"Apa tidak ada makanan? Aku lapar sekali."
Seungwan membuka kulkas. Ia tersenyum senang saat menemukan beberapa buah di sana. Tidak biasanya memang Seungwan merasa lapar di tengah malam. Padahal ia sudah makan malam bersama Sehun.
Seungwan baru selesai belajar jam 12 malam tadi, dan sekarang baru jam 2 Seungwan terbangun karena lapar, "Wah! Ada apel." Seungwan menatap berbinar pada beberapa buah apel di dalam kulkas.
BRAK
Apel merah itu jatuh begitu saja ke lantai. Seungwan berjongkok, meringkuk ketakutan mendengar suara pintu yang dibuka sangat kasar. Apa ayah dan ibunya bertengkar lagi? Beberapa minggu ini ibunya memang jarang pulang ke rumah. Setiap bertemu, orang tuanya pasti selalu bertengkar.
Sumpah serapah dan caci maki bisa Seungwan dengar dengan jelas. Ia menutup telinganya rapat-rapat mendengar suara pecahan kaca dan barang jatuh lainnya.
"Sehun, aku takut." Seungwan mulai menangis. Ia menggumamkan nama Sehun yang memang sangat ia harapkan untuk datang. Seungwan sangat takut. Orang tuanya memang sering bertengkar, tapi tidak sampai menghancurkan barang-barang seperti sekarang. Mereka hanya bertengkar dengan kata-kata, bukan dengan bantingan barang-barang apalagi pukulan.
"Apa maksudmu? Aku tidak selingkuh!"
"Atau jangan-jangan Seungwan bukan anakku? Pantas saja dia tidak bisa seperti Joohyun!"
DEG
Hati Seungwan seperti tertusuk ribuan jarum mendengarnya. Kenapa ayahnya tega sekali berbicara seperti itu? Apa memang benar Seungwan bukan anaknya? Ia memegang dadanya, air mata semakin cepat keluar dari seiring dengan rasa takutnya
Detik berikutnya, Seungwan merasakan sesuatu yang hangat dan nyaman merengkuhnya. Sehun. Dirinya yang awalnya hanya bergetar ketakutan justru terisak. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Sehun.
"Jangan dengarkan."
Seungwan hanya menangis dan terus menangis di pelukan Sehun. Ia memeluk Sehun sangat erat seolah itu adalah pelukan terakhir mereka.
Pelukan Sehun selalu berhasil membuatnya tenang. Entah apa yang akan terjadi padanya jika Sehun tidak datang tiga tahun lalu. Seungwan tidak berbohong saat mengatakan Sehun adalah teman pertamanya, orang pertama yang membuatnya merasa berharga, orang pertama yang bisa membuatnya tersenyum sepanjang hari, orang pertama yang selalu ada untuknya. Orang yang sangat Seungwan sayangi di dunia ini.
Tangan Seungwan meremas kencang kaos milik Sehun saat suara langkah kaki semakin keras menghampiri mereka. Sehun mengeratkan pelukannya. Seungwan dapat merasakan tangan Sehun dibalik punggungnya, merengkuhnya seolah ingin menyembunyikan tubuh Seungwan dari bahaya.
Entah ayah atau ibunya yang menghampiri mereka, Seungwan hanya menginginkan Sehun sekarang. Ia tidak ingin berpisah dari Sehun, seperti yang sedari tadi ia takutkan. Kumohon jangan lepaskan aku.
"Seungwan kau ikut aku!"
Tubuh Seungwan tersentak begitu saja saat seseorang menarik kuat tangannya. Pelukannya terlepas. Ia merasa kosong dan dingin seketika.
Seungwan tidak menyalahkan Sehun yang tidak bisa mempertahankannya, karena semuanya memang bukan salah Sehun.
"Pergi sana bersama anakmu!"
Seungwan hanya mampu menunduk dan kembali terisak mendengar perkataan ayahnya yang begitu menusuk hati. Rasanya sakit sekali.
"Ayo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
In a Different Life
FanfictionJust you and me in a different life. Pairs in this story: - Sehun x Seungwan - Chanyeol x Seungwan - Chanyeol x Joohyun - Jongin x Soojung - Doyoung x Sejeong - Lee Dongwook x Boa - Yunho x Boa