"Jadi gimana kang? Bagaimana nasib Aldhi tadi?"
"Sebelum cerita itu, kang Emil ceritakan dulu tujuan atau alasan yang jelas, mengapa TKR dan warga itu membakar Kota Bandung."
"Kan tadi udah kang, katanya gara-gara masyarakat Bandung nggak rela Kota mereka jadi markas militer NICA dan sekutu." jawab Vian.
"Iya udah, tapi ini akan menyangkut cerita nasib si Aldhi tadi." Jelas Kang Emil.
"Ooooh oke oke, siap mendengarkan kembali." kata Yanto sambil hormat dan tersenyum. Dan mereka berempat pun kembali berkhayal ke dalam cerita tersebut.
Lagi dan lagi ide keluar dari otak si Alip dan memberitahu rencananya kepada A. H. Nasution. Dia mempunyai rencana yang tak terduga. Dia meminta masyarakat Bandung untuk membakar seluruh rumah dan bangunan-bangunan yang ada di sana.
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Operasi pembakaran Bandung ini dikatakan sebagai operasi "bumihangus". Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 23 Maret 1946.
Hasil musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi meninggalkan Bandung.
Dengan terbakarnya kota Bandung, maka sekutu tidak bisa memakai Bandung sebagai markas strategis militer. Operasi bumi hangus ini membuat asap hitam mengepul tinggi menyelimuti kota Bandung. Semua listrik turut padam.
Di dalam kondisi genting ini, tentara Inggris juga menyerang sehingga pertempuran sengit tidak terhindarkan. Pertempuran terbesar berlangsung di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Di tempat inilah adanya gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Rupanya, pejuang Indonesia Muhammad Toha serta Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) memperoleh misi penghancurkan gudang amunisi itu. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang senjata itu dengan dinamit. Walau demikian, kedua milisi itu turut terbakar di dalam gudang besar yang diledakkannya itu.
"Apa salah satu milisi itu si...?" tanya Yanto.
"Iyaps, benar sekali. Salah satu milisi itu adalah Aldhi."
"Aduuuh, sedih banget jadinya, kenapa harus mati sih?" keluh kesah si Yanto.
"Terjadi kecelakaan saat dinamit akan meledak. Kedua milisi tersebut terjebak di dalam Gudang sehingga tidak bisa menemukan jalan keluar."
Awalnya, staf pemerintahan kota Bandung merencanakan untuk tetap berada di dalam kota. Akan tetapi, untuk keselamatan mereka, maka pukul 21.00 itu, mereka juga turut dalam rombongan yang dievakuasi dari Bandung.
Mulai sejak saat itu, sekitar pukul 24.00, Bandung kosong dari masyarakat serta TRI. Sementara, api masihlah membubung membakar kota, hingga Bandung menjadi lautan api.
Hana dan Maya yang juga ikut evakuasi tersebut selamat. Tapi tidak dengan Aldhi, yang harus mengorbankan nyawanya untuk Indonesia. Banyak warga yang telah dievakuasi menyaksikan Kota Bandung menjadi Lautan Api dari bukit. Suara tangisan kesedihan dan ketakutan bercampur dengan suasana tegang.
Dengan raut wajah penuh kesedihan, Alip, Yanto, dan Vian mendekati Hana dan Maya. Mereka bermaksud untuk memberitahu Hana bahwa Aldhi telah gugur di pertempuran Bandung Selatan. Setelah mendengar berita tersebut dari Alip, Hana tidak kuat untuk menahan tangisnya karena telah kehilangan seseorang yang sangat dicintainya.
Para TRI pun mencoba menenangkan mereka semua. Agar mereka tidak ketahuan jika sedang berada di bukit. Semua persediaan kebutuhan telah disiapkan pemerintah untuk masyarakat yang telah dievakuasi.
Strategi operasi bumihangus ini merupakan strategi yang tepat karena kekuatan TRI serta milisi rakyat memanglah tak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu serta NICA yang besar. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, lalu TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan dari luar Bandung lewat cara bergerilya. "Oke, kita bagi tugas saja biar menyerang secara serentak namun dari berbagai titik yang ditentukan." jelas Alip sebagai coordinator strategi gerilya.
"Sekarang, bagaimana pembagian wilayahnya?" tanya Vian.
"Jadi, aku dan 5 TRI menuju arah selatan kota Bandung. Yanto. Kamu dan 8 TRI menuju arah barat Kota Bandung. Dan Vian. Kamu dan 7 TRI menuju arah timur Kota bandung. Ingat, tetap waspada. Ini adalah gerilya, dimana kita menyerang secara diam-diam." Jelas Alip ke teman-temannya.
Setelah penjelasan tersebut, mereka semua bergegas menuju arah yang telah ditentukan. Tidak lupa, para pejuang berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan eksekusi strategi.