CHAPTER 2

11.8K 429 69
                                    

Enjoy!
---


Scarlet belum mampu mengalihkan tatapannya yang terpaku pada wajah pria tampan yang baru saja mengajak ia bersulang.

Udara yang baru saja masuk ke dalam paru-parunya seakan terhimpit di dada seiring jiwanya yang berserakan karena efek senyuman yang masih membayang di mata Scarlet.

Pada detik di mana ia mengembuskan napas, Scarlet menyadari bahwa pria itu akan menyiksa ia setelah ini oleh wajah Jake yang menghantui mimpi sunyi Scarlet.

Bahkan ia masih dapat melukis bayangan wajah itu dengan pasti, meskipun mereka hanya berpandangan singkat. Sungguh, wajah Jake yang tegas dengan bingkai rambut di sekitar rahang dan bibirnya itu seakan menarik jemari Scarlet untuk membelainya. Alis tebal nan hitam itu membuat Scarlet semakin setia untuk mengingat mata legam Jake yang berbahaya namun begitu menggoda dan menantang. Hidung mancungnya membuat Scarlet berdesir halus membayangkan pria itu meraup aroma tubuhnya.

Sementara bibir itu? Oh sungguh, Scarlet menginginkan bibir itu menjelajahi tiap jengkal tubuhnyaa yang baru ia tahu bahwa selama ini telah menanti Jake. Ia ingin bibir itu dapat mengucap namanya dengan suara pria itu yang seksi, tepat di telinga Scarlet.

Ketika Scarlet mendengar tawanya bersama Miles di depan sana. Ia tahu, bahwa ia akan selalu menginginkan tawa itu mengisi pendengarannya di penghujung hari.

Scarlet yakin Jake bukanlah pria biasa. Ia pria berbahaya yang Scarlet tahu siap meretakkan hatinya kapan saja jika Scarlet berani melangkah masuk pada lingkaran apinya yang membara. Wanita bermata walnut ini dapat melihat kelihaian Jake menebar racun mematikan pada sorot matanya. Scarlet yakin Jake pria berpengalaman yang begitu mengerti letak kesenangan wanita. Namun Scarlet tetap menginginkannya.

Ini benar-benar gila. Apakah Jake seorang yang nyata? Scarlet tak pernah menginginkan seseorang seyakin dan sebesar ini selama hidupnya, bahkan dalam waktu sesingkat ini, dan Jake membuatnya meragukan kenyataan yang baru saja terjadi, jika saja Rosie tak menepuk pundaknya karena Scarley telah diam terlalu lama.

Scarlet berdeham seraya mencoba meraih pasokan fokusnya untuk kembali pada dua temannya, dan ia berhasil melakukan itu setelah bersusah payah untuk tak melirik ke arah pria bermata legam itu.

Mereka kembali larut dalam canda yang dilemparkan Rosie pada Nick selama beberapa saat. Namun, entah mengapa maniknya kembali menyeret ke arah pria yang tadi duduk di bar stool, dan seketika Scarlet merasa hampa saat melihat pria itu bangkit dari duduk. Melangkah dengan kakinya yang mantap meninggalkan bayangan. Melenggang masuk ke dalam lift dan saat itu pula Scarlet kehilangannya.

Scarlet terserang rasa gelisah. Mengapa pria itu pergi begitu cepat dari mata yang memujanya? Jemari Scarlet terjalin gusar. Ia merasakan desakan hatinya untuk mengenal pria berambut hitam tersebut. Sedikit berharap dapat sekedar mengetahui namanya.

"Aku ingin ke meja bar sebentar," pamit Scarlet singkat pada dua temannya.

"Kau tak berniat untuk mengencani bartender itu, bukan?" Goda Rosie yang di sambut tawa oleh Nick.

Mereka tahu bahwa Scarlet beberapa kali berbincang cukup lama dengan Miles. Ia pria yang menyenangkan untuk menjadi kawan bicara.

"Jika itu perlu," jawab Scarlet sambil menyibak rambut panjangnya, meladeni godaan Rosie.

"Go ahead, girl!" Nick menyemangati dibarengi Rosie yang menggeleng dengan terkekeh.

Miles tengah meracik minuman ketika Scarlet melangkahkan kakinya begitu saja tanpa pikir panjang untuk menghampiri barterder tersebut.

Trapped By Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang