Gadis manis berambut ikal itu menatapi Fajri dengan sinis. Membuat Fajri bingung, maksudnya, sejak gadis ini duduk di sebelahnya. Di tempat duduk milik Fiki yang sekarang lelaki jangkung itu entah sedang berada dimana.
"Apaan Mel? Lo natep gue sinis amat." Kata Fajri pada gadis bernama Melani yang juga teman sekelasnya itu.
"Fiki dimana?" Tanya Melani setengah berbisik. Takut guru biologi itu mendengar suaranya dan akhirnya menghukum Melani dengan berdiri di depn kelas.
"Gatau gue."
"Bohong lo Ji."
Fajri memutar kedua bola matanya, Melani selalu susah di beri tahu. Menyebalkan.
"Terserah lo, Mel. Stt ah! Gue mau dengerin bu Riska nerangin." Kata Fajri dengan pena yang di pegangnya, siap untuk mencatat apa saja yang bu Riska terangkan sekarang.
"Aji, gue serius." Melani sekarang mengguncang-guncang badan Aji pelan.
"Aish. Yaudah, gue chat aja si Fiki. Rese lo. Pacar aja bukan." Kata Fajri sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Fajri: Fik, dimana? Pacar lo rese gangguin gue."
Melani mengerucutkan bibirnya, "Doain dong Ji. Semoga gue jadi pacarnya Fiki."
"Dih, ogah ah. Di santet Fiki tar gue."
Trt..
"Ji! Tuh dibales Fiki."
Fajri yang lagi mendengarkan bu Riska itu sekarang mendecak sebal sembari membuka sandi ponselnya.
"Fiki: gue bolos. Bareng Chelsea. Calon pacar gue."
Fajri menyerahkan ponselnya pada Melani dengan sebal, ia tidak tenang hidup jika terus-menerus diganggu oleh Melani. Ini yang kesekian kalinya. Fajri ingat pertama kali ia diganggu oleh Melani, saat Fiki tidak masuk karena badannya drop. Fajri diserbu dengan ribuan pertanyaan oleh Melani. Ia merasa seperti di terror bahkan hingga pulang sekolah. Membayangkan itu lagi, membuat Fajri bergidik ngeri.
"Noh liat, lagi bolos." Kata Fajri.
Melani tersenyum licik, tidak terima membaca pesan Fiki itu. "Harus banget sama si murid baru itu ya?"
"Udah ah, sana lo pindah lagi ke bangku lo."
"Bawel lo, Ji. Iya gue pindah."
Melani sudah menandai Chelsea. Ingat, siapapun yang dekat dengan Fiki, adalah musuh terberatnya. Melani nekat, ia bisa melakukan apapun hanya untuk mendapatkan hati Fiki. Ia kembali duduk di bangkunya dengan senyum sinis khasnya.
👾👾👾
Fiki terus menatapi wajah samping Chelsea. Bulu matanya lentik, hidungnya mungil, bibir tipisnya, dan juga dagu mungilnya. Mengapa semua itu membuat Fiki tidak berdaya? Mungkin sudah beberapa kali Fiki melamun menatapi wajah Chelsea. Dia cantik, tapi dia sendiri ga sadar akan hal itu.
"Lo tau ga kenapa gue berhenti belajar piano?" Tanya Chelsea tiba-tiba. Pandangannya masih terfokus lurus melihat gedung-gedung yang dekat dengan sekolahnya.
Fiki menggeleng, "Enggak. Kenapa emangnya?"
"Gapapa gue ceritain ke lo emang?"
"Kalo lo mau cerita, gue siap dengerinnya, untuk sekarang lo bisa nganggep gue temen kalo lo mau." Tanya Fiki sembari tersenyum tipis.
Chelsea menarik napas, sebelum ia menceritakan rahasia yang belum pernah ia ceritakan ke siapapun sebelumnya. Bahkan Kezia pun, tidak tahu.
"Papa gue selingkuh dari waktu umur gue 4 taun. Baru ketauan sama mama gue setaun kemudian. Mama gue orangnya baik banget, gampang maafin. Tapi papa gue selalu ngasarin mama, setiap mama mau ngomong atau nanya soal selingkuhan papa, nanya soal gimana keluarga kita kedepannya, papa selalu main fisik sama mama..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN TIDUR| FIKI X CHELSEA {un1ty x starbe}
Fanfiction"Gue itu pangeran tidurnya Chelsea. Jadi, cuman Chelsea yang bisa bangunin gue!" "Pala lo! Kalo cinta lo gadibales Chelsea berarti lu bukan pangerannya dia." "Bodo. Pokonya gue mau dia coba cinta gue dulu." -ourhobiie March, 2020