" Panggil cowok manis dengan nametag Fajri itu.

Fajri berlari kecil menghampiri Fiki yang sedang terdiam di depan jendela ruang OSIS. Fajri juga bertanya-tanya mengapa Fiki tidak menjawab panggilannya, padahal Fiki bukan termasuk orang yang lemot. Dia biasanya ia gesit jika dipanggil oleh Fajri.

"Woi! Ngapain lu." Fajri menepuk pundak Fiki sedikit keras. Membuat Fiki tersadar dari lamunannya, dan memperlihatkan ekspresi kesalnya pada Fajri.

"Apaan sih, Ji. Ganggu banget lo." Fiki kembali memfokuskan pandangannya pada sesuatu di luar jendela OSIS.

Fajri penasaran, ia ingin tahu sebenarnya apa penyebab Fiki tidak menjawab panggilannya dengan cepat. Sejak dua minggu yang lalu.
Lelaki yang biasanya cepat tanggap itu berubah menjadi sedikit melamban. Fajri ikut mengintip ke jendela, berusaha menemukan penyebab dari semua pertanyaannya itu. Tapi nihil, hanya ada seorang siswi baru pindahan dari Bandung yang sedang mengepel lantai depan toilet wanita.

"Cantik," Gumam Fiki pelan. Tentu saja Fajri bisa mendengar ucapan Fiki barusan itu.

"Hah? Siapa?" Kaget, pasti. Baru kali ini Fiki muji seorang gadis seumur hidupnya. Gadis yang, baru saja pindah dua minggu yang lalu itu.

"Dia, Ji." Fiki senyam-senyum sendiri, membuat Fajri dengan cepat memegang kening Fiki dengan wajah terkejut dan bingungnya itu.

"Lu gapapa kan? Ga kebentur apaan lu kemaren waktu pulang?!" Fajri masih terus meraba kening Fiki yang mungkin saja suhunya tidak normal, tapi nihil, Fiki tidak demam, lelaki jangkung itu baik-baik saja.

"Paan si lo, Ji. Kaya gapernah liat orang jatuh cinta aja."

"HAH? SERIUS FIK? MAKSUDNYA LO? LO YANG JATUH CINTA?" Ucap Fajri setengah berteriak, membuat Fiki menutup telinganya dengan cepat.

"Bodo. Minggir lu, mau keluar gue." Malas untuk menjawab seribu pertanyaan yang akan menghadang, Fiki pun beranjak dari jendela ruang OSIS itu. Ia kemudian berjalan menuju kantin.

"Eh, lu pokonya utang ya cerita sama gue!" Teriak Fajri sebelum Fiki menghilang dari hadapannya.

Setelah sosok Fiki benar-benar sudah pergi, Fajri menoleh, kembali memperhatikan sosok yang membuat Fiki jatuh cinta itu dengan ekspresi bingung dan meneliti di waktu yang bersamaan.

Fajri tahu siapa gadis yang dimaksud Fiki itu.

Chelsea, Chelsea Van Meijr namanya. Pindahan dari Bandung. Iya Bandung, tempat asal Fajri juga. Karena Fajri anggota OSIS yang up-to-date, jadi dia juga sudah mendengar desas-desus tentang Chelsea.

Chelsea orangnya cuek dengan sekitar, sedikit pendiam, namun bisa membuat orang tertawa juga, dan yang terakhir, ia tidak tertarik untuk 'pacaran' karena sejak pertama ia pindah, memang sudah banyak lelaki di sekolah ini yang mendekatinya, namun diabaikan begitu saja.

Chelsea juga berambut pendek sebahu, berwarna cokelat gelap, dan berponi tengah. Parasnya cantik, dan lucu, Chelsea juga pintar namun ia cuek dalam ' harus datang tepat waktu' dalam peraturan di sekolah ini. Dan itulah yang menjadi alasan mengapa Chelsea bisa berakhir dengan mengepel lantai toilet wanita.

"Gue gak yakin Fiki bakal di terima sama cewek cuek modelan Chelsea." Gumam Fajri yang masih terus memperhatikan gadis itu.

👾👾👾

Chelsea menaruh tas di bangkunya, dan kemudian gadis chubby ini menidurkan kepalanya di meja. Lelah juga dihukum dengan mengepel seluruh toilet wanita itu.

PANGERAN TIDUR| FIKI X CHELSEA {un1ty x starbe}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang