CHAPTER 8

6.3K 283 65
                                    

Enjoy!
---

Scarlet membaca kata demi kata yang Zerenity taburkan dalam diary mereka. Hatinya sesak mengetahui kejadian di London. Russell kembali tega mempermainkan hati saudaranya dan menjadikan Scarlet sebagai alasan. Pria itu benar-benar brengsek!

Dada Scarlet bergemuruh, jemarinya terkepal. Sudah cukup kesakitan yang di dapat Zerenity selama ini, mengapa pria seperti Russell harus kembali menorehkan luka pada saudaranya?


Scarlet beranjak dari ranjang, menutup diary mereka dengan mengembuskan napas berat. Ingin Scarlet mendekap Zerenity dengan erat dan menjauhkan segala orang jahat di sekitarnya. Saudaranya layak mendapatkan kebahagian murni.

Kini, hanya tersisa Fordrix yang menjadi harapan Scarlet untuk dapat membahagiakan Zerenity. Namun mengapa pria itu tak kunjung memberikan Zerenity kepastian?

Manik walnut Scarlet melirik pada paperbag hitam di dekat nakas, kemudian ia tersenyum mengingat pesan Zerenity untuk mengantarkan kaus milik Jake.

Nadinya seketika bergetar ketika melafalkan nama Jake di dalam jiwanya. Kali ini bahkan Scarlet memiliki alasan kuat untuk bertemu dengan Jake.

Bibir berlapis lipstick merahnya menyunggingkan senyum lebar kala mengingat permintaan Zerenity tadi pagi. Scarlet tahu, saudaranya tidak hanya memberinya kesempatan besar untuk bertemu dengan Jake, namun saudaranya juga ingin menyembunyikan diri sesaat dari orang lain. Scarlet mengerti, Zerenity selalu membutuhkan ruang untuk merasa terasing.

Scarlet memandang pantulan dirinya di dalam cermin untuk memastikan penampilannya benar-benar siap untuk menerjang panasnya seorang Jake.

Mini dress biru gelap dengan V line pada bagian dada yang berpotongan rendah, melekat dengan sempurna di tubuhnya. Sementara tangannya terbalut oleh potongan kain berlengan panjang.

Ya, Scarlet siap menggoyahkan perhatian Jake pada dunia. Segera ia meraih mini slingbag hitam dan paperbag berisi kaus putih pria itu, lalu kaki jenjangbya melangkah keluar kamar.

Baru saja Scarlet membuka handle pintu apartemen ketika maniknya melebar melihat sosok pria di ambang pintu. Saat itu juga api dalam dadanya yang sempat redup, menyala.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tak ada nada ramah yang dapat Scarlet berikan untuk seorang Russell yang berdiri di hadapannya.

"Panggil Zeren. Aku ingin bicara padanya," pandang Russell tajam dengan suara tak bersahabat pada Scarlet.

"Setelah apa yang kau lakukan padanya di London, kau ingin berbicara padanya? Jangan harap, Rush!" Scarlet berdecih, "bukankah harusnya kau berbicara denganku?"

Iris kelabu milik Russell mengamati pakaian yang sedang Scarlet kenakan, kemudian menatapnya tajam ketika mata mereka bertemu.

"Tak ada yang perlu aku bicarakan pada orang sepertimu."

PLAAK!

Tangan panas Scarlet mendarat pada pipi pria tersebut. "Harusnya itu yang kau dapatkan dari Zeren!"

Russell memegang pipinya yang memerah dan pandangannya semakin menyorot Scarlet.

"Sampai kapan kau akan di sini, Scar? Zeren bisa melakukan tamparan ini tanpa bantuan darimu, jika ia ingin."

Trapped By Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang