CHAPTER 13

4.6K 288 137
                                    

Enjoy!
---

Iris legam dan walnut itu terus terikat tanpa mereka sadari. Sepasang mata hitam itu mencoba menjadi penawar. Membentangkan ruang gulita, menunjukkan bahwa Zerenity dapat bersembunyi di sana dari rasa sakit yang mengejar.

Jake tak tahu apa yang ia lakukan. Bisikan hati menuntunnya sejak mata mereka terjerat.

"No one can judge you."

--------------------

Sesekali mata Jake melirik pada Zerenity yang duduk di sampingnya dengan tangan yang tak henti-hentinya menyisir rambut di sebelah pundak dengan tatapan kosong pada jalanan di depan mereka.

Jake mendesah samar. Ia kembali mencengkeram setir mobilnya, melampiaskan kekesalan pada dirinya sendiri karena merasa bersalah.

Siapa yang menyangka, membahas ibu dan mimpi Zerenity, akan berujung seperti ini?

Wanita itu masih setia bergeming dan hanya menimpali perkataan Jake sesekali sejak mereka keluar dari Robin's sampai di tengah perjalanan menuju apartemen Zerenity.

Jake ingin membelai surai itu, atau menggenggam tangan lembut tersebut, namun entah mengapa selalu ia urungkan. Ada perasaan aneh yang menyerangnya. Membuat ia tak berani sembarang menyentuh wanita di sampingnya ini. Mungkin karena ia tak ingin membuat Zerenity semakin tak nyaman. Jake tahu pasti, wanita itu menjaga jarak dengannya karena Scarlet, terlebih saat ini.

Namun yang lebih membuat Jake geram adalah, ia kesal pada dirinya sendiri. Ia ingin menghapus kesakitan di wajah Zerenity, namun ia tak bisa melakukan apapun selain diam. Ini terasa sangat aneh. Apakah semua ini karena ia merasa bersalah? Ya, Jake rasa itu jawaban yang paling logis.

Selain itu ia tak biasa berada di posisi seperti ini. Para wanita selalu menyenangkannya. Jika pun ada yang mencoba membuat drama dengannya, Jake lebih dulu membuang mereka tanpa belas kasih. Namun tidak dengan Zerenity, terlebih ini menyangkut pada diri wanita tersebut. Tak melibatkannya, namun Jake terkurung oleh rasa ingin tahunya untuk mengetahui penyebab kerapuhan sekaligus kemarahan yang tergambar jelas di walnut itu. Apakah itu hanya karena kesedihan karena ibunya telah meninggal? Namun mengapa Jake melihat ada kemarahan yang terselip di dalam mata itu?

Lagi, Jake menghela napas samar. Itu bukan urusannya, namun mengapa ia begitu ingin tahu?

"Maaf aku kembali merepotkanmu." kata Zerenity yang menyadari helaan napas samar itu beberapa kali ini.

Secepat kilat Jake menoleh dan menemukan wajah bersalah di tengah rautnya mencoba menyembunyikan kerapuhan.

Jake menggeleng keras. Menepis kesalahpahaman Zerenity. "Tidak sama sekali." Ia mengembangkan senyumnya lembut, menenangkan wanita tersebut, namun Zerenity hanya mengangguk dengan sudut bibir tertarik, nyaris tak terlihat bahwa itu sebuah senyuman.

"Beristirahatlah, Zeren," kata Jake ketika mereka telah sampai.

Zerenity kembali mengangguk. Ia melepas seatbelt-nya, namun kemudian kembali mendongak. Ia teringat sesuatu.

"Jake, apakah kau buru-buru?"

Pria itu menggeleng secara spontan dengan keheranan.

Trapped By Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang