Bel isirahat berbunyi 10 menit yang lalu. Masih ada waktu 15 menit lagi untuk pelajaran berikutnya. Setelah dari kantin, Chelsea tidak ikut dengan Kezia untuk kembali ke kelas.
Chelsea justru malah berkeliling sekolah, hampir seluruh koridor di sekolah ia lewati. Entahlah, menurutnya terlalu bosan jika ia harus kembali lagi ke kelas.
Chelsea berhenti sejenak di depan ruang musik. Ia menatap tangannya yang memegang dua susu cokelat yang ia beli dari kantin tadi. Niatnya untuk Kezia, tapi kelupaan. Dasar Chelsea.
Chelsea mendengus sebal, "Duh, harusnya gue kasih ke Kezia waktu dia mau balik kelas tadi. Dasar pelupa." Cerocosnya sambil memaki-maki dirinya.
Berniat untuk lanjut mengelilingi sekolah lagi, Chelsea menghentikan langkahnya begitu mendengar suara alunan piano dengan melodi yang indah. Tentu saja suara itu berasal dari ruang musik yang ada di sampingnya ini.
Chelsea menengok ke arah jendela ruang musik yang besar itu. Menemukan sosok Fiki yang sedang santai memainkan piano milik sekolah itu. Chelsea tidak melanjutkan langkahnya untuk mengelilingi sekolah lagi. Ia justru berjalan menuju pintu ruang musik itu dengan pandangan yang tak lepas dari Fiki.
~ku nikmati cinta sendiri dulu, membiarkan aksara asmara bercanda padaku~
Chelsea terdiam mematung di depan pintu kaca besar itu. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Memperhatikan Fiki yang masih bernyanyi sembari memainkan piano dengan indah itu.
~kamu, belum seutuhnya coba cintaku. Walau harus masih kutunggu dirimu meninggalkan..~
Mungkin benar, ada yang salah dengan Chelsea hari ini. Buktinya, ia bisa terbilang masih betah menatap sosok Fiki dari samping itu. Dan juga jemari-jemari Fiki yang rasanya sudah tidak asing lagi untuk menyentuh tuts piano.
~Dia, yang bukan untukmu.~
Fiki berhenti. Menghela napas, setelah itu, ia menatap dalam ke arah piano hitam mengkilap di hadapannya. Chelsea menyimpulkan, ini adalah salah satu dari sekian banyak bakatnya Fiki. Tunggu, kenapa juga lelaki jangkung ini memiliki banyak sekali bakat?
"Lo bisa main piano juga?" Tanya Chelsea memecah keheningan. Membuat Fiki terkejut dan langsung menengok ke arah pintu ruang musik ini.
Fiki mengangkat sebelah alisnya heran, "Chel? lo-"
"Iya, gue liat lo mainin piano, sejak 10 menit yang lalu." Kata Chelsea sambil berjalan menghampiri tempat dimana Fiki duduk.
Fiki menanggahkan kepalanya begitu Chelsea sudah berdiri di hadapannya, "Gue gasalah denger nih? Lo mau buang waktu 10 menit buat merhatiin gue main piano?" Tanya Fiki dengan wajah herannya itu.
"Kenapa emang?"
"Engga, sini, duduk sebelah gue." Fiki menggeser badannya, membiarkan Chelsea duduk di bagian kosong dari kursi panjang itu.
"Lo jago dalam semua hal ya, Fik." Ucap Chelsea sembari duduk di sebelah Fiki.
Fiki tertawa keras. " Hahaha, akhirnya lu sadar Chel. Apa sih yang gue gabisa? Seorang Fikih Auli-"
Chelsea membungkam mulut Fiki dengan menempelkan botol susu cokelat itu di depan mulutnya, "Sstt, alay banget lo. Nih ambil." Kata Chelsea masih dengan tatapan cueknya itu.
"Apa nih?" Fiki mengambil alih botol susu cokelat di depan mulutnya itu dari tangan Chelsea.
"Tadinya gue beliin buat Kezia, tapi lo kayanya haus abis nyanyi-nyanyi gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN TIDUR| FIKI X CHELSEA {un1ty x starbe}
Fanfic"Gue itu pangeran tidurnya Chelsea. Jadi, cuman Chelsea yang bisa bangunin gue!" "Pala lo! Kalo cinta lo gadibales Chelsea berarti lu bukan pangerannya dia." "Bodo. Pokonya gue mau dia coba cinta gue dulu." -ourhobiie March, 2020