Hari ini adalah sabtu kesekian dalam riuh penantian. Vian masih duduk di bangku cemas tepat pada meja curiga. Bedanya, kali ini Vian tidak lagi sibuk menikam diri sendiri. Dengan tatapan penuh harapan, Vian bergegas menuju Kedai Kopi dekat rumahnya. Dengan sigap dia menaiki CB150R miliknya. Sesampainya disana, dia melihat tiga orang berpakaian rapi yang sedang menikmati kopi.
"Gokiiil! Udah kaya anak Indie nih." kata Vian sambil berjalan dari kejauhan.
"Nggak lah, anak Indie kan Atheis." sahut Aldhi sembari melirik Alip yang sedang menyeruput kopinya.
Alip membalas, "Yakalik! Aku bukan Atheis tauk !" dengan mengerutkan dahi. Kemudian mereka tertawa bersama meramaikan suasana kedai.
Sambil bersenda gurau, mereka membicarakan rencana berkunjung ke Monumen Bandung Lautan Api yang letaknya tidak jauh dari Kedai Kopi itu.
Ketika Alip dan Yanto akan membayar kopi yang telah mereka minum, Secara tidak sengaja Yanto melihat seorang perempuan berpakaian syar'i, bermata sipit, dan berkacamata masuk ke Kedai Kopi.
Ting... suara bel pintu kedai berbunyi.
"Lip, lihat deh." ucap Yanto sambil menepuk bahu Alip.
"Apaan sih, lagi bayar nih." Sahut Alip yang sedang memberikan uang ke mbak kasir.
"Liat dulu itu..." kata Yanto sambil membalikkan badan Alip.
"Subhanallah..." ucap Alip dan Yanto sambil melihat perempuan berpakaian syar'i tersebut.
"Bayarnya udah selesai apa belum akhi?" teriak Aldhi dan Vian dari tempat duduk.
Seketika itu Alip dan Yanto langsung sadar dan kembali menuju tempat duduk mereka. Si Alip tidak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan itu.
Dengan menepuk bahu Alip "Ayo jadi nggak?" tanya Vian.
"Yaa... jadilah, Ayo!" jawab Alip sambil memakai jaketnya.
Ini adalah awal pertemuan empat sahabat yang sudah lama sekali tidak betemu. Mereka bersahabat sejak di sma, hingga mereka lulus dan melanjutkan kuliah di universitas yang sama dengan jurusan berbeda-beda. Pertemuan ini berawal ketika Yanto mengajak Alip bertemu, kemudian Alip mengajak Vian dan Aldhi. Lewat chat whatsapp Alip membuat grup yang hanya berisi mereka berempat.
Mereka berangkat ke Monumen Bandung Lautan Api menggunakan mobil si Alip. Di umurnya yang masih muda Alip sudah bisa membeli mobil sendiri, Ya... itu semua karena Alip adalah seorang content creator yang sukses. Sudah sejak sma dia membuat karya-karya yang berupa video di youtube.
Yanto adalah anak yang super sibuk. Setiap harinya dia nggak pernah nggak berhadapan sama yang namanya tugas kuliah. Sesuai dengan jurusannya di management dia sangat pandai dalam memanage apapun di dalam hidupnya. Walaupun Yanto anak orang kelas atas, tapi sejak kecil dia sudah diajarkan untuk hemat dan disiplin.
Vian adalah pelatih salah satu olahraga yang sangat terkenal di dunia. Dia menjadi pelatih bulu tangkis sejak semester 5. Sekarang dia sudah bekerja sebagai pelatih nasional di PB Djarum. Itu semua berkat kerja kerasnya sejak kecil.
Diantara mereka berempat hanya Aldhi yang tidak kuliah. Dia bekerja sebagai barista kopi yang professional. Di kedai kopi tadi pun, dia lebih banyak berbincang dengan barista kopinya dari pada teman-temannya. Iseng-iseng, si Aldhi buat kopi ala-ala dia dan dia minum sendiri. Teman-temannya disuruh cobain kopi buatannya. Memang tidak bisa dipungkiri kopi buatan barista profesioanal nikmat tidak ada yang menandingi. Ya, karena mereka bertiga nggak pernah minum kopi buatan barista...wehehe.