CHAPTER 12

4.6K 281 99
                                    

Enjoy!
---

Zerenity tersenyum menahan geli, membaca tulisan Scarlet di diary tentang ciuman Jake. Saudaranya begitu berapi-api dalam memuja pria itu.

"Apa yang ingin kau tertawakan?" Dengkus Scarlet tiba-tiba yang membuat Zerenity tersentak.

"Kau benar-benar mengagetkanku." Zerenity mengelus dadanya, kemudian menutup diary mereka.

"Kau pasti ingin mengatakan aku berlebihan!"

"Tidak," kilah Zerenity semakin menahan tawa.

Ia memilih membalikkan tubuh, menilik kembali penampilannya di depan cermin. Blouse sederhana berwarna emerald berlengan panjang yang dipadukan dengan celana jeans hitam, melekat di tubuhnya dengan sempurna.

"Ia benar-benar pencium yang hebat. Sentuhan bibir dan sapuan lidahnya sangat berpengalaman. Bibirku terasa leleh di dalamnya!"

Zerenity tak kuat lagi menahan diri untuk tak tertawa. Bukan karena ia tak percaya, tapi cara Scarlet menjelaskan yang begitu menggebu-gebu benar-benar menggelikan.

"Teruslah meledekku!"

Zerenity melipat bibir, berusaha menyudahi tawanya. "Lalu mengapa kalian tak bercinta?"

"Tidak Zeren. Aku tak akan membiarkan itu datang dengan cepat, meskipun aku harus merelakan kenikmatan yang baru saja aku sentuh."

Kepala Zerenity mengangguk. Ya, saudaranya memiliki tekad yang sangat kuat. Ia menghargai apapun pemikiran dan keputusan Scarlet.

"Huh! Kini aku tahu mengapa banyak wanita yang tidak bisa berpaling darinya setelah bercinta."

Zerenity memandang dirinya di cermin tanpa menjawab perkataan Scarlet. Benarkah Jake pria yang demikian? Ia menjadi teringat perkataan Fordrix tentang Jake. Yeah, mungkin saja jika mengingat pembawaan Jake yang begitu santai dan bersahabat, tidak diherankan bila banyak wanita yang nyaman berada di dekat Jake.

"Kau akan berangkat sekarang?"

"Ya, aku harus pergi," jawab Zerenity seraya menyampirkan slingbag-nya ke pundak kanan.

Seperti biasa, ia akan berangkat ke Robin's. Namun, hari ini akan terasa melelahkan karena banyak hal yang harus ia urus, salah satunya membenahi pengelolaan karyawan dan keuangan seperti yang telah Russell ajarkan ketika mereka bertemu di London saat itu.

Yeah, meskipun pria itu telah begitu melukai hatinya, namun Zerenity tak akan membuang ilmu mahal yang telah dibagikan oleh Russell untuknya. Pria itu jauh lebih berpengalaman darinya dalam mengelola bisnis dan sudah terbukti berhasil dengan kesuksesannya memegang ratusan cabang restoran dan serta mendirikan salah satu perusahaan agrobisnis di Indonesia.

"Bye, Sist."

"Jangan lupa bawakan lemon cream pie untukku!"

----------------

Sebuah ketukan pintu membuat Fordrix mendongak dan mempersilakan orang di luar sana untuk masuk.

Seorang sekretaris wanita melangkah menghampiri meja Fordrix dan menyerahkan beberapa berkas pada sang general manager.

Matanya memandang memuja pada atasannya yang begitu tampan. Seperti kebanyakan wanita di kantornya, ia hanya mampu sekedar mengagumi tanpa berani mendekat karena general managernya terlalu susah untuk dijangkau. Pria itu seakan memberikan tembok pembatas pada tiap orang di kantor dengan sikapnya yang dingin.

Trapped By Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang