🌸D🌸

458 82 19
                                    

"Oh itu ... jujur saat itu aku mulai menyukaimu. Aku memperhatikan mu terus saat kamu lewat persimpangan jalan ini. Aku juga berusaha mendekatimu waktu itu, tapi aku justru membuatmu takut. Maaf ya?"

"Hah?" tanya Sojung dengan ekspresi terkejut. "Ka--- kau menyukaiku?"

Seokjin tersenyum dan mengangguk. "Iya."

"Kenapa? Padahal kamu dan aku nggak pernah berbicara sebelumnya, kamu mungkin juga tidak mengenalku."

"Karena kamu setia ke persimpangan jalan ini. Aku memperhatikanmu yang rutin kesini dan memotret pemandangan disini. Juga memperingati pengguna jalan yang membuang sampah sembarangan disini. Aku kagum dengan sikapmu dan juga ... kecantikanmu."

Sojung tersenyum malu dan menundukkan wajahnya. "Dasar! Bahkan tingkahmu dulu sempat membuatku takut."

"Aduh, maaf ya. Habis aku tidak tau bagaimana cara mendekati perempuan yang benar," ucap Seokjin dengan terkekeh.

Bisakah Sojung terbang ke langit teratas, ayolah dia merasa senang sekarang.

Keheningan yang sempat tercipta pecah begitu saja setelah Seokjin berkata, "Jadi ... kau mau menjadi kekasihku Sojung?"

Sojung mendongak dan langsung berseru keras, "Mau!"

Tanpa basa-basi, Sojung langsung memeluk Seokjin. "Jujur ... aku menunggu ini, Seokjin."

"Benarkah? Aku tak menyangka jika kamu menyukaiku. Aku ikut senang," jawab Seokjin.

"Jadi setelah ini ... aku boleh tau semuanya tentangmu ya?" tanya Sojung.

Seokjin terdiam sebentar kemudian tersenyum tipis. "Iya, semoga saja kau bisa tau semuanya tentangku sampai nanti."

Sojung yang awalnya meletakkan kepalanya di dada bidang Seokjin langsung mendongak. "Apa maksudmu berbicara seperti itu?"

"Maksudku ... untuk mengetahui semua tentangku pasti butuh waktu yang panjang 'kan? Masa aku harus menceritakan semua tentangku sekarang juga? Bisa kram bibirku nanti ...."

"Oh begitu ... ih dasar! Aku kira apa," jawab Sojung. "Kalau begitu ceritakan sekarang kau lahir tahun berapa dan umur berapa!"

"Jujur, aku lahir sembilan belas tahun yang lalu. Aku juga tinggal di sekitar sini, kau tau 'kan? Aku juga sudah tidak bersekolah."

"Wah ... kau lebih tua dua tahun dariku! Baru bulan kemarin aku berumur tujuh belas tahun. Berarti seharusnya aku memanggilmu 'Kak Seokjin' ya?"

"Terserah kamu, Sojung."

"Oke, sudah mutlak kau adalah Kak Seokjin ku!"--Sojung menjetikkan jarinya ke arah Seokjin--"tapi kenapa Kak Seokjin sudah tak sekolah?"

"Ada sedikit masalah di keluarga. Aku rasa kamu belum perlu tau," jawab Seokjin.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu," jawab Sojung menganggukkan kepalanya. "Lalu dimana rumahmu?"

"Kamu tinggal mengikuti arah rel itu ke arah sana, lalu jika kau melihat banyak rumah, disana ada rumahku. Rumahku berwarna coklat tua. Kalau sempat ... aku akan mengajakmu kesana."

"Siap, Kapten!"

"Sudah cukup 'kan pertanyaanmu?"

"Sudah! 'kan lain kali aku bisa tanya padamu lagi." Seokjin yang gemas dengan Sojung langsung mengusak rambut Sojung.

"Semoga saja ya, Sojung."

Sojung memeluk Seokjin lagi. "Aku sayang padamu, Kak. Sebenarnya aku tidak mempunyai teman di sekolah, hanya kamu temanku dan aku bersyukur bisa bertemu Kak Seokjin."

"Loh, kenapa begitu?"--Seokjin melepas Sojung dari pelukannya dan memegang pundak Sojung--"kamu harus tetap mencari teman lain Sojung. Aku tidak bisa terus bersamamu 'kan? Kalau kamu kesepian bagaimana?"

"Tidak masalah ... 'kan ada Kak Seokjin!" seru Sojung.

"Tidak-tidak. Aku belum tentu bisa bersamamu terus. Cari teman lain ya? Jangan menyendiri ...."

"Baiklah ... kali ini aku akan menurut. Tapi, Kak Seokjin janji ada di sampingku terus ya?"

Seokjin tersenyum kecut. "Ya, pasti ...."

Kali ini Seokjin yang memeluk Sojung duluan, sangat erat seperti tidak mau dilepaskan.

"Sojung ...."

"Ya?"

Seokjin mengeluarkan sesuatu dan langsung memberikannya untuk Sojung. "Untukmu ...."

"Kotak musik? Wah!" seru Sojung senang.

"Jika kau rindu padaku, nyalakan saja kotak musik itu ya?"

Sojung dengan senang menjawab,"Tentu saja!"

Setelah itu Seokjin dikejutkan dengan kecupan yang baru saja mendarat di bibirnya. Yang jelas pelakunya adalah Sojung.

Bunga, rumput, persimpangan jalan, dan rel kereta itu menjadi saksi kedua remaja yang baru saja menjalin kasih hari ini.

Sojung, maafkan aku jika tidak bisa menepati janjiku nanti.

Hanya perasaanku atau bagaimana? Kenapa badan Kak Seokjin sedikit berbeda dari biasanya?


🌸🌸🌸

Jeng jeng jengAyo gas bintangnya ehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeng jeng jeng
Ayo gas bintangnya ehehe. 🙆

Crossroads [Sowon-Jin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang